CHAPTER 5

259 26 1
                                    

Kasie tiba-tiba mendapat telepon dari nomor tak dikenal pada suatu Jumat malam yang tenang di apartemennya. Biasanya, ia tak akan langsung menjawab telepon itu. Ia akan menunggu sampai dering ponselnya berhenti dan mengirim pesan pada si pemilik nomor tak dikenal, menanyakan siapa dia dan apa urusan yang dimilikinya dengan Kasie. Namun entah mengapa jari Kasie terasa gatal untuk menerima panggilan itu setelah beberapa saat saja.

"Halo? Siapa ini?"

"Ini aku."

Kasie mematung sejenak mendengar suara itu. Ada sedikit perasaan tidak percaya di dalam hatinya.

"Oh, kau. Aku tidak mengira kau akan benar-benar meneleponku," ucapnya berusaha terdengar biasa saja.

"Kau yang memintaku untuk menghubungimu. Jadi aku baru saja membeli ponsel ini untuk meneleponmu."

"Apa? Maksudmu kau tidak pernah punya ponsel sebelumnya? Makhluk macam apa kau ini?"

Pria di seberang telepon terdengar mendengus ringan. "Sudah aku bilang aku tidak butuh hal-hal semacam itu."

"Ya, terserahlah. Kenapa kau meneleponku? Ada apa?"

Tiba-tiba suasanya menjadi hening. Kasie sampai mengira sambungan telepon mereka terputus.

"Aku tidak tahu," jawab Jaden akhirnya.

"Apa maksudmu kau tidak tahu?"

"Kau menyuruhku menghubungi mu. Hanya itu yang ku tahu."

"Kalau kau tidak punya hal lain yang ingin kau bicarakan sebaiknya tutup saja teleponnya."

Kasie tahu ia hanya pura-pura terdengar ketus untuk membuat Jaden mau bicara lebih banyak. Dan taktiknya berhasil.

"Tunggu, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu."

"Katakanlah." Mendadak jantung Kasie terasa berdetak tak karuan.

"Bisakah kau lupakan apa yang telah aku katakan tempo hari?"

"Yang mana? Kau mengatakan banyak hal."

"Segalanya. Aku ingin mengulanginya dari awal. Anggap saja kita tidak pernah bertemu sebelumnya dan sekarang aku ingin mengenalmu lebih jauh."

Detak jantung Kasie perlahan surut menjadi normal. Ia menatap dinding kamar apartemennya dengan penuh tanda tanya, seolah ia sedang berhadapan langsung dengan sosok Jaden.

"Kenapa?"

"Karena semua itu terdengar tidak masuk akal."

Kasie baru sadar bahwa suara Jaden terdengar jauh lebih rendah dari sebelumnya. Sesuatu di dalam diri Kasie terus bertanya-tanya atas apa yang sebenarnya telah terjadi dengan Jaden setelah pertemuan terakhir mereka tempo hari, namun ia menahan diri dan mencoba untuk mengikuti alur pembicaraan saat itu.

"Lalu apa yang akan kau lakukan untuk mengenalku lebih jauh?"

Jaden kembali terdiam selama beberapa detik, sebelum mengajukan sebuah pertanyaan. "Bisakah kita bertemu lagi?"

"Dimana?"

"Entahlah. Aku tidak terlalu mengenal lingkungan ini. Kalau kau punya tempat yang ingin kau kunjungi kita bisa pergi ke sana."

"Apa kau sedang mengajakku berkencan?" tanya Kasie tanpa sadar berjalan memutari kamar apartemennya dengan ponsel menempel di telinganya.

Jaden terkekeh pelan. "Aku merasa lancang untuk menyebutnya sebagai ajakan kencan. Aku hanya ingin bertemu dan berbicara berdua denganmu."

Until The Last Rain On Earth [FORCEBOOK]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें