"ADELINA RENATTA QUILLA!!" teriak seorang wanita paruh baya dengan rambut blonde yang terlihat murka terhadap murid telah menjadi langganan mangsa guru-guru yang barusan lari dengan tawaan keluar dari mulutnya, tak peduli pada murid-murid lain yang ia tabrak saat berlari menuju taman belakang sekolah yang tidak banyak orang ketahui.
Adelina berpikir ingin bolos karena jika tidak bolos, ia pasti akan kena amarah sang wali kelas yang bernama Bu Catherine karena telah mencoret-coret meja guru tersebut dengan spray can. Baru saja ia ingin melompati pagar, terdengar suara seseorang yang sungguh tidak ingin ia dengar.
"Kak Adel, mau kemana?" Kyra Callista Quilla, yang notabene adalah adik dari Adelina sekaligus adik kelasnya yang tengah duduk di Sekolah Menengah Pertama kelas sembilan, ia kebetulan sedang berada di taman belakang sekolah saat waktu istirahat sembari berlatih bermain biola, tidak sengaja bertemu dengan kakaknya yang seharusnya berada di kelas karena belum waktunya pulang untuk murid-murid SMA.
"Bukan urusan lo," kata Adelina dengan wajah dan nada datar, pandangannya terjatuh pada alat musik yang dipegang Kyra. Sorot matanya berubah menjadi lebih tajam, langsung Adelina melemparkan tasnya melewati pagar, ia pun mulai menaruh kakinya pada pagar tersebut untuk mulai memanjatinya, namun sebelum Adelina berhasil melanjutkan aksinya, Kyra mencegahnya dengan memegang pergelangan tangannya.
"Gak usah megang-megang gue," ucap Adelina dengan ketus sembari menepis tangan sang adik dengan keras dan dengan cepat meloncati pagar tersebut.
"Tapi nanti Kakak bisa kena marah Papa kalau Kakak ketahuan bolos lagi." Adelina pun terhenti dari langkahnya yang belum jauh ketika mendengar adiknya berkata seperti itu.
"Emangnya apa hubungannya sama lo? Kan, yang kena marah gue bukan lo, lebih baik lo diam aja dan gak usah ikut campur urusan gue," celetuk Adelina membuat Kyra sedikit terkejut dan tidak berani lagi mencegah kakaknya yang kini sudah semakin mengecil dari pandangannya.
Kyra hanya bisa terdiam di tempatnya, merenungkan perubahan sikap kakaknya yang sangat berbeda semenjak beberapa tahun yang lalu.
──── ♡ ────
"Apa ini?!" Suara bentakan tersebut tidak lagi terdengar asing di telinga Adelina. Lagi-lagi ia dimarahi oleh Simon, Ayahnya.
"Seperti yang Papa bisa lihat, itu adalah undangan, undangan untuk menghadap Bu Catherine." Adelina melanturkan kata-kata tersebut dengan senyuman sok polos miliknya, ia tak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang ia lakukan.
"Kenapa kamu berulah lagi, sih, Adel? Bisa tidak sekali saja kamu berperilaku selayaknya anak baik seperti Adikmu? Kamu sudah banyak berubah sekarang, Papa kecewa sama kamu." Ini yang paling ia benci dari setiap sesi bentakan yang ia dapat, yaitu, dibanding-bandingkan dengan adiknya itu. Senyuman di wajah Adelina berubah menjadi wajah murung yang terlihat sangat bete ketika nama adiknya disebut.
"Setelah kenaikan kelas, kamu dan Kyra akan Papa pindahkan ke Indonesia tempat Kakek dan Kenek kamu tinggal. Tidak ada penolakan."
"PA! Papa gak bisa gitu dong! Gimana teman-teman aku yang di sini?" Adelina sontak berdiri dari posisinya yang tengah duduk di sebuah kursi.
"Papa gak mau kamu semakin jatuh ke pergaulan yang salah! Bersekolah di Amerika ini membuatmu semakin semena-mena saja dengan semuanya, padahal sudah Papa masukkan kamu ke sekolah yang bagus. Pokoknya, kamu dan Kyra akan Papa pindahkan untuk tinggal bersama Kakek dan Nenek di Indonesia." Simon hendak keluar dari ruangan kerjanya, namun, dihentikan oleh anak perempuan pertama nya itu yang mencekal tangannya.
"Kalau begitu, kenapa Kyra juga harus ikut denganku? Dia kan tidak berbuat apa-apa," tanya Adelina yang bingung mengapa adiknya yang tidak bersalah itu pun ikut dipindahkan.
"Papa tidak rela membiarkanmu ke sana sendirian, jadi Papa juga akan membujuk Kyra untuk pindah bersamamu."
"Tch, lebih baik aku pergi sendiri daripada diikuti parasit sepertinya," gumam Adelina.
"Adelina! Jaga omonganmu! Dia itu Adikmu!" Simon membentak Adelina dengan nada yang lebih tinggi kali ini, tidak percaya dengan kata-kata yang barusan keluar dari mulut putrinya itu.
"Ah sudahlah! Papa gak bakal pernah ngerti mau aku jelasin sampe mulutku berbusa-busa juga!" Adelina keluar dari ruangan kerja sang ayah, melewati Kyra yang baru saja pulang dari les biolanya.
"Kak Adel! Kakak mau kemana?"
"Udah gue bilang, bukan urusan lo! Gak usah sok peduli sama gue," kata terakhir yang dilanturkan Adelina sebelum keluar dari rumah, Kyra pun dibuatnya terkejut ketika Adelina menutup pintu dengan membantingnya.
Kak Adel.. Kakak kenapa berubah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fair!
Fiksi Remaja"All they ever cared was you, not me. Bukan itu aja, bahkan lo mencuri orang yang gue suka juga. Selalu aja lo mendapatkan apa yang gue mau, selalu aja lo mencuri perhatian orang-orang sekitar dengan sikap lugu lo itu, it's not fair and i hate you f...
