3-MASIH NOMOR YANG SAMA

Začít od začátku
                                    

Pagi ini, Amor ingin berbelanja. Tiba-tiba, dia ingin membuat kue cemilan dan kali ini tidak akan membaginya kepada sang mertua.

"Apa lagi, ya, yang kurang?" gumam Amor sambil menatap belanjaan yang berada di troli. Sebenarnya dia jarang berbelanja sendiri, selalu meminta tolong pembantu. Tetapi, karena pagi ini dia suntuk, lebih baik dia keluar rumah untuk mencari suasana.

Tak lama kemudian, Amor mendorong troli dengan tiga kantung berukuran besar yang tergeletak. Dia berjalan menuju mobilnya yang terparkir di ujung. Yah, pagi ini dia menyetir sendiri. Padahal, Evas selalu khawatir jika dia mengemudi sendiri. Ah, bahkan suaminya itu takut jika Amor jalan sendiri. Katanya takut digoda lelaki lain.

"Ugh...." Amor mengambil salah satu kantung dan memindahkannya ke bagasi. Dia lalu mengibaskan tangannya terasa panas. Kemudian dia mengambil kantung lagi.

Duk... Duk.... Tetapi, kantung itu langsung jebol.

"Ya ampun!" keluh Amor kemudian membungkuk. Dia mengambil bawang bombai yang menggelinding. Seketika dia mengambilnya satu per satu. Hingga, ada bawang bombai yang berhenti di depan sepasang sepatu. Amor mendekat dengan jalan jongkok lalu menggapai bawang bombai itu. "Maaf."

"Untung nggak keinjek."

Amor mendongak, mendapati seorang lelaki yang mengenakan kemeja hitam lengan panjang dan kacamata hitam senada. Seketika dia berdiri dan mundur selangkah. "Sekali lagi saya minta maaf." Amor seketika berbalik dan menuju mobil.

"Ada yang ketinggalan?"

"Oh, ya?" Amor berbalik, melihat lelaki itu mengulurkan sebuah kentang berukuran kecil. Dia segera meletakkan bawang bombai yang dipegang ke troli lalu mendekati lelaki itu. "Terima kasih." Amor hendak mengambil, tapi lelaki itu menarik tangannya menjauh.

Amor menatap lelaki itu penuh tanya. Dia tidak bisa melihat jelas wajahnya. Tetapi, satu yang bisa disimpulkan, lelaki itu sangat tampan. Alisnya tebal dengan ujung agak menukik. Hidungnya jelas mancung, menjadi sandaran pertengahan kacamatanya. Bibirnya juga berwarna pink alami.

"Ini!" Lelaki itu menarik tangan Amor dan meletakkan kentang berukuran kecil itu di telapak tangannya.

"Ya. Terima kasih." Amor membungkuk sopan lalu berjalan menuju mobil. Dia mengambil kantung belanjaan dan menyangga bagian bawahnya. Tetapi, saat hendak memasukkan kantung ke bagasi tiba-tiba ada tangan yang menahannya. Amor sontak berbalik, mendapati lelaki itu berada di belakangnya.

"Tolong saya sebentar."

"Ha?"

"Bisa pura-pura kelihatan biasa saja?" tanya lelaki itu sambil meletakkan kantung belanjaan ke mobil Amor.

Amor bingung apa yang terjadi, tetapi akhirnya memilih menurut. Dia merapikan kantung yang berjejer lalu menahan napas. Aroma cinnamon mulai menusuk indera penciumannya. "Ehm...."

"Sudah ada pasangan?"

"Ha?" Amor sontak mendongak, lelaki itu mundur selangkah lalu tersenyum. Terlihat begitu manis.

"Sampaikan maaf saya ke suamimu." Lelaki itu kemudian berjalan menjauh dengan langkah lebar.

Amor menatap lelaki itu yang berjalan menuju supermarket. Dia geleng-geleng, kenapa pagi ini bertemu dengan orang aneh?

***

Sebuah pertunjukan teater yang dihadiri dari kalangan atas itu berakhir meriah. Jajaran pemain, kru dan penari semuanya berdiri di panggung dan memberi penghormatan ke penonton yang datang. Setelah dua minggu memberikan pertunjukan, kini mereka harus undur diri.

"Sampai jumpa di penampilan selanjutnya!" Salah satu pemain utama melambaikan tangan. Kemudian satu persatu orang yang berada di panggung mengundurkan diri.

Para penonton mulai meninggalkan tempat. Mereka terlihat begitu puas menonton teater yang kali ini menyuguhkan cerita dengan latar waktu tahun empat puluhan. Ceritanya memang tidak jauh-jauh dari romansa. Tetapi, akting setiap pemain sungguh luar biasa.

Di deretan depan, seorang lelaki masih duduk di posisinya. Dia bertepuk tangan, melihat para pemain yang masih berada di panggung dan saling melakukan perpisahan. Hingga ada seorang wanita yang menoleh lalu melambaikan tangan.

Lelaki itu seketika berdiri dan melambaikan tangan sekilas. Dia memberi kode lewat gerakan tangan lalu segera meninggalkan studio. Wajahnya terlihat semringah, perpaduan antara puas dengan tayangan yang disuguhkan dan tidak sabar menunggu sang wanita.

Beberapa menit kemudian, wanita yang mengenakan pakaian kerajaan menghampiri. Dia tersenyum ke lelaki berkemeja putih yang telah menanggalkan jasnya. "Kamu beneran tepatin janji. Makasih."

"Sama-sama."

Wanita itu mendekat lalu mengecup bibir lelaki di depannya. "Setelah ini aku free. Kita lebih leluasa ketemu."

"Gitu? Berharap terus sama aku?"

"Iyalah. Kan, kamu pasangan aku." Wanita itu mengerucutkan bibir lalu matanya dibuat agak sendu. "Yakin, nggak bakal kangen?"

"Kangen!" Lelaki itu memeluk sang wanita itu lalu berbisik. "Dinner bareng?"

"Eh, aku belum ganti baju."

"Nggak usah."

"Ishh. Seneng banget ngasih kejutan." Wanita itu menepuk perut rata lelaki di sampingnya lalu satu tangannya melingkar ke pinggang. "Makasih, Evasku." Dia mengecup pipi lelaki itu dengan gemas.

Lelaki yang dipanggil Evas itu mengedipkan mata genit. "Ya, Sayang!"

MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATIKde žijí příběhy. Začni objevovat