p a r t 2. Awal mula.

16 2 0
                                    

"Gue mau nikah."

Tiga kata yang bisa buat seorang Kiana sedikit tercengang. Menikah? Kenapa tiba-tiba?

"Lo ga lagi ngehamilin Sasa kan, Ra?"tanya Kiana.

"Astaghfirullah. Mulut lo ga bisa dikontrol apa. Gue emang banyak dosa, tapi ga bakalan sejauh itu sama Sasa kali." bantah Bagas. "Paling grepe-grepe dikit." lanjut Bagas menyengir.

"Heh! Kok Sasa mau sih sama modelan manusia kayak lo?"

"Ih Na. Lo bawel banget sumpah. Gue gak mau tahu. 2 bulan lagi gue mau tunangan dan 4 bulan kemudian gue mau nikah. Lo gak boleh protes. Lo kudu bantuin gue, ok?"

Secepat itu? Kiana benar-benar tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan. Bisa-bisanya hatinya terasa seperti dicubit. Ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak, Kiana. Lo harusnya bahagia. Lo itu sahabat seorang Baswara. Kalau si player ini aja pada akhirnya mau berkomitmen harusnya lo dukung. Ayo senyum." batin Kiana.

Kiana tersenyum. Tersenyum selebar mungkin untuk membuang rasa sakit yang tiba-tiba merayapi hatinya.

"Gampang elah. Nanti bilang aja pasti gue bantuin kok." terang Kiana menatap Bagas.

"Oh iya, Ra. Berarti lo nikah sekitar bulan November ya? Gue janji bakal bantuin lo, tapi sebelum lo kecewa gue harus ngomong ini." ucap Kiana sambil berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Bagas mengernyit heran.

"Lo tahu kan? Mimpi gue? dan lo tahu kan kalau gue udah apply KGSP beberapa waktu yang lalu? Gue keterima, Ra. Gue bakalan lanjut studi di Korsel dan berangkat akhir Oktober. Jadi, sudah dipastiin kalau gue gak bakalan bisa dateng." jelas Kiana panjang.

Bagas menautkan alisnya tidak suka. Tidak. Bagas benar-benar ga bisa ngebayangin hidup tanpa seorang Kiana di dekatnya. Bahkan dia sudah berdoa pada Tuhan untuk tidak mengabulkan usaha Kiana ketika apply beasiswa. Katakan ia jahat, tapi seorang Bagas Baswara bisa dibilang sangat bergantung pada seorang Kiana Naladhipa.

"Na, lo yakin bakalan berangkat?" tanya Bagas. Kiana mengangguk yakin. "Lo beneran bakal ninggalin gue?" Suasana yang harusnya terasa menyenangkan (menurut Bagas) seketika berubah menjadi sendu. Seorang Baswara sangat tidak menyukai suasana ini. Berbeda dengan seorang Naladhipa yang sudah sangat ingin pergi semenjak Bagas mengatakan keinginnanya untuk menikah.

"Ra, lo gak seharusnya sedih. Teknologi sudah semakin maju. Kita masih bisa ngobrol. Iya kan?"

"Tapi..."

"Ssst." desis Kiana menempatkan telunjuk kirinya di depan mulut. "Gak ada tapi-tapian. Lo bakalan jadi seorang suami, seorang ayah sebentar lagi, Ra. Lo harus mengutamakan Sasa dan anak-anak lo nanti. Gue yakin kepergian gue gak bakalan ngeberi lo efek sebesar itu di hidup lo."

Bagas menggeleng tidak setuju. Kiana sudah hadir hampir di separuh hidupnya dan Kiana bisa mengatakan hal seperti itu? Hati Bagas berdenyut nyeri. Benarkah Kiana menganggap keberadaaanya tidak sepenting itu? Perasaan apa ini? Terlalu rumit untuk dimengerti seorang Bagas Baswara.

"Ok. Fine. Gue pergi dulu ya, Na. Satu hal yang harusnya lo inget. Lo salah satu orang terpenting di hidup gue dan gue harap sebaliknya. Baik-baik ya lo." ucap Bagas yang kemudian mengusak rambut Kiana lalu berdiri menjauh meninggalkan Kiana.

***

Agustus 2012.

Seorang perempuan berlari menuju lapangan dari gerbang depan sebuah Universitas ternama di Jakarta. Dia telat di hari pertamanya karena tiba-tiba motornya diserempet padahal dia sudah berangkat dari 2 jam sebelum acara. Harusnya masih ada sisa 1 jam sebelum acara dan dia bisa sarapan dulu di kampus. Sialnya motornya rusak dan pelaku yang bikin dia seperti ini malah melarikan diri.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.30, sedangkan PKKMABA dimulai pukul 06.00. Sambil mendorong motornya dan mencari bengkel yang sudah buka, perempuan itu bisa dibilang cukup kelelahan. Memar dan luka gores di beberapa bagian kaki dan tangannya cukup terasa. Apalagi sudah setengah jam lamanya dia berjalan. 'Kiana Naladipha' terlihat tertulis di papan kecil yang tertempel di dada sebelah kanan.

Hingga akhirnya seorang Bagas Baswara melihat Kiana yang memakai baju yang sama dengannya. Akhirnya Bagas memutuskan untuk menghampiri perempuan tersebut.

"Hi! Mungkinkah kalau kita berada di kampus yang sama? Ini hari pertamamu OSPEK juga kan?"

Kiana menghentikan langkahnya dan mengernyit bingung. Lalu ia menemukan pink kecil berbentuk logo Universitas yang sama dengannya di dada sebelah kiri. Seketika wajah Kiana berbinar.

"Iya! Kita berada di kampus yang sama. Lo bisa bantuin gue gak?"

Dengan bantuan seorang Bagas akhirnya masalah motor dan berangkat ke kampus dibantu oleh Bagas. Meskipun mereka pada akhirnya tetaplah terlambat, tapi Kiana benar-benar bersyukur bertemu dengan Bagas.

Ralat.

Kiana bersyukur karena Bagas sudah berkenan untuk menyapanya. Siapa sangka bahwa pertemuan itu bahkan terus terjadi sampai belasan tahun.

***

Mei 2023.

Senyum Kiana mengembang. Pertemuan tidak sengaja itu membawa keberuntungan bagi seorang Kiana. Bagas dan Kiana benar-benar saling melengkapi meskipun mereka berada di fakultas yang berbeda. Hampir seriap hari mereka bertemu. Selain karena kos mereka yang bersebelahan, mereka juga saling mencari.

Oleh karena itu, Kiana tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dalam hari-harinya kedepan karena akan sangat sulit untuk bisa bertemu seorang Bagas. Kiana juga merasa kehilangan, tapi ini yang terbaik. Kiana memang menyadari perubahan perasaannya terhadap Bagas, tapi Kiana benar-benar mencoba membunuh perasaan tersebut semenjak Bagas menemukan seorang Sasa. Ia tak ingin memberi pupuk, ia benar-benar ingin memberinya racun.

Sebenarnya program beasiswa dari pemerintah Korea Selatan itu adalah cita-citanya sedari lama dan ia berencana akan kembali ke Indonesia jika sudah lulus nanti. Namun hal itu akan ia urungkan mengingat ternyata manusia yang selama ini selalu bersamanya akan menjadi seorang suami bagi orang lain yang bukan dirinya.

Kiana sadar bahwa dia mungkin tidak akan sanggup melihatnya, oleh karena itu tekadnya bulat bahwa ia tidak akan kembali ke Indonesia. Mungkin sesekali untuk menjenguk orang tuanya yang kebetulan sudah kembali ke Yogyakarta setelah mereka memasuki masa pensiun 1 tahun yang lalu.

baswaraWhere stories live. Discover now