Kesimpulan

178 26 1
                                    

Kak Pram, Jenan, Naraka, Daffa dan Chandra dalam perjalanan kembali ke sekolah setelah sebelumnya mereka makan di pinggir jalan. Chandra yang duduk di sebelah Kak Pram kembali sibuk mengunyah ciki yang mereka beli di indoapril.

Tadi sepeninggalan Radaffa, Bu Arafah masuk kedalam ruangan tergesa-gesa langsung memarahi mereka semua karena mereka mengabaikan peringatan Bu Arafah untuk tidak memancing amarah Radaffa yang berujung Radaffa hampir saja melukai Jenan.

Setelah itu mereka diusir oleh Bu Arafah dan disinilah mereka di perjalanan pulang menuju sekolah.

"Jadi?" Tanya Chandra menoleh ke para sahabat nya yang duduk di belakang.

"Radaffa jujur atau Radaffa bohong?" Naraka membalikkan pertanyaan Chandra.

"Nggatau" jawab Jenan singkat.

"Anying jawabannya lu ngingetin gue ama dia asem!" Daffa disebelah Jenan menghenpaskan tangannya begitu saja mengenai kepala Jenan.

"Anak-anak" tegur Kak Pram.

"Siap kak!"

Suasana di mobil kembali hening hingga Kak Pram kembali berbicara menanyakan pada Jenan dan Daffa cerita apa yang mereka dapatkan ketika mereka mengunjungi rumah Arga waktu itu.

Jenan dan Daffa pun bergantian menceritakan semuanya (bisa di liat di In the castel sama In the castel II).

"Di pikir-pikir bener juga ya mereka ngga ngemention Radaffa. Maksud gue kabar dia selama tinggal disana" gumam Naraka.

"Ngomongin Radaffa kalian sadar nggasi dia mirip siapa gitu?" Chandra menanyakan hal tersebut yang membuat semua yang ada di mobil menatap kearahnya kecuaki Kak Pram yang mengemudikan mobil.

"Siapa anjir? Arga? Yaiyalah orang dia adeknya gimana si lu" nyolot Jenan sembari melemparkan kacang atom yang dimakannya.

"Ih gue serius anjir!" Seru Chandra balik melemparkan ciki ball ke kepala Jenan hal itu lantas membuat perhatian Kak Pram teralih pada mereka berdua.

"Jangan ngotorin mobil anying" suara Kak Pram nyaring di dalam mobil membuat anak-anak nyengir kuda seketika.

Kemudian mereka melanjutkan diskusi dengan menarik kesimpulan dari cerita Radaffa bahwa;

1. Keluarga Radaffa berbohong selama ini.

2. Radaffa mengetahui keberadaan Yolanda tapi dia menutupinya.

3. Diary Arga yang palsu.

4. Radaffa tidak mengetahui tentang tip x dan bolpoin yang diberikan oleh keluarga Arga.

5. Radaffa menyebut Tama dan Dehan. Ini yang paling ganjil daripada yang lain. Pak Tama dan Pak Dehan, ada apa dengan beliau?

"Besok saya akan membawa surat perintah ke rumah Arga. Kalian coba cari tau apa pun yang berbungan dengan Arga dari Pak Tama dan Pak Dehan dan introgasi beliau" perintah Kak Pram yang diangguki anak-anak.

Tak lama kemudian Kak Pram mulai memasuki arena sekolah. Ketika sampai di depan Asrama Damstaedter beliau disapa oleh Pak Dehan dan Pak Dyo yang menunggu keempat anak didik kesayangannya.

Pak Dyo dengan perhatiannya menanyakan apakah mereka baik-baik saja dan banyak lagi. Chandra bahkan tak menyangka Pak Dyo seperhatian itu. Sedangkan Pak Dehan, mereka semua memandang Pak Dehan dengan tatapan tak percaya terutama Naraka. Sungguh Naraka benar-benar mempercayai Pak Dehan, ia takut jika selama ini kepercayaannya berakhir dusta.

Bahkan seorang detektif macam Kak Pram tak luput memperhatikan tingkah laku Pak Dehan yang nampaknya menyadari ketidaknyamanan ini.

Tanpa banyak membuang waktu lagi Kak Pram pamit undur diri, ia harus kembali ke kantor untuk merangkum dan merencanakan langkah selanjutnya. Jenan dan yang lain pun berterima kasih pada Kak Pram karena telah menyertakan mereka pada penyelidikan hari ini juga menjaga mereka selama ini.

Kak Pram mengganguk, lalu melajukan mobilnya setelah sekali lagi berpamitan dengan Pak Dyo dan Pak Dehan.

"Naraka, kenapa saya ngerasa kalian ngeliatin saya sebegitunya ya?" Tanya Pak Dehan begitu mobil Kak Pram menghilang di balik gerbang asrama.

Naraka terdiam tak tahu harus bicara apa pada Pak Dehan, Jenan yang melihat keraguan Naraka lantas mengalihkan pembicaraan mengatakan bahwa mereka lelah ingin segera beristirahat.

Ini bukan saat yang tepat mengintrogasi Pak Dehan terutama di depan Pak Dyo. Oh, sepertinya mereka benar-benar mengalami trust issue.

Jenan dan yang lainnya bergegas kembali ke markas mereka aka kamar Jenan dan Chandra. Jenan yang pertama memakai kamar mandi sedangkan yang lainnya rebahan di kasur menyatukan kembali kepingan-kepingan puzzle yang mereka temukan.

"Gue capek!" Seru Chandra guling-gulingan di kasur hingga menindih tubuh Naraka.

"Emangnya lo doang!" Naraka yang kehimpit mendorong kasar tubuh Chandra hingga nyungsep di bawah kasur.

"Gue ngga ngerti kasus ini cuman mutet-muter. Gue bingung siapa yang boong siapa yang kaga. Bisa nggasi kita penjarain aja semuanya" kata Daffa yang rebahan di kasur Jenan meninju-ninju langit saking kesalnya.

"Yeu maruk bener lo jumadi. Lo mau bikin orang ngga bersalah di penjara? Menghancurkan hidup orang. Gue sih nggamau" ujar Chandra yang bangkit dan kini menargetkan Daffa sebagai sasak gulingnya.

"Jumadi bapak gue, bangke!" Lagi dan lagi keduanya gelut sampai akhirnya Jenan selesai membersihkan diri dilanjut oleh Naraka yang bergegas masuk ke kamar mandi.

"Nan" panggil Chandra begitu melihat Jenan yang rebahan sambil menutup matanya. Chandra iseng aja sebenernya pengen ngecek Jenan beneran tidur atau gabut doang tutup mata.

"Ho?"

"Gapapa gue kangen" ucap Chandra disertai ia melompat ke arah Jenan yang langsung kaget tiba-tiba ketindihan kudanil.

"Lo belom mandi anjir jorok!"

"Aaa Babang Jenjen jahat ama Eneng Echan"

"Najis, Dap baca ayat kursi buru dap sholawat in sekalian!!" Jenan histeris, Daffa pun memegang bahu Chandra kemudian melantunkan ayat kursi.

Akhir yang sangat menyenangkan hingga akhirnya mereka selesai membersihkan diri satu persatu dan tidur terlelap bersama.

In The Darkness (Selesai)Where stories live. Discover now