BAB 62: Cahaya Emas Kebajikan

94 17 1
                                    


Yue Wuhuan banyak berpikir dan menciptakan layang-layang Phoenix yang sangat indah. Ia setinggi manusia dan selebar dua dengan sayap terbentang. Itu dibingkai dengan emas dan dicat dengan cemerlang. Bentuknya sangat hidup dan juga dilengkapi dengan peluit bambu. Jika angin bertiup melewatinya, akan terdengar suara yang jernih dan berlarut-larut mirip dengan kicauan burung.

Song Qingshi sangat gembira, dia sudah ingin menerbangkannya. Sambil menggaruk pipinya karena malu, dia tidak tahu bagaimana harus memujinya. Melakukan yang terbaik, dia berkata, "Wuhuan, kau luar biasa. Layang-layang ini ratusan kali lebih bagus dari yang aku beli."

Dia tersenyum dan berkata, "Tuan, yang kau beli, tanpa seruling bambu, seharusnya disebut Layang-layang Kertas. Dengan peluit bambu disebut Sitar Angin*."

*纸鸢 – Layang-layang Kertas (layang-layang burung, elang kecil) dan 风筝 – sitar angin adalah kata untuk layang-layang (mainan). Hanya saja Layang-Layang Kertas itu merupakan kata lama dan hanya berlaku untuk layang-layang gaya lama. Sitar angin atau 风筝 adalah kata umum untuk layang-layang dan merupakan satu-satunya kata yang digunakan saat ini.

Song Qingshi mengeluarkan Layang-Layang Kertas cantik yang dibelinya. Dia memeriksanya, dan terkejut. "Memang benar."

Meski menyukai benda berwarna-warni, dibandingkan dengan layang-layang yang dibelinya, layang-layang Wuhuan bagaikan burung phoenix bagi burung pipit. Yang satu berada di langit dan yang lainnya berada di tanah. Bahkan orang buta pun tahu mana yang terlihat lebih bagus. Semakin Song Qingshi melihat layang-layang kertas yang dibelinya, menurutnya, itu semakin merusak pemandangan. Ketika dia hendak membuangnya, dia melihat Rong Ye masuk untuk mengantarkan pekerjaan rumah pil para siswa. Dia sangat bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Dia dengan santai memberikan layang-layang itu padanya. Rong Ye tampak sangat senang.

Anak-anak seharusnya tidak peduli apakah mereka bermain layang-layang kertas atau sitar angin, bukan?

Dia adalah seorang abadi yang agung, seorang dewasa yang berusia hampir seribu tahun. Tentu saja, dia ingin bermain sitar angin besar yang paling indah!

Dengan semangat tinggi, Song Qingshi menyeret Yue Wuhuan ke puncak Gunung Xinyi. Dia suka melihat awan berubah, tapi yang lebih dia suka adalah melihat benda-benda indah terbang di antara awan, seperti burung dan layang-layang. Saat masih kecil, diam-diam ia pernah melihat beberapa anak menerbangkan layang-layang. Layang-layang walet terbang begitu tinggi hingga hampir memasuki awan. Anak-anak berteriak dan membuat keributan. Tawa itu datang tanpa henti. Semuanya tampak menarik.

Menerbangkan layang-layang paling baik dilakukan dengan dua orang. Satu orang memegang layang-layang, menunggu angin mengirimkan sinyal dan yang lainnya menarik tali dan berlari.

Untuk bersenang-senang, Song Qingshi tidak membiarkan Yue Wuhuan memasang formasi tambahan apa pun pada layang-layang. Dia juga melarang semua teknik pengelolaan angin dan pengendalian pelampung. Dia ingin menggunakan metode fana dan mengandalkan angin alami untuk menerbangkan layang-layang. Untuk itu, ia bahkan menganalisis kecepatan dan arah angin yang berlaku di Gunung Xinyi selama musim ini, dan secara ilmiah menentukan lokasi yang paling cocok untuk menerbangkan layang-layang tersebut. Kemudian, sambil menyingsingkan lengan bajunya untuk berperang, dia siap mengirim layang-layang ini tinggi-tinggi.

Keduanya tiba di Gunung Xinyi dan meletakkan layang-layang tersebut di lereng landai yang telah disiapkan sejak awal.

Song Qingshi mengeluarkan buku catatan dari kantong biji sesawi, dan dengan cermat membaca kembali tips menerbangkan layang-layang. Ia menghitung ulang rumusnya berdasarkan tenaga angin saat ini, dan memperkirakan ketinggian serta posisi layang-layang yang tepat, agar tidak menyebabkan talinya terjerat di pohon mana pun.

[BL TERJEMAHAN] Mistakenly Saving the VillainOnde histórias criam vida. Descubra agora