18. Semua Karena Keadaan

1.2K 167 20
                                    

Jaehyun menampar wajahnya beberapa kali sampai lelaki itu merasa lebih baik. Panas yang di timbulkan membuatnya menghembuskan nafas berat.

Saat ini ia sedang berada di kamarnya, tidur terlentang di atas ranjang dengan lampu temaram karena hanya lampu belajar yang di nyalakan.

"Kenapa kau bodoh sekali, Jung Jaehyun... " Sekali lagi lelaki itu menampar wajahnya dan bergumam.

Nampaknya dia tengah menyesali apa yang telah dia lakukan akhir-akhir ini. Menyakiti Lisa, sungguh bukan keinginannya. Hanya saja, dia ingin membalas dendam kepada pembunuh Ayahnya. Tapi tetap saja Lisa juga kena imbasnya.

Dia sengaja mendekati Rosé karena tahu gadis itu adalah anak kandung Lee Jeongsuk. Meskipun Lisa juga anaknya, dia tau gadis yang masih sangat dia cintai itu tidak di anggap oleh Ayahnya sendiri. Kehidupan Lisa bahkan jauh dari kata bahagia, tahu begitu dia tetap saja ikut menghancurkan Lisanya.

"Jika sudah begini, aku bahkan tidak pantas untuk sekedar melihatmu lagi Lisa-ya. Tapi kau harus tau, aku benar-benar mencintaimu dengan tulus. Aku hanya ingin membalas dendam. Ayahku tidak pantas mati oleh bajingan itu."

Jaehyun meraih ponselnya, tersenyum tipis melihat foto dirinya dan Lisa yang tersenyum lebar. Meskipun Lisa hanya mengangkat sedikit ujung bibirnya.

Sampai saat ini, lelaki itu belum mengetahui perasaan Lisa yang sebenarnya. Jika tau, pasti Jaehyun akan sangat bahagia. Mungkin, lelaki itu juga akan menghentikan aksi balas dendamnya.

"Cantik .. "

×××××××××××××××××××××××××××××

Lisa pulang ke rumahnya saat jam menunjukkan pukul 8 malam. Ini kali pertamanya tidak langsung pulang ke rumah setelah sekolah.
Gadis itu butuh waktu untuk menenangkan diri, jadi dia pergi ke suatu tempat yang cukup jauh.

Bahkan gadis itu juga berniat semakin menutup diri, dia tak akan membiarkan siapapun memasuki hatinya lagi. Cukup Jaehyun yang membuatnya hancur. Dia sadar, manusia seperti dirinya tidak pantas mendapatkan cinta dari siapapun.

"Unnie. Kalian berlebihan. Kalian tidak perlu mengantar jemputku. Aku sudah besar!"

"Justru itu! Semakin kesini kau semakin susah di atur!"

"Apa salahnya bermain sesekali? Aku hanya butuh hiburan!"

"Kami juga tidak pernah melarangmu, tapi karena kau ketahuan mabuk-mabukan kami jadi khawatir. Kau masih pelajar Rose. mengertilah."

Lisa berpura-pura tidak melihat mereka, itu akan lebih baik baginya. Jennie dan adiknya terus berdebat disana, dan Jisoo hanya duduk memerhatikan. Gadis berbibir hari itu melirik Lisa, alisnya sedikit naik. Dia juga tanpa sadar bergumam dalam hati.

"Tidak biasanya dia pulang malam. Ah, aku tidak peduli. Terserah dia."

Sesampainya di kamar, Lisa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Matanya terpejam, mulai merasakan lelah di sekujur tubuh karena cukup banyak beraktivitas seharian ini.

Mengingat kedua kakaknya berada di rumah, menandakan orangtua mereka sedang tidak ada. Karena jika ada, mereka berdua dia tidak akan datang kemari. Apalagi jika ada Ibunya, mereka yang ada hanya akan bertengkar.

Sejujurnya Lisa muak tinggal di rumah yang nyatanya tidak bisa menjadi Rumah, tapi mau bagaimana lagi dia tidak bisa berbuat seenaknya. Ibunya pasti akan marah besar. Inginnya dia pergi dan tak memiliki hubungan dengan siapapun, mungkin dia bisa merasakan sedikit kedamaian dalam hidupnya.

Itupun tentang seandainya, andai-andai yang tak bisa dia gapai.

"Jika bisa, aku ingin hidup dalam mimpi dan terlarut disana selamanya. Tapi Ibu tidak akan mengizinkan. Aku harus kuat beberapa waktu lagi."

Strong Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang