Bab 18. LOVE LETTER (Part 2)

26 3 0
                                    

"Ada banyak hal yang tidak bisa aku katakan, seakan semuanya bersembunyi dariku dan aku tidak bisa mengungkapkannya. Hal sederhana yang yang ingin aku katakan adalah aku mencintaimu hari ini dan selalu."
-Askala Nararya Adhitama-

----------

Seperti hari-hari sebelumnya Askala menjemput Ariella. Hari ini raut wajah gadis itu tidak seperti biasanya, dia enggan menatap mata Askala seakan berusaha menghindari lelaki itu.

"Lo, kenapa sih dari tadi jawabnya cuma hmm hmm, lo sariawan atau gimana?" Tanya Askala keheranan dengan sikap Ariella hari ini gadis itu banyak diam, biasanya mulut gadis itu tidak berhenti mencerocos jika sudah bertemu dengannya.

Kini keduanya berada diatas motor dengan Askala yang membawa motornya menuju sekolah mereka.

Ariella mendengus kesal padahal dia sudah mati-matian menahan diri agar terlihat kalem hari ini.

"Udah sih, gak usah banyak bacot fokus aja kedepan entar lo nabrak, gue belum mau mati muda." Kata Ariella dibelakang boncengan Askala.

"Kalo nikah muda mau?"

Ariella malas menimpali ucapan Askala lebih baik dia diam daripada tembok pertahanannya runtuh hari ini.

Tibalah mereka di SMA Cakrawala, Ariella turun dari motor dan memberikan helmya kepada Askala, setelahnya gadis itu berlalu pergi tanpa mengatakan apapun.

"Lah, malah ditinggal tuh anak kenapa dah?"

"Woi boss," teriak Harriz dari arah berlawanan.

"Napa?"

"Gapapa, cuma tes-tes suara aja."

Askala memutar manik matanya malas, memang temannya yang satu ini sangat absurd.

Banu ikut bergabung dengan mereka masuk ke tengah-tengah mereka berdua dan merangkul pundak kedua temannya itu.

"Apasih lo dateng-dateng main rangkul aja." Ujar Askala menepis tangan Banu.

"Santai boss, jangan marah-marah dong masih pagi nih." Kata Banu nyengir.

"Lo, jangan ganggu si boss lagi galau digantung ama cewek soalnya." Sahut Harriz, harriz memang sempat melihat Askala dan Ariella berangkat bersama termasuk melihat ketuanya itu di cuekin oleh seorang gadis.

Askala menatap tajam ke arah Harriz, "lo ngomong apa coba ulang."

"Peace, maaf boss hehe," Harriz mengacungkan dua jarinya tangannya berbentuk V takut kena amukan sang ketua.

"Oh, hubungan lo ama Ariella masih HTS boss?" tanya Banu, "perasaan gak ada kemajuan, lo belum nembak dia atau gimana?" sambungnya.

"Mending kalian diem deh," ujar Askala memilih pergi dari sana daripada mendengarkan kedua teman laknatnya itu.

*****

Jam pelajaran berakhir, satu persatu murid meninggalkan ruang kelas dan kini tersisa Askala, Ariella, Banu dan juga Dillah yang berada didalam sana.

"Dill, mau pulang bareng gue enggak?" tanya Banu yang melihat Dillah nampak merapikan peralatan alat tulisnya.

Dillah menaikkan alisnya sebelah, "tumben lo nawarin gue tebengan."

Banu mengusap tengkuknya, "yah, cuma pengen aja." Bukan tanpa sebab Banu mengajak Dillah untuk pulang bersama. Pasalnya lelaki itu sedang mencoba Pdkt dengan sang gadis.

"Cie cie cie Dillah," sahut Ariella menggoda sang sahabat.

Dillah memutar bola matanya malas, sebenarnya dia ingin menolak ajakan Banu tapi tidak ada salahnya juga pulang bersama cowok itu, hitung-hitungan menghemat uang jajan. Dillah adalah salah satu murid beasiswa tidak seperti Ariella yang berasal dari kalangan berada, Dillah hanya berasal dari keluarga sederhana dan kebetulan beberapa hari ini pengeluarannya cukup banyak jadi, menerima tawaran dari Banu bisa menghemat uangnya, apalagi ongkos pulang ke rumahnya yang lumayan cukup jauh dari sekolah cukup menguras uang jajannya. Mending menerima ajakan cowok itu lumayan tebengan gratis, gak salah kan Banu yang menawarkannya jadi mengapa mesti menolak.

LOVE LETTERWhere stories live. Discover now