Miya Atsumu

404 40 2
                                    

     Sudah hari ketujuh sejak aku terjebak diantara pertengkaran Miya bersaudara. Tampaknya hari itu aku sudah menghabiskan keberuntunganku untuk kuis matematika yang diadakan secara tiba-tiba oleh Maria-sensei.

   Aku terpaku di tempat dudukku ketika aku mendengar suara Atsumu di depan kelas sedang bicara dengan Hitoshi di lorong. Sebenarnya sampai kapan dia akan mengawasiku seperti ini. Aku tidak mungkin mengatakan hal-hal yang tidak sengaja aku dengar pada orang-orang. Lagipula, aku tidak ada hubungannya dengan mereka.

    Aku benar-benar tidak mengerti. “Apa kau tidak akan  pulang? kenapa kau tidak keluar?”

    Aku menoleh ketika mendengar suara yang selalu menggangguku dari seminggu yang lalu. Miya Atsumu sedang berdiri di samping mejaku, menunggu jawaban.

“Apa kau tidak latihan?”

“Kami libur setiap Kamis.” Ucap Atsumu lalu menarik kursi di depannya dan duduk menghadap ke arahku. Membuatku semakin canggung.

“Atsum—“

“Hei—“

     Aku menutup mulutku rapat ketika berbicara bersamaan dengan Atsumu. Aku harus mendengarkannya terlebih dahulu dan membuat jawaban yang mungkin akan bisa membuatku lepas darinya. Aku tidak ingin menghabiskan masa SMA-ku dibayangi oleh Atsumu. Mungkin terkesan berlebihan, tapi hanya karena dia, aku merasakan aura di sekelilingku berubah menjadi asing. Dan aku tidak terbiasa.

  “Bicaralah, kenapa kau selalu terlihat takut padaku? Sepertinya aku tidak pernah melakukan hal buruk padamu, atau ada seseorang yang mengatakan hal buruk tentangku? Siapa dia? Katakan padaku!”

     Aku panik, sehingga melambaikan kedua tanganku dan refleks aku tarik kembali, “Bukan seperti itu. Aku hanya merasa kalau kau terlalu sering menemuiku.”

       Aku melihat sekeliling kelas, memastikan tidak ada orang di sekitar yang bisa mendengar percakapan kami. “Aku sudah bilang kan? aku tidak akan mengatakan apa yang aku lihat dan dengar seminggu yang lalu. Aku bukan orang yang seperti itu.”

     Atsumu mengangguk sebentar, lalu wajahnya berubah serius. “Ngomong-ngomong soal itu,  Apa kau bisa memberiku solusi?” Atsumu menyandarkan bahunya, “Osamu itu bodoh dan temanku sudah menyukainya sejak lama. Aku hanya ingin segalanya lancar untuk mereka berdua.”

   “Aku tidak yakin, tapi bukankah seharusnya kita membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri?”

   Atsumu terlihat sedang berpikir, tapi setelahnya dia tersenyum lebar. “Yah, aku hanya merasa akan menyesal kalau membiarkan mereka berdua seperti itu.” Atsumu mengendikkan bahunya, “Aku tidak memaksamu untuk membantu. Aku hanya bertanya.”

    Aku tersenyum. Siapa sangka Atsumu punya sisi yang bisa mengkhawatirkan orang lain. Selama ini aku hanya mendengarnya dari rumor, dan sisanya adalah dari seminggu dia selalu bersamaku seperti sedang mengawasiku. Memang tidak kentara, karena dia selalu menemui Hitoshi, anggota tim bola voli yang satu kelas denganku.

   “Hari ini aku akan mengantarmu sampai rumah.”

    Hah. Apa? Sejak kapan aku keluar dari kelas dan sedang digandeng oleh Atsumu. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

    “Aku bisa pulang sendiri, kau tidak perlu—“

    Atsumu melihatku dengan serius, sehingga aku tidak berani melanjutkan bicaraku. Terkadang dia juga menakutkan secara tiba-tiba.

    “Apakah 1 minggu tidak cukup untuk kita menjadi dekat?” Atsumu menghela nafas dan berjalan lebih pelan. “Aku ingin kau terbiasa denganku, itulah kenapa aku selalu kemari dan bicara dengan Hitoshi meskipun kami hanya bicara hal-hal sepele."

Haikyuu RomanceWhere stories live. Discover now