Chaos

189 27 2
                                    

Pagi ini SMA Mandeville di landa huru-hara gosip kasus bunuh diri yang berubah menjadi pembantaian berantai terus menyebar secepat kilat.

Entah siapapun yang menyebarkan berita ini membuat siswa dan siswi SMA Mandeville panik ketakutan.

Pak Dyo, Pak Tama, Jenan dan Naraka bahkan kepala sekolah berusaha menenangkan para siswa-siswi tersebut belum lagi para wartawan yang berkerumun di luar menambah ricuhnya suasana pagi ini.

Sedangkan Daffa, ia bertugas mengantikan Jenan bersama sang wakil osis mengurusi persiapan festival memastikan tak ada satupun sponsor mereka yang mengundurkan diri terutama para sponsor besar seperti PT. Kartu Perdana Bintang yang akan mulai beroprasi menjual produk mereka beberapa hari lagi menjelang festival.

Terakhir Chandra kini sibuk di ruangan broadcasting memarahi siapapun yang beberapa jam lalu menyiarkan tentang berita panas tentang pembunuhan berantai ini. Bahkan anak yang Chandra marahi itu menjelaskan hampir semua detail yang telah Chandra dan kawan-kawan temukan.

Waktu Chandra mengintrogasi anak itu, ia memberikan Chandra amplop yang berisikan kertas bertuliskan detail kasus sekolah mereka. Anak itu bilang ia menemukan ini di lokernya dibawah amplop itu juga ada tulisan kecil berwarna merah.

'siarkan ini atau ku bunuh kau!'

Anak itupun ketakutan dan mau tidak mau menyebarkan isi tulisan tersebut. Chandra kesal setengah mati merampas kertas tersebut lalu ia mengambil alih mic dan mulai meminta maaf atas berita yang menyebabkan kericuhan lalu mulai menyiarkan berita pengalihan isu cuaca dan gosip artis terpanas tahun ini.

Oh my god, demi apapun Chandra nggatau lagi mau nyiarin apa biar suasana kembali kondusif. Ia hanya berbicara sesuai apa yang ada di otaknya saat ini.

"Lo ngga bilang siapa-siapa kan tentang kertas ini?" Tanya Chandra anak itulun menggeleng kuat.

"Bagus. Jangan sampai hal ini bocor. Pergi sana. Inget, jangan bilang siapa-siapa!" Bentak Chandra lagi membuat anak itu mengangguk dan buru-buru menghilang dari hadapan Chadra.

"Kacau, Nan! Dia diancem. Gue bawa amplopnya apa gimana?" tanya Chandra di telpon. Ia memberitau Jenan melalui chat yang langsung Jenan alihkan ke sambungan telpon supaya lebih jelas.

"Bawa ke Naraka coba, Chan. Gue bener-bener sibuk ini gue ama Pak Dyo abis dimarahin kepsek. Btw, terus alihin berita. Udah dulu ya Chan, bye!" ujar Jenan setengah berbisik Chandra bahkan mendengar Pak Dyo berdehem.

Chandra pusing tujuh keliling. Kenapa ada aja kejadian, udah tau temen-temennya pada sibuk masih aja kejadian ngga terduga menggagu pekerjaan teman-temannya itu. Jadilah ia sendirian pusing.

Ruang Keamanan Sekolah, disana semua anak-anak anggota keamanan sekolah berkumpul ternyata Pak Kepsek udah ada disini duluan terdengar dari luar ia memarahi Pak Tama dan Naraka. Kenapa gitu Pak Kepala hobi banget buang-buang tenaga? Kenapa nggasekalian ngumpulin osis dan keamana jadi satu terus baru dimarahin.

Chandra sampai capek sendiri dengerin marah-marahnya si kepala sekolah. Tiba-tiba pintu ruang keamanan terbuka lebar keliatan Pak Kepala keluar dari ruangan. Pas banget beliau melihat Chadra, beliau melangkah menghampiri Chandra yang panik 45 segera menyembunyikan amplop yang dibawanya ke dalam semak-semak tanpa menggerakkan badannya sedikit pun.

"Nak Chandra! Apa benar berita yang kalian siarkan pagi ini?"

"Yang perselingkuhan Artis T sama pesinetron F? Iya bener pak saya liat di twitter!" Ujar Chandra panik-sepaniknya tapi dia ngga salah toh dia memang menyiarkan itu sebagi berita terpanas artis tahun ini.

"Nak Chandra saya serius, pembunuhan berantai kamu dapet darimana berita seperti itu? Jangan mengarang kamu bisa merusak nama baik sekolah, Chandra!"

"Maaf Pak itu bukan saya. Itu hanya hipotesis belaka dari satu orang yang tidak disadari dampaknya akan sebesar ini"

"Tapi kamu ketuanya kamu yang bertanggung jawab! Sebagai sanksi ekstra broadcasting di tutup selama 6 bulan mungkin lebih!" Final Pak Kepala langsung meninggalkan Chandra yang plonga-plongo tak menyangka kepala sekolah akan benar-benar melakukan itu.

Sialand! Umpat Chandra kesal sekesal kesalnya. Rasanya ia pengen mbrakot orang saat ini juga!

"Chan! Markas!" Ajak Naraka menggeret Chandra yang langsung mengambil amplop yang tadi di sembunyikannya setelah ia berpamitan dengan Pak Tama. Dia juga tak ada tugas apapun lagi kecuali berusaha membantu meredakan suasana lagipula sudah ada Jenan untuk itu. Ia tak tega hati membiarkan Chandra sendirian.

Di perjalanan banyak siswa siswi yang menanyakan pada mereka tentang kebenaran kasus tersebut tapi mereka mengabaikannya, karena dalam kertas itu juga tercantum nama mereka dan di kuatkan oleh Kak Pram yang memang dekat dengan mereka. Hanya mereka.

Sesampainya di markas. Keduanya kembali berpikir apa yang harus dilakukan. Naraka mengusulkan Chandra mengecek cctv siapa yang meletakkan amplop itu di loker anak buah Chandra sedangkan Naraka mengumpulkan jejak finger print pada bandul amplop tersebut.

Keduanya bekerja sama hingga 4 jam kemudian. Chandra menunjukkan hasil rekaman cctv dari gerbang sampai loker hanya terlihat tubuh pelaku yang terbungkus outfit hitam-hitam tanpa menunjukkan mukanya ke arah titik terlihat cctv. Shit, orang ini tau dimana aja letak cctv.

Sesangkan Naraka hanya menemukan sidik jarinya, Chandra dan anak itu setelah menggunakan alat pendeteksi yang terhubung ke komputer dengan program canggih milik Chandra.

"Coba lokernya? Kita juga harus introgasi Pak Dehan sama Pak Tama" usul Chandra bersiap membawa bubuk dan alat pendeteksi yang bisa menangkap sidik jari.

"Ya kalo lo mau di terkam Pak Tama sekarang silahkan, Chan. Gue udah kena marah 2x" Naraka menghela nafas kasar.

"Gue kena club gue di tutup 6bulan ama kepsek" ucap Chandra kesal mengingat perkataan Pak Kepsek tadi.

"Sorry. Ayo!" Ajak Naraka keduanya bergegas menuju ruang loker.

Di ruang loker banyak siswa-siswi yang menetap ada yang mengobrol, makan, dan lain sebagainya. Chandra sudah melihat ini di cctv ia tak sekaget Naraka waktu pertama kali menginjakkan kaki di loker siang ini.

Tak sedikit tatapan dari mereka tajam menuju Chandra dan Naraka. Chandra benar-benar cuek berbanding terbalim dengan Naraka yang merasa sangat tak nyaman.

Naraka membantu Chandra menaburkan debu di setiap pintu loker milik anak buah Chandra yang di teror oleh si pemberi amplop. Sedangkan Chandra memegang plester dan menempelkannya di setiap pintu yang sudah di beri bubuk oleh Naraka berharap mereka menemukan sidik jari selain anak yang punya loker.

"Woi detektif gadungan! Bener apa enggak ada pembunuh berantai di sekolah ini?" Tanya satu siswa yang tak jauh dari keduanya.

"Ngga lucu main detektif detektifan pakai kematian orang lain" saut siswi satunya lagi ia bergerombol persis di sebelah kanan Naraka.

"Mau jadi famous kali. Apa kurang kah jabatannya itu"

"Alah namanya juga manusia punya jabatan cuma buat main-main!" balas lagi salah satu gerombolan itu bahkan dengan sengaja menyenggol bahu Naraka.

"Anjing!"

"Sabar, Chan! Buruan terus cabut balik ke markas!" Naraka menghentikan Chandra yang hampir saja menghapiri gerombolan gadis disebelahnya. Ia menenangkan Chandra dan buru-buru menyelesaikan pekerjaan mereka lalu segera pergi dari tempat itu.

Di markas keduanya kembali bekerja sampai 4 jam kemudian mereka mendapatkan hasilnya. Ada beberapa sidik jari yang terdeteksi, milik mereka, yang punya loker, Yasa, Fabre, Pak Dehan, Pak Dokter dan terakhir Jenan.

Wait, Jenan?

"Alat lu rusak kali!"

"Pitnah lu anjir. Gue percaya Jenan"

"Ya gue jugalah bangke kita temenan dari orok"

"Yaudah si"

"Yaudah"

"Anjir gajetot!"

"Lu"

"Lu"

"Lu kek monyet!"

"Lu monyet warna warni"

Sudah cukup pertengkaran ini ngga bakal ada habisnya kalau di lanjut.

In The Darkness (Selesai)Where stories live. Discover now