Approximately

251 37 3
                                    

Detektif Pram bersama rekan dan bawahannya, Detektif Marsyand berdiri tepat di depan Markas Utama Kepolisian. Keduanya berbincang membicarakan kasus SMA Mandeville yang mengacaukan hari-hari mereka belakangan ini.

Detektif Marsyand yang menemani Detektif Pram sedari awal kasus, ia hanya pernah bertemu dan mewawancari Jenan di kasus Hanggara.

Inget kan yang Jenan bilang dia serasa di buru-buru waktu di tanya-tany oleh seorang detektif? Nah itu Detektif Marsyand.

Di kedua kasus berikutnya beliau hanya menyelidiki tkp bersama tim forensik karena posisi beliau berada di divisi barang bukti makanya hanya Detektif Pram lah yang dekat dengan Jenan, Naraka, Chandra dan Daffa.

Tak butuh waktu lama sampai mereka menyadari kedatangan pajero hitam yang terparkir tepat di depan mereka. Lalu, terlihat tiga orang remaja laki-laki turun dan mobil itu langsung menjauh.

Detektif Pram yang melihat ketiga remaja itu langsung melambaikan tangan dan tersenyum ramah.

"Selamat Pagi, Kak"

"Pagi juga Daff, Nar, Chan. Si Jenan nyari parkir ya?" Tanya Detektif Pram basa basi yang langsung diangguki oleh Chandra.

"Kenalin ini rekan saya Detektif Marsyand. Beliau selalu datang bersama saya, cuma sekali ketemu sama Jenan"

"Marsyand" ucap Detektif Marsyand singkat tanpa ekspresi. Oke mereka menyimpulkan bahwa Detektif Marsyand adalah orang yang cuek kek kulkas jalan.

Kepribadian yang sangat berbanding terbalik dengan Detektif Pram.

"Maaf, parkirannya penuh. Pagi Kak Pram, pagi Detektif Marsyand" sapa Jenan sembari menyisir rambutnya kebelakang.

"Pagi Jen, buset ganteng banget lo, Jen wkwkwk" ujar Detektif Pram diiringi tawaan bahkan Detektif Marsyand yang sedari tadi cuek bebek ikut tertawa pelan mendengar ucapan Detektif Pram barusan.

Jenan yang jadi salah tingkah milih cengar cengir aja nanggepin ucapan Detektif Pram.

"Yeu, pegangin-pegangin palanya Jenan mau terbang itu" ucap Daffa sembari ngakak ngeliat tingkah shy shy meongnya Jenan. Halah biasanya juga kaga tau malu batin Naraka dan Chandra.

"Ayo masuk, kita ke ruangan saya dulu" ujar Detektif Pram yang mengakhiri tawanya ngeliat bocah-bocah di depannya, ia jadi teringat teman-teman masa sekolahnya dulu. Ah indahnya~

Kedua detektif itu menggiring anak-anak menuju ruangan yang terletak di sisi barat yang dekat dengan sel tahanan.

Ketika melewati sel tahanan tersebut, mereka langsung jadi pusat perhatian narapidana yang bahkan diantaranya secara terang-terangan menanyakan apa kejahatan yang anak seumuran mereka lakukan. Padahal mah mereka dateng juga bukan gegara ngelakuin kejahatan.

Bahkan Chandra jalannya udah udah mepet-mepet Detektif Marsyand.

"Mari duduk adek-adekku. Syand, tolong" ucap Detektif Pram begitu mereka masuk ke sebuah ruangan minimalis dengan pintu bertuliskan 'Detetektif Pramudya Harsadyatama'

Detektif Marsyand yang mengerti maksud Detektif Pram langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Kalian bawa semua yang kalian tunjukkin semalam?"

Keempat remaja itu mengangguk lantas Chandra mengeluarkan alat-alat dari tas yang ia bawa.

Sebuah buku diary, bolpoin dan tip x yang telah di susun balik oleh Chandra serta surat misterius yang ditemukan Naraka serta laptop dan handphone milik Chandra.

"Kertasnya mana, Chan?"

"Ini. Catetan tentang Yolanda sama Radaffa yang di temuin Naraka. Cuman segini, Echan juga udah ngubek-ubek tetep ngga ketemu"

In The Darkness (Selesai)Where stories live. Discover now