2 ; Sudut hati, yang tersembunyi

870 95 70
                                    

Jika hari sabtu anak-anak sibuk dengan kegiatan lesnya, maka hari minggu adalah waktunya mereka untuk bermain. Benar-benar hari libur yang sebenarnya.

Pagi ini di paviliun tiga sedari pagi sudah ramai dengan jerit dan tawa Yul yang bermain dengan Naeun di taman belakang. Kedua anak itu dijaga oleh masing-masing pengasuhnya, Dahyun dan Sunji. Namun melihat kedua anak asuh mereka dalam keadaan kondusif tanpa ada aksi pertengkaran, kedua pelayan itu malah enak-enak duduk di tepi kolam, melihat Juhee berenang.

"Eonnie, sebutkan satu hal yang tidak bisa dilakukan nona Juhee." Dahyun tiba-tiba membuka obrolan diantara keduanya.

"Hah, apa?" Sunji menoleh, menatap Dahyun yang tak mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari Juhee.

"Lihatlah, dia bisa menjadi atlet menari di dalam air dengan cara itu. Nona Juhee hanya berenang tapi kenapa terlihat indah sekali."

Sunji tertawa mendengarnya. Sudah paham dengan maksud pertanyaan Dahyun tadi. Benar juga, apa sih yang tidak bisa dilakukan Park Juhee? Sunji ikut berpikir.

Akademi? Nona mudanya selalu berhasil menyabet juara satu pararel. Juhee juga mengikuti jalur akselerasi agar cepat lulus dan masuk universitas impian. Piagam penghargaan berjejer di kamarnya. Berkuda, golf, menembak, panah, bahkan karate pun dikuasainya.

Pekerjaan untuk bertahan hidup? Jangan ditanya lagi. Mungkin jika tidak ada dirinya di rumah nomor tiga ini. Mereka tidak akan merasakan perubahan apapun. Tidak akan kesusahan sama sekali. Dari memasak dan membersihkan rumah, Juhee pernah melakukannya. Kadang Sunji sampai takut dirinya dipecat jika sampai tuan besar melihat putrinya menyentuh vacum cleaner karena membantunya. 

"Aku pernah dengar, nona Juhee begitu mirip dengan tuan Park ketika muda," kata Dahyun lagi masih mengagumi nona muda asuhan Sunji.

"Kau benar, tuan Baekhyun juga pernah mengatakannya. Nona Juhee adalah versi tuan besar dalam wujud perempuan," jawab Sunji.

Dahyun tersenyum, dia iri dengan Sunji yang bertugas melayani si istri pertama. Sunji tidak sesibuk dirinya. Temannya ini hanya bertugas bersih-bersih di paviliun tiga, sebuah kegiatan yang wajar dilakukan oleh pelayan. Tugas luarnya paling mentok adalah menemani kegiatan Naeun. Itu pun tidak sering. Sunji hanya membantu seperlunya, sebab segala sesuatu yang berhubungan dengan anak, tuan Baekhyun selalu melakukannya sendiri. Bahkan memasak.

Seperti sekarang, mereka diminta menemani anak-anak ini bermain, sementara tuan mereka malah sibuk di dapur membuat camilan bola ubi, permintaan dari si tukang rewel Park Yul.

"Eonnie, kau tahu? Aku sangat iri padamu," kata Dahyun mengutarakan isi hatinya.

"Apa maksudmu dengan Iri? Kau iri dengan janda sepertiku?"

Dahyun melongo. Sepertinya ia sudah salah bicara.

"Dahyun nuna! Kemari!"

Panggilan itu menghentikan obrolan mereka. Dilihatnya tuan muda Yul tengah melambaikan tangan, memanggil Dahyun.

Pelayan itu mendesah, lalu segera berlari menghampiri. Diikuti Sunji yang menyusul di belakang.

"Ada apa tuan muda?"

"Kemari!" Yul menarik tangan pelayannya. Memberikan satu buah boneka teddy bear kecil pada Dahyun. "Letakkan boneka ini di atas kepala nuna, lalu duduk di sana." Yul menunjuk kursi pendek yang berada di bawah pohon rindang.

Dahyun pun menurut.

Setelah semua sesuai permintaan si tuan muda, Yul mengambil sebuah mainan panah. Dahyun di tempatnya membelalak saat tuan mudanya itu mengarahkan anak panah kepadanya.

Lose Faith ; Chanbaek BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang