Pak Bram

200 35 1
                                    

Balik lagi ke Naraka dan Chandra, duo besti yang kini mulai menyelidiki tentang Bramantyo Effendy Rusmiantono atau yang dikenal dengan panggilan Pak Bram.

Mereka menjadikan beliau sebagai suspect pertama berkat cerita Pak Dokter tentang kedekatan beliau dengan Arga.

Jujur saja sebenarnya Chandra rada ogah-ogahan ketemu gurunya itu, belum apa apa pasti ia sudah-

"CHANDRA!! Kamu kemana aja baru dateng, remidi sekarang!" Panggilan seorang pria paruh baya yang berisi, mengenakan kemeja bermotif batik dengan rambut hitam legam dari arah belakang mereka.

Kan baru aja dibilangin udah kena semprot aja. Padahal beloman aja Chandra noleh ke arah gurunya tersebut.

"Yah, Pak Bramantyo yang tampannya ngalah-ngalahin Verel Bramantyo bisa ngga remidinya pan kapan aja. saya sekarang lagi mengemban tugas untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pak"

"Lagian hari ini nggada pelajaran bapak juga sekarang kelas Chandra lagi jam nya Bu Beti"

Chandra dengan segala kemampuan ngeles tingkat tingginya berusaha agar terhindar dari remedial guru itu.

Jangankan buat remedial, kelas biasanya pun Chandra udah males duluan.

"Terus sekarang kamu ngaku lagi bolos kelasnya Bu Beti? Chandra, sampai berapa kali kamu tuh... hihh" ujar Pak Bram gemes sendiri sama tingkah absurdnya Chandra.

"Sebenarnya kita kesini mau nyari bapak bukan buat remedinya Chandra. Tapi untuk menanyakan tentang Arga Teguh Prabawa" jelas Naraka sebelum kedua murid dan guru itu perang lagi. Udah pusing dia ngeliatnya belum lagi tangannya berat bawa bawa kamera.

"Tau Arga dari mana kalian?!" tanya Pak Bram dengan raut wajah tak percaya.

"Kasus 10 tahun yang lalu. Seorang siswa ditemukan gantung diri di gudang samping ruang osis, ditemukan pertama kali oleh seorang dokter uks. Tapi bagian menariknya, bagaimana mungkin kasus sebesar ini sampai tidak terendus media. Jejak digitalnya pun tak ada"

Sekali lagi Pak Bram memandang kedua murid di depannya dengan tatapan spechless.

"Lalu ceritanya sekarang kalian lagi main detektif detektifan yang menguak kasus lama gitu?" tanya Pak Bram yang sekarang terlihat meremehkan.

"Nope. Mungkin bapak belum tau yah yang lain juga bahkan mungkin Detektif Pram pun belum mengetahuinya. Bahwa kedua kasus yang terjadi di sekolah kita sebenarnya ada sangkut pautnya dengan kasus Arga 10 tahun silam" jelas Naraka singkat kini alis Pak Bram menukik tanda ia tak mengerti dengan ucapan murid didepannya itu.

"Yaelah pak nanti juga bapak denger langsung dari Detektif Pram, ya kalau beliau berhasil memecahkan clue nya sih. Karena kita nggapunya waktu banyak jadi langsung aja tujuan kita kesini mau ngorek info, bapak kenal Arga kan? Chandra denger juga bapak sering deep talk dari hati ke hati. Alig, ama Chandra mah mana pernah, yang ada Chandra diomelin mulu ngapa si pak" rengek Chandra cemburu membandingkan nasibnya yang ngenes kalo sama guru di depannya ini.

Untungnya Chandra ni muridnya, coba kalo engga udah ada niatan di hati terdalam Pak Bram buat mendonasikan Chandra ke pusat laboratorium kota untuk di periksa jaringan otaknya.

"Arga emang murid paling dekat dengan saya dan Pak Dehan. Tak ada yang spesial sebenernya, hanya sering mengobrol tentang masalah, masa depan, wanita, saya juga sering nasehatin dia pas main catur bareng" ucap Pak Bram dengan perubahan nada sura yang mulai melembut.

"Cuma itu? Terus Pak Dehan gimana? Masa tempat curcolnya nggatau sih" Tanya Chandra sedikit nyolot, iya sedikit doang nggaberani banyak banyak takut kena detensi nyikatin kamar mandi.

"Ya mana saya tau, kadang juga kita bertiga ngumpul main uno ama uler tangga"

"Apa Arga pernah cerita kalo dia ada masalah apa gitu? Atau bapak ngerasa ada sifat Arga yang berubah?" Kali ini Naraka yang bertanya dengan sopan.

"Yolanda. Mantan pacar Arga, anak itu lebih uring-uringan ketika putus dengan Yolanda di tahun kedua. Sebelum putus pun Arga memang mulai sedikit aneh daripada di tahun pertama"

"Lebih sering bolos ke uks, bahkan mulai menjauhi saya juga Pak Dehan. Pernah sekali saya tanya, apakaha saya mempunyai salah atau gimana tapi tak pernah di gubris sama sekali" Pak Bram menghela nafas berat sebelum melanjutkan ceritanya.

"Sampai pada akhirnya ada siswa yang melaporkan ke saya bahwa Arga di temukan terbujur kaku. Jujur saya sangat terpukul waktu itu. Bagaimana bisa saya sebagai guru terdekatnya tak mengetahui tekanan apa yang membuatnya sampai melakukan hal seperti itu"

"Masalah tidak keluarnya kasus ini karena kepala sekolah waktu itu meminta kepolisian dan reporter untuk menutup dan tidak menyebar luaskan kasus ini. Entah bagaimana caranya tapi beliau berhasil"

Naraka dan Chandra yang sedari tadi khusyuk mendengarkan cerita Pak Bram kini menghela nafas kasar, informasi yang diberikan Pak Bram sangat minim.

Bahkan Chandra yang kosplay jadi psikolog dadakan mulai meragukan keterlibatan guru di depannya tersebut.

"Saya nggatau gimana bisa kasus Arga ada kolerasi nya sama kasus Hanggara dan Riyan. Tapi kalau kalian mau tau satu rahasia yang hanya Arga ceritakan ke saya terakhir kalinya yaitu adiknya memiliki gangguan kepribadian psikopat"

"Sekarang saya ngerti, kalian ngeintrogasi saya begini gara-gara kalian tau kan saya sebagai saksi mata terkahir yang bertemu Arga. Ya, memang benar dan anak itu memceritakan tentang adiknya dan meminta bantuan saya untuk mencarinya"

Mendengar satu fakta mengejutkan dari Pak Bram membuat bulu kuduk keduanya merinding. Shit! Mereka bener-bener ngga nyangka.

Berbagai spekulasi liar muncul di otak mereka.

"Bapak tau nama sama dimana keberadaan adiknya Arga?"

"Radaffa Ganesha Prabawa, Arga cerita kalau ia tinggal sama adiknya sampai ibunya mengambil paksa adiknya dan menaruh adiknya di rumah sakit jiwa. Entah dimana sekarang dia berada sejak waktu itu hingga sekarang. Saya kehilangan jejaknya"

"Anjir namanya kek Dapa. Nggamungkin Dapa kan? Kita temenan dari pergi maen cuman sempakan doang ampe sekarang dosa gue yang segede gunung himalaya gini" ucap Chandra panik sendiri.

"Ish lo budeg apa congek? Radaffa Ganesha Prabawa bukan Radaffa jiwa Danadyaksa. Lo kira yang punya nama Radaffa cuman temen persempakan lo doang?" Naraka yang nabok pala Chandra udah muak dia sama tingkah laku sahabatnya itu.

"Kalau kalian tak percaya pada saya, kalian bisa tanyakan sama Pak Dehan langsung. Saya yakin beliau pun akan mengatakan hal yang sama dengan saya yah kecuali fakta tentang Radaffa, Arga bilang ia hanya menceritakannya pada saya seorang" lanjut Pak Bram membuat Naraka dan Chandra merenung tak berkutik.

Kini tinggal satu lagi orang yang harus mereka introgasi. Pak Dehan.

"Chan.."

Chandra yang merasa namanya di panggil langsung mengalihkan pandangan dari Naraka ke guru tersayangnya tersebut.

"Hah iya pak, kenapa?"

"Remedi sekarang! Ulangan kemaren kamu cuman dapet nilai 15 doang. Ngga malu kamu sama anak sd? bahasa inggrisnya mangkok itu 'bowl' kenapa malah kamu jawab 'bowling'?!"

Nampaknya Pak Bram telah kembali ke mode otomatisnya. Naraka auto ngakak denger keluh kesah sang guru akibat kegoblokan sahabatnya tersebut.

Sedangkan Chandra misuh-misuh pake alesan dia nulisnya typo gegara tangannya pas itu lagi mode auto correct.

Dahlah adegan selanjutnya Pak Bram dan Chandra yang adu mulut sampai akhirnya Pak Bram membawa (menyeret) Chandra ke meja kerjanya untuk melakukan remedial meninggalkan Naraka seorang diri dengan kamera dan laptop milik Chandra yang sebelumnya pemuda itu titipkan padanya.

In The Darkness (Selesai)Where stories live. Discover now