21. The Other Side of Her

158 31 7
                                    

Satu senti...

"Sir?!"

Keduanya lantas menoleh, mencari sumber suara yang entah kenapa terdengar seperti milik Claire, tapi mendengung dan terasa jauh.

"What's that?" tanya wanita di hadapannya yang masih mengalihkan wajah dari Snape.

Membuat pria ini lantas menarik dagunya dengan dua jari.

"That's not important, Claire. But this..."

Kurang dari satu detik lagi ia akan mencapai tujunya, jika saja sebuah tamparan yang terasa nyata dan perih tidak membuatnya terbelalak.

Lalu saat netranya menemukan seseorang yang kini membuatnya memegangi pipi pun, ia terdiam. Dirinya seolah baru terbangun dari mimpi panjang yang terasa begitu absolut.

"Sorry. Sakit, ya?" tanyanya dengan raut bersalah yang begitu kentara. Claire lantas menegakkan tubuhnya, kemudian melanjutkan, "Aku tahu kau kelelahan, apalagi selama satu minggu ini kau tidur di sini. Belum lagi kau kehilangan jam tidurmu. Tapi, Sir. Ini sudah jam dua belas siang, kau melewatkan sarapan. Dan... wajahmu juga pucat. Kau demam, Sir."

Tepat setelah gendang telinganya menangkap penuturan itu, Snape kini bisa merasakan kepalanya pening bukan main, apalagi di bagian belakang. Begitu juga dengan punggungnya, rasanya seperti habis melakukan pekerjaan begitu berat hingga membuat tulang-tulangnya hampir patah

Ia memejamkan matanya sembari menggelengkan kepalanya, mencoba mensugesti otaknya agar mengusir kepeningan yang sakitnya luar biasa ini.

"Pusing, ya?"

Lagi, suara itu kembali mengalun begitu indah melewati gendang telinganya bertolak menuju bagian terdalam dan tergelap hatinya. Membuat Snape lantas membuka mata dan menatap entitas itu di balik kesakitan yang menjalar.

Alih-alih berbiara, Snape justru memilih untuk memproses apa yang tengah terjadi. Apa mungkin tadi itu mimpi? Tapi sedari kapan? Sebab saat netranya tak sengaja menatap jari-jemari kirinya, ia menemukan band-aid yang tadi malam dipasangkan Claire untuknya.

"Kita makan siang dulu, setelahnya baru kau minum ramuan penawar pusing dan demam. Okay?" tanyanya dengan nada begitu halus yang entah kenapa ingin sekali Snape tolak. Karena dengan begitu, jantungnya kembali berdetak tidak beraturan.

"Sir?" Ia melambai, mencoba mengais kesadaran Snape yang terbawa arus dirinya. "Kau baik—"

"Kapan percakapan kita selesai tadi malam?" penggalnya tiba-tiba. Menciptakan sedikit keterkejutan bagi wanita itu, mungkin karena suara seraknya.

"Saat aku hampir membantahmu, dan kau mendorongku untuk pergi dari hadapanmu sambil berkata, 'Tidur sana, kau berisik.'," sahut Claire dengan menirukan nada bicaranya.

Hal itu mampu dengan ajaibnya menarik seluruh jiwa Snape untuk kembali menjejaki waktu. Ia menyuruh Claire dan menegurnya? Kenapa begitu berbeda dengan percakapan yang ia ingat? Kenapa...

"Sir?" panggil wanita itu sembari mengguncang tubuhnya pelan. "Sakit sekali ya kepalamu?"

Tanpa ingin menjawab, Snape menepis tangan itu dengan sedikit kasar, lalu berlari menuju kamarnya untuk terus melaju menuju kamar mandi. Ia butuh waktu untuk memproses semuanya. Tapi bagian tersialnya adalah, ia harus mengembalikan serpihan memorinya dengan kondisi kepala yang bak ditusuk ribuan samurai asli Jepang.

"Damn you, Sev," katanya sambil mematut kacaunya dirinya di kaca.

Tidur selama sepuluh jam lebih? Gila! Pantas saja bangun-bangun dia hilang ingatan, tidurnya saja tidak normal. 

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang