Apa lagi?

120 10 0
                                    

BANGGGG

Suara hantaman pintu terdengar keras di sertai suara tangisan teriakan lumba-lumba milik seseorang yang menerobos masuk kedalam kamar milik Daffa dan Naraka dan mengguncangkan, menindih serta mengobrak-abrik kasur milik si punya kamar.

"BANG DAPPA! BANG NARA! BANGUN! PILOK ILANG HUAAAA" 

"ABANG BANGUN! LU PADA TIDUR APA KOSPLE MAYAT?!" 

"ABANG!"

teriakan terakhir nampaknya berhasil membangunkan Naraka yang sebenarnya kedingina ingin kembali mengangkat selimutnya namun bertapa kagetnya ia melihat makhluk tak asing yang mendatangi kamarnya.

"Lo ngapain anjir, No?" teriak Naraka menatap tamu yang tak diundang menangis tersedu-sedu memegangi bantal miliknya. Lalu ia memandang kesekeliling kamarnya yang udah berantakan kayak kapal pecah, bukan deng kayak angkot pecah soalnya Naraka belum pernah naik kapal jadi gatau gimana bentukan kapal pecah.

"EH GEMPA?! ANJIR DAPP BANGUN GEMPA!" teriak Naraka histeris sembari memukul kepala Daffa berkali-kali agar sahabatnya itu segera bangun dan menyelamatkan diri bersamanya.

"LU APA-APAAN SI JIGONG SAKIT EGE!" teriak Daffa kesakitan sambil memegang kepalanya. ia langsung tersadar dan terkejut begitu melihat sepupunya nangkring di kamarnya mana mukanya kayak abis di marahin emak terus sok-sokan mau minggat.

"GEMPA!" teriak Naraka lagi mengambil ponsel dan bantalnya berusaha menarik kedua orang yang malah kek orang lomba tatap-tatapan.

Menghiraukan kehisterisan Naraka, Daffa segera mendekati sepupunya yang mukanya beler abis ingus dimana-mana lalu memeberikan kotak tisu yang ada di samping meja tidurnya pada sepupunya itu.

"Cheno, kenapa lu?" tanya Daffa menyerngit jijik begitu sepupunya meyemburkan ingut ke tisunya. Srottttt ....

"Jorok anjir!" Daffa menjitak pelan kepala sepupunya.

"Woi, Gempa?" 

"Gak ada gempa anying, noh kerjaan si Cheno. Gempa mah orang-orang dah heboh larian keluar"

"Asem! bikin panik gue aja lo! tanggung jawab!" bentak Naraka pada Cheno yang terlihat sedang menahan air matanya.

"Pilok ilang. HUAAAAAA" ujar Cheno disertai tangingan kencang membuat Daffa dan Naraka panik kalang kabut. 

"Jangan dibuat nangis brengsek, tanggung jawab!" kesal Daffa memukul kencang lengan Naraka hingga sahabatnya itu mengaduh kesakitan.

Berbagai cara Naraka lakukan dari cup-cup jangan nangis lagi, hingga nanti Bang Naraka beliin kinderjoy. Anmun semua tak berhasil bahakn dengan songongnya anak itu bilang bahwa ia bisa membeli kinderjoy sepabrik-pabriknya. Yeu, tonggos kuda pengen banget Naraka katain itu tapi takutnya nanti malah tambah nangis repot lagi dia.

"Lu bilang si Pilok ilang, lagi jalan-jalan kali" ucap Daffa ngenotice pas Cheno bilang kucingnya ilang.

"Udah dua hari bang, biasanya juga ndekem di kamar. Bang cariin" melas Cheno menarik-narik kedua tangan Daffa yang berusaha sesabar mungkin menghadapi masalah pagi-pagi. Belum ada aja sebulan mereka balik ke sekolah udah dateng aja masalahnya.

"Ya lu cari dulu di asrama lu, kali aja mampir ke kamar cewe-cewe. Genit si kucing lu"

"Mau mati kali, kucingkan kalau mau mati biasanya ngilang" celetuk Naraka yang mana membuat tangis Cheno semakin menjadi-jadi. Lagi, Naraka salah lagi, emang serba salah.

"Udah tetep ga nemu, abang..." lelah dengan tingkah Cheno, Daffa menghela nafas dan mengiyakan saja apa yang di mau sepupunya itu.

"Iya, iya jelek banget anjir. balik cuci muka sono"

"Beneran lo?!" girang Cheno loncat-loncat lalu memeluk Daffa erat.

"Iya bawel, nanti kita cariin"

"Makasih abang, Bang Naraka, Gempa gempa bangun bangun ga pake sempak... lariiiii" sekali lagi Cheno memeluk Daffa dan berlari keluar kamar milik sepupu dan kakak klasnya itu, tapi sebelum ia benar-benar pergi teriakannya membuat emosi Naraka sampai ubun-ubun. 

"Sialand sepupu lu Dap, minta di rukyah" 

Menepati janjinya pada Cheno, Daffa segera bergegas mendorong Naraka ke kemar mandi menyuruh sahabatnya itu untuk mandi duluan sedangkan ia membereskan kamar mereka yang di berantaki oleh Cheno.

Selesai keduanya beberes dan Daffa telah mandi bergantian dengan Naraka, kedua berjalan keluar mengelilingi sekolah di mulai dari area luar Asrama Dawnmarie, bahkan Naraka dengan sigapnya membawa makanan kucing untuk memancing si Pilok agar keluar dari persembunyiannya.

"LOK, PILOK UHUY!"

"Pilok ganteng keluar hayuk cing, gue laper belum makan"

"Keluar ga lu, gue makan nih makanan lu!"

Teriakan Naraka terhenti ketika ia benar-benar mencomot sebiji makanan kucing dan mnaruhnya di mulutnya, Daffa yang awalnya ngira Naraka cuman bercanda ia langsung terkejut ketika Naraka benar-benar memakan makanan kucing tersebut.

"Gimana? Enak?" tanya Daffa dengan muka jijiknya melihat Naraka terus mencemili makanan kucing.

"Enak kok, cuman bau amis aja. ini kalo ga bau beneran kek snack. mau coba?" tawar Naraka menyodorkan makanan kucing yang jelas di tolak metah-mentah oleh Daffa.

"Lo kenapa lama-lama malah kayak Chandra dah anying"

"Beneran enak, makanya nyoba. kalo belom di coba mana tau"

"Gak lu sesat. PILOKKKKKKKKKKKKKKK!"

Keduanya kembali mecari si Pilok mulai dari sela-sela pipa, semak-semak, rak sepatu, kamar mandi, bahkan hingga Daffa dan Naraka rela-rela manjat pohon ngira si burung yang warnanya item mirip si pilok.

"Pilok anjing, capek gue"

"Pilok kucing bego"

"Ah tau ah, PILOK!"

Naraka kesal setengah mati tapi tetap saja ia menyerukan nama Pilok hingga mengorek-ngorek semak-semak menuju taman. Disana keduanya mengubek-ubek taman sampai menajdi pusat perhatian anak-anak yang ada di taman, menambah kekesalan Naraka bukannya bantuin malah ngeliatin doang.

Daffa pun sama seperti Naraka bahkan ia dengan setengah hati mencari di kadang-kandang ayam yag ada di taman, di bawah jembatan terakhir ia menyerah kembali ke Naraka yang masih mblusuk-mblusuk ke dalam semak. Hingga perhatian keduanya teralih ketika mereka mendengan suara Jenan yang memanggil dan melambaikan tangan ke mereka dari salah satu gazebo di taman. Tak pikir panjang keduanya menghampiri gazebo yang di tempati oleh Jenan.

In The Darkness (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora