9. He and His Fucking Bad Behavior

205 36 2
                                    

I think you guys are person who can appreciate other people's work. so before y'all enjoy this chapter or even this story, could you guys just pay a little respect to me?

thank you then<333

.

.

.


Dua hari Claire berada di kastil ini, selama itu pula kedamaian memeluknya. Rasanya begitu tenang dan lumayan bisa membuatnya tersenyum lega saat mengajar. Ya meskipun tidak ia pungkiri jika rasa jengah terus saja menghantuinya kala ia harus dengan rela mengeluarkan banyak kata, alias ia harus rela banyak bicara demi menjelaskan materi-materi. Tapi setidaknya itu lebih normal dari hari-hari setelah dua hari itu.

Sebab tadi saat Claire baru selesai membubarkan kelas, telinganya dengan jelas menangkap kabar bahwa pria dengan rambut panjang yang Claire yakini begitu berminyak itu sudah kembali dari perjalanan 'amal'nya.

Memang prediksi Sinistra malam itu salah besar. Tapi karena kesalahan prediksi itulah Claire masih bisa uncang-uncang kaki di sela-sela kejengahannya dalam mengajar. Setidaknya bebannya tidak semakin besar. Padahal Claire sudah yakin kalau malam itu atau hari sebelumnya dia tidak menenggak Felix Felicis yang efeknya lantas menghilang.

"Hhh ... Sial, sial," gerutunya putus asa sesaat setelah kakinya menuruni anak tangga terakhir dan mulai melangkah masuk ke dalam Great Hall.

Mungkin sarapan dan makan siang bisa ia akali, tapi untuk makan malam-- susah. Para professor senior saja menghadirinya, masa Claire yang baru masuk tiga hari sudah mangkir. Apa kata mereka?

"Miss Edevane," panggil Dumbledore yang memang sudah duduk di singgasana nya.

Segera saja Claire mendekat, dengan senyum tentunya. "Yes, Sir?"

"Duduklah di samping Minerva," titahnya lembut.

Air wajah terkejut sedikit nampak kentara. Sebab yang ia pahami, tempat itu adalah patennya si penghuni Dungeons. Dan tempat duduk yang sederetan dengan Kepala Sekolah itu terkenal tempatnya orang-orang penting. "Di samping Ma'am McGonagall?" tanyanya memastikan.

Dumbledore mengangguk. "Tidak akan ada kursi tersisa, lekaslah duduk."

"But, Headmaster--"

"Sudah, turuti saja perintah kepala sekolah, Miss," penggal McGonagall yang lantas menarik lembut lengan Claire untuk duduk di sampingnya. Dengan begitu, Claire hanya mampu menebar senyum pada keduanya. Pandangan mereka terlihat mencurigakan meskipun tidak dilihat dengan seksama.

Makan malam dimulai, dengan kecurigaan Claire yang kian meningkat kala kursi di sampingnya tetap dibiarkan kosong, sementara kursi di sebelahnya sudah terisi.

Dan benar saja, ia dijebak. 

Kursi berderit, menandakan bahwa manusia hitam penunggu Dungeons yang terlambat pun hadir. Mengisi kekosongan di sampingnya dengan membawa serta hawa dingin yang lama kelamaan membuat Claire terbakar. Ia alihkan pandangan ke arah mana saja yang terpenting tidak sampai menyentuh seinchi saja sosok di sebelahnya ini.

Jangan bertanya alasannya apa. Kalian seharusnya sudah paham bahwa sosok hitam di samping Caire ini perisak kelas kakap yang menargetkan anak dibawah umur sebagai korbannya. Ch, sudi sekali Claire untuk membuang tatapan sucinya pada makhluk astral turunan neraka ini.

"Kenapa terlambat, Sev?" tanya Dumbledore yang membuat McGonagal menoleh ke arah manusia yang ditanya.

"Madam Pomfrey memintaku untuk membuat beberapa ramuan," jawabnya singkat, padat dan jelas. 

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang