Sorry for typo:)
Happy Reading
....
TIGA BULAN SETENGAH KEMUDIAN ...
"Gue penasaran, kenapa lo nggak pernah mau buka suara sama gue, Ra? Dan, untuk ngebalas omongan gue aja, lo sampai repot-repot nulis di kertas segala. Atau, ada hal yang nggak pernah gue tau tentang lo?"
Apa gunanya otak pintar, tapi susah sekali untuk peka?
Aku yang tengah sibuk memasak telur goreng untuk makan malam terkejut mendengar suara berat Mahen yang bertanya seperti itu. Aku pun berbalik dan menatapnya yang kini sedang duduk santai di kursi makan rumahku.
"Kenapa lihatin gue kayak gitu? Iya sih, gue tau gue ganteng tapi jangan lihatin gitu banget. Gue malu nih jadinya."
Aku merotasikan mataku, setelah tiga bulan setengah mengenal seluk beluk adanya dan keluarga Mahen, aku cukup tahu dengan salah satu sifatnya yang mungkin telah melekat sejak ia lahir, yaitu terlalu kepedean atau bisa disebut narsis.
Selama itu pula aku dan Mahen menjadi dekat, kami berdua saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Mahen pun telah mengetahui semua tentang keluarga, sekolah, hobi, makanan dan minuman kesukaanku.
Aku dan Mahen menjadi sahabat yang cukup dikenal oleh para tetangga di komplek ini. Ada satu fakta yang belum pernah ku tahu tentang Mahen, yaitu nama lengkapnya. Dia tak pernah mau memberitahuku nama lengkapnya, alasan yang selalu diberikannya padaku, 'tunggu gue pergi dari sini, lo bakal tau nama asli gue, Ra.' Selalu begitu dan begitu hingga membuatku kesal.
Namun, Mahen tetaplah Mahen. Ia adalah pemuda yang baiknya luar biasa sekali. Tak pernah pamrih jika membantu orang. Hanya saja sifat jahil dan tengilnya itu lebih tampak kentara dibandingkan kebaikannya.
Meski begitu, perlahan-lahan kehidupanku yang menyedihkan menjadi berwarna kembali semenjak adanya kehadiran Mahen yang selalu mengisi kekosongan dalam diriku. Untuk kali pertama, aku bersyukur pernah bertemu dengan Mahen.
"Oii, Ra! Malah ngelamun, nih telur goreng lo jadi gosong, 'kan."
"Astaga telurku gosong!"
Akibat panik melanda diriku, aku spontan memegang wajan yang panas itu. Alhasil ...
"AAAAKHHH!"
"LARA! KENAPA LO PEGANG WAJANNYA, BEGO!"
Mahen langsung menarikku menjauh dari area dapur, lalu mematikan kompor dan membawa wajan panas yang masih ada telur gosong di atasnya ke wastafel. Tak lama kemudian, Mahen mendatangiku ke ruang tamu sembari membawa kotak P3k di tangannya.
"Sini tangan lo,"
Aku tadinya sibuk meniup-niup tanganku yang perih dengan mata berkaca-kaca tanpa babibu langsung menyerahkan tanganku padanya. Ada beberapa fakta tentang Mahen yang ku ketahui, dia anak yang cukup bisa diandalkan bila terjadi luka pada tubuh, hebat bela diri, memasak, dan bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya.
"Cengeng. Makanya waktu masak tuh jangan ngelamun biar nggak diganggu setan, nih 'kan akibatnya sama lo!" omelnya.
Aku menghapus cepat bulir air mataku yang ingin jatuh, lalu menggelengkan kepalaku-- guna menyangkal ejekan Mahen bahwa aku adalah gadis cengeng. Di depannya aku tak boleh bersikap lemah, aku harus bisa menjadi gadis kuat dan pemberani agar tak diinjak-injak oleh Mahen. Mau sembunyi di mana harga diriku nanti?
YOU ARE READING
LARA [ON GOING]
FanfictionGadis tunawicara bertemu dengan seorang laki-laki tampan baik hati. Hingga membuatnya berharap jika dia akan selalu bersama laki-laki baik hati tersebut. Namun, bukankah garis takdir tak ada yang tahu selain Tuhan? **** Star : 23-11-2022 Finish : ...
![LARA [ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/327334788-64-k828682.jpg)