CHAPTER 16

143 18 10
                                    

Illinois, 2023.

Keesokan harinya, seperti yang telah dijadwalkan, Jaden dan Kasie kembali melakukan lompatan. Kali ini, bukan cuma Jaden yang tergeletak di atas tanah setelah melakukan lompatan. Kasie juga hampir saja tak sadarkan diri karena sebuah fenomena yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Mereka melompat saat malam hari, namun begitu sampai di tempat tujuan, sinar matahari yang begitu terik langsung menyambut penglihatan Kasie.

Perbedaan dan pergantian waktu yang sangat signifikan itu membuat otak Kasie tidak bisa memproses informasi begitu cepat. Sehingga ia berakhir bangkit bersamaan seperti Jaden.

Mereka berada di depan sebuah hunian dengan arsitekur tudor yang khas. Dengan sekali lihat, Kasie bisa menebak kalau ia bukan sedang berada di suatu negara di Asia. Jaden tidak mengatakan mengapa mereka berjalan memasuki pekarangan rumah itu. Kasie juga tidak merasa ingin bertanya meski ia masih bingung. Ia lebih memilih menunggu hingga Jaden membuka mulutnya.

Ada seorang pria tua yang memperhatikan kedatangan mereka lewat jendela. Kasie menyadari hal itu, dan dia tahu Jaden juga sama. Namun lagi-lagi, Jaden tidak mengatakan apapun, seolah itu adalah hal yang biasa. Ketika mereka berjalan lebih dekat, sang pria tua yang tadi ada di jendela telah berlari dan membukakan pintu untuk mereka.

"Jaden? Apa itu kau?"

Pria itu berbicara dengan bahasa asing. Mungkin bahasa Inggris.

"Ya, ini aku."

Dia menyambut Jaden dengan ramah begitu mereka sampai di depan pintu. Matanya tampak berbinar. "Sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Kau tidak berubah."

Tak lama setelah mengagumi Jaden, tatapannya berangsur memperhatikan Kasie.

"Siapa ini?" tanya nya pada Jaden.

Kasie hanya diam dan memperhatikan dua orang di hadapannya itu bercakap-cakap. Ia sama sekali tidak paham bahasa Inggris.

"Aku pernah bilang kalau aku akan kembali padamu setelah bertemu dengan kekasihku."

Pria itu memperhatikan Jaden dan Kasie bergantian dengan tatapan tak percaya. "Jadi... apakah dia...?"

Jaden hanya mengangguk.

"Oh Benjamin...." Pria tua itu berhambur ke pelukan tubuh Kasie. Tidak ada yang bisa Kasie lakukan selain menerima pelukan itu, membalasnya, bahkan. Ia tidak tahu mengapa, namun pelukan itu terasa begitu hangat.

"Aku tahu itu kau saat aku melihat matamu lewat jendela untuk yang pertama kali. Aku bisa merasakannya. Oh... Benjamin..."

Kasie hanya bisa bertukar pandangan kikuk pada Jaden. Setelah pria tua itu melepas pelukannya, ia segera menyunggingkan sebuah senyum.

"Apa katanya?"

Jaden balas tersenyum, lantas berbicara menggunakan bahasa yang Kasie mengerti. "Dia bilang kau punya mata yang indah."

Senyuman Kasie semakin merekah.

"Terima kasih," ucapnya menggunakan satu-satunya kata dalam bahasa Inggris yang ia ingat.

"Namanya Kasie." Jaden kembali berbicara pada pria itu.

"Itu nama yang indah. Dia benar-benar terlahir kembali menjadi orang yang sangat indah."

"Aku tahu."

Salah satu tangan pria itu tak berhenti mengusap-usap lengan Kasie, masih terus mengagumi sosoknya.

"Namaku Harrison." Dia mengulurkan tangannya, membuat tangan Kasie ikut terulur untuk berjabatan.

Harrison meminta mereka berhenti berbicara di depan pintu dan masuk ke ruang tengah rumahnya. Jaden dan Kasie menunggu di atas sofa, sementara pria tua itu undur diri sejenak untuk mempersiapkan jamuan kecil kepada tamu dadakan nya.

Until The Last Rain On Earth [FORCEBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang