27. Luka Dan Tawa

Start from the beginning
                                    

"Hati-hatilah Unnie, tanganmu jadi terluka."

"Hanya luka kecil, Chi."

"Tetap saja berdarah. Unnie bisa mati,"

Lisa terdiam. Ucapan Chiquita membuatnya tak bisa berkata-kata lagi. Sedikit berlebihan memang, tapi Gadis itu tidak bercanda, karena raut wajahnya yang serius. Dia berfikiran jika Chiquita pasti seperti itu karena traumanya. Jadi luka seperti ini Chiquita tidak menyukainya.

"Sebaiknya Unnie duduk saja, biarkan aku yang memasak ya? Tenang saja, rasanya pasti enak. Percaya padaku."

Chiquita tersenyum kali ini, Lisa pun menurut tanpa banyak protes.
Dia akhirnya duduk saja dan membiarkan gadis berponi itu melanjutkan pekerjaan yang tertunda di depan kompor.

Meski hanya memasak nasi goreng, Lisa tidak bisa melakukannya.
Dia jadi malu pada Chiquita yang bisa melakukan apa saja di usia semuda itu.

Saat sedang memperhatikan Chiquita dalam diam, Lisa tiba-tiba teringat pada keluarganya. Terlebih pada Rosé, dia sangat penasaran bagaimana kabar gadis itu sekarang. Yang terakhir dia ingat dari kakaknya itu, Rosé tidak sadarkan diri di tengah sungai. Namun dia berdoa semoga gadis itu selamat dan baik-baik saja. Ucapannya yang mengatainya Adik bodoh selalu melekat pada ingatannya.

"Hufh.. "

Sudah satu bulan lamanya dia tinggal di rumah sederhana keluarga Chiquita, tapi tetap saja tak bisa di pungkiri dia merindukan keluarganya. Meski Ibunya tidak menyayanginya, Lisa tetap memikirkan wanita itu. Padahal dia sudah berjanji untuk tetap hidup demi wanita itu. Sekarang, Ibunya entah tau atau tidak entah peduli atah tidak jika dirinya masih hidup.

Apa yang akan terjadi jika dia tiba-tiba pulang nanti? Apakah keluarganya akan tetap tidak peduli, ataukah dia lebih baik tetap disini saja bersama orang-orang yang menganggapnya ada?

"Hey. Ayo makan."

Lisa terkesiap, Chiquita tiba-tiba menghidangkan piring berisi nasi goreng yang berbau enak di hadapannya. Kepul asap itu membuat wajah Lisa menghangat.

"Unnie memikirkan apa? Aku panggil tidak merespon,"

"Eh? Tidak kok."

Chiquita terkekeh, mulai duduk di hadapan Lisa yang salah tingkah.

"Unnie, merindukan keluarga Unnie ya?"

Lisa menatap Chiquita yang meniup-niup nasi pada sendok.

"Aku cukup peka, kok. Jadi jujur saja,"

Lanjutnya, kemudian menyuapkan nasi goreng tersebut. Lisa tersenyum kecil, kemudian menggeleng. Memilih ikut menyuapkan nasi goreng panas itu pada mulutnya.

Meski sambil ber hah pedas, Lisa tetap menikmatinya karena rasanya enak. Chiquita yang tak mendapat jawaban menggeleng kecil, lalu lompat ke pembicaraan lain.

"Nanti malam mau ikut tidak? Aku mau pergi ke suatu tempat."

"Kemana Chi?" Jawab Lisa setelah menelan nasi gorengnya.

"Jalan-jalan ke taman kota, Ruka Unnie dan temanku yang lain akan pergi kesana nanti malam."

Lisa mengurungkan tangannya yang akan menyendok nasi lagi. Menatap gadis di hadapannya penasaran.

"Taman kota? Jauh tidak?"

Chiquita mengangguk.

"Cukup jauh. Tapi disana, siapa tau Unnie bisa menemukan informasi untuk pulang."

"Aku tidak mau pulang."

Chiquita terkekeh. "Aku tidak menyuruhmu untuk pulang, Unnie. Hanya saja Unnie mungkin membutuhkan beberapa informasi, dan aku akan dengan senang hati membantu."

Strong Girl Where stories live. Discover now