Tanda tanya (1)

68 15 9
                                    

POV Reihana

Pagi ini, aku terbangun sekitar pukul 05.30 karena tubuhku yang memang sedang kurang sehat. Seperti biasa, pagi hari adalah saatnya memberikan afirmasi positif untuk diri sendiri.

"Rei, kuat ya? Kuat jalani hari ini, dan besok besok besok besok sampai hari terakhir di bumi. Dan Tuhan, terima kasih atas kebaikan kebaikan kemarin, semoga hari ini jauh lebih baik. Dan aku memaafkan salahku yang kemarin, dan akan memperbaikinya hari ini" Kataku pada diriku sendiri.

Aku bergegas untuk membersihkan dan membereskan seisi rumah sebelum Ibu tiriku terbangun, dan aku kemudian melanjutkan dengan membersihkan diriku.

Tepat pukul 07.00, aku membuka handphoneku dan mulai menekan aplikasi membosankan yaitu classroom. Benar, saat ini Covid-19 masih banyak sekali memakan korban. Wabah paling mematikan sepanjang hidupku, banyak sekali hal-hal diluar dugaan dan diluar akal manusia. Ditambah pula adanya lockdown yang tentu membuat banyak hal menghilang. Bahkan tak jarang ada yang kehilangan diri sendiri, membentuk pribadi dan karakter baru, dan lain sebagainya.

Bandung hari ini nampak cukup tenang, gerimis membasahi setiap jengkal tanah kota ini. Cukup tenang untuk mengerjakan beberapa tugas merangkum yang membosankan.
Aku membuat teh hangat untuk menemani pagiku ini, dengan ditemani lagu-lagu yang sedang trend saat ini.

***
Sekitar pukul 11.00, aku berhasil menyelesaikan semua tugasku dan aku memilih untuk beristirahat sebentar.

"Toh gak ada orang, mending tidur" Gumamku

Kemudian, aku berusaha untuk tertidur tapi sial, aku tetap tidak bisa tertidur. Aku justru bertengkar hebat dengan isi kepalaku, berisik, sangat berisik.

Memang, belakangan ini kepalaku hampir selalu berisik, apalagi ketika kondisiku sedang kurang baik.

Ceklek

Mataku tentu langsung mengarah pada sumber suara. Andhika Mahardika, Kakak laki-lakiku yang menyebalkan, dia hanya membuka pintu kamarku kemudian dia menatapku lalu tersenyum jahil dan pergi begitu saja tanpa menutup pintu kembali.

Aku hanya menghela nafasku dan..

"MINIMAL TUTUP LAGI PINTUNYA!!" Teriakku.

"HAHWHAHAHAHAHHAHAHAHA" Suara tawa Kakak dari sebrang sana.

Ceklekk

"Naon deui?" Tanyaku sensi.

"Naon sih, hayang weh kadieu" Jawabnya santai sambil duduk di meja belajarku.

Aku mengambil handphoneku dan mulai mengabaikan kehadirannya.

"Del, Kakak bawa makanan di depan, makan dulu jangan main hp terus" Katanya, belum sempat aku menjawab, dia meneruskan ucapannya.

"Main HP terus, kaya yang punya pacar aja" Lanjutnya sambil tertawa jahil dan pergi meninggalkanku.

Speechless. Bagaimana aku bisa punya pacar kalau dia saja melarangku untuk dekat dengan laki-laki? Bahkan dengan orang kemarin saja aku menjalani hubungan diam-diam.

Teringat akan makanan tadi, aku kemudian memutuskan untuk menyusuli kakakku.

***

"Ngapain kesini? Jomblo gak diajak" Katanya dengan tatapan menyebalkan.

"Tadi disuruh makan, jadi cewek emang serba salah" Jawabku ketus

"Del" Panggilnya (Terlihat mulai serius)

"hm?" Jawabku malas

"Naha ya kita gak mirip" Katanya tiba-tiba.

"Kumaha Allah weh" Jawabku seadanya.

REGANZZAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt