27. Lust of The Dawn

231 29 4
                                    

🔞 

Berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, pagi buta ini Claire sengaja bangun lebih cepat. Tanpa menimbulkan suara apapun, ia beranjak dari ranjang—meninggalkan Snape yang masih begitu tenang terlelap. Claire membutuhkan udara segar, maka dari itu, sekarang ini dia tengah menarik napas dalam lalu menghembuskannya dengan senyum yang mengikuti.

Great lake menjadi tujuannya, sebab mau ke mana lagi dia selain kemari? Lagipula hari masih gelap—ufuk masih enggan menghadirkan arunika yang sudah siap dilihat Claire. Mengingat sekarang kepingan salju sudah tidak lagi mendaratkan diri di tanah Inggris. Sudah digeser semi yang harap-harap bisa menghangatkan.

Sebenarnya juga tadi dia tidak berniat kemari, dia hanya ingin berkeliling di sekitar kastil lalu menunggu matahari terbit. Tapi karena menurutnya kurang aman, jadi dia mengalihkan langkahnya menuju tempat ini.

Sesaat kemudian Claire mencebik, seharusnya sekarang ia bisa menggambar alih-alih hanya exhale-inhale. Entah kemana lah buku gambarnya setelah tragedi memalukan sekaligus menyakitkan itu. Ia berharap semoga dibawa orang, bukan tertinggal di sini yang malah membuatnya rusak.

"Kau sedang menjelma menjadi penunggu Great lake atau bagaimana?"

Sontak saja Claire terlonjak, matanya melotot saat mendapati suara husky itu mendengung di telinganya. Di sana, siluet seorang pria yang kian jelas siapa itu—berjalan ke arahnya dengan menyakukkan satu tangannya, sementara yang satu lagi ia bawa ke belakang.

Dan saat sang master ramuan mengambil duduk di sampingnya. Ia bersungut. "Severus!" bentaknya sembari melayangkan satu pukulan kuat pada lengan atas Snape, yang tentu saja membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Aku hanya bertanya," cicit Snape sambil sibuk mengusap lengan atasnya. Wajahnya berubah cemberut, apalagi saat matanya melirik begitu sinis.

"Ada apa? Kenapa kemari?" tanya Claire enggan mengurusi air wajah Snape yang masam.

Ia berdecih sebelum menjawab. "Ini tempat terbuka, umum bagi semua orang yang ada di Hogwarts—bagi penyihir. Terserah aku mau ke mana saja, memang itu mengganggumu? Lagipula kalau iya, aku tidak peduli. Sekali lagi, ini tempat umum. Bukan milikmu, Miss Edevane!" sahutnya yang entah kenapa terdengar begitu bersungut.

Claire lantas menoleh, hanya untuk mendapati muka berang Snape dengan obsidian yang sedari tadi masih meliriknya. Tangannya kemudian beranjak untuk mengecek suhu tubuh Snape, yang tanpa diduga ditepis oleh pria itu.

"Kau kenapa?"

Kali ini bukan decihan—melainkan cebikan yang mewakili bagaimana kesalnya ia pada Claire. "Bertanya terus. Kau journalist?" sarkasnya lalu dengan keras menyedot ingusnya yang hendak meluncur keluar.

"Kau pilek?"

"Bukan. Aku Sever—Ouch!"

Kata-katanya terpenggal, digantikan dengan desisan juga lirikan maut. Pasalnya tadi Claire begitu sembrono menggigit puncak hidungnya. Agak keras pula.

"Jahat," kata Snape begitu mendalami. Sangat-amat dramatis.

"Kalau kedatanganmu kemari hanya untuk membuat suasana hatiku memburuk, kembali saja sana ke Dungeon!" hardik Claire dengan tingkat kemarahan yang tidak biasa. Ia lantas diam, sibuk memperhatikan ruang kosong sembari terus mencoba untuk melunturkan emosinya.

Mendengar nada bicara yang jarang itu, Snape menghela napas kasar. "Salah kau sendiri meninggalkanku," celetuknya.

Tidak ada jawaban dari entitas di sampingnya. Dan saat ditilik, wanita itu masih menatap lurus hamparan air di depan sana. Membuat Snape agak merasa bersalah. AGAK. Karena mau bagaimanpun ia juga kesal—marah sebab ditinggal oleh Claire saat tidurnya tengah begitu pulas.

Sequoia | Severus SnapeWhere stories live. Discover now