Bab 10.

65 4 0
                                    

Hari sudah siang ketika Laras menyadari perutnya berbunyi terus untuk minta diisi. Ia bangun dari tidurnya.

Pandangannya langsung beralih ke tungku yang menyisakan abu putih.

Dengan tergesa Laras mencari remah-remah kayu untuk memancing api yang hampir padam untuk menyala kembali.

Setelah melihat ada asap ditumpukkan remah kayu yang diletakkannya, hati Laras seolah lega.

Ia harus menaruh kayu lebih banyak lagi agar api lebih lama bertahan.

Laras harus pergi mencari makanan. Entah di hutan, atau di pantai.

Setelah meneguk beberapa tetes air, Laras segera merasa kuat untuk bertahan walau tak lama demi mencari makan. Dengan membawa tubuh laparnya, Laras segera mendekati suara deburan ombak yang tak jauh dari belakang dapur rumah pengasingan itu.

Angin sepoi-sepoi menyambut Laras ketika di hadapannya terbentang pantai yang hampir pasang.

Laras segera berlari, berharap mendapatkan kerang dan siput atau bahkan ikan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Ia sangat senang karena mendapatkan banyak kerang. Akan ia bawa pulang dan bakar di tungku api untuk makan malamnya nanti.

Pantai ini masih asri sehingga kekayaan alam yang ada di sini, masih utuh.

Laras akan kembali ke hutan tapi tiba-tiba...

Duk-duk-duk

Tap, tap, tap

Laras segera menyembunyikan dirinya dalam rerumputan di atas pasir. Kerang yang dipungutnya tercecer ke mana-mana tanpa ia perduli kan.

Sekarang ia waspada dengan seseorang yang lewat ketika babi liar mendahuluinya.

Sosok tinggi besar itu memegang tombak seakan ingin melukai babi yang lari ingin bersembunyi dari pemburunya.

Apakah ada orang yang tinggal di hutan ini?

Laras bertanya dalam hatinya.
Terus terang, semenjak difitnah dan diusir dari desa, Laras menjadi trauma bertemu dengan manusia.

Lebih baik ia berkawan dengan hewan, atau hantu sekali pun.

Yang sekarang Laras syukuri bahwa waktu itu, Beni tidak berhasil menjamahnya karena seseorang menarik jarinya dengan sebuah tali, yang ikatannya masih tersisa berbentuk cincin di telunjuknya.

Duk, Duk, Duk!

Laras tersadar, ketika bunyi langkah kaki hewan semakin dekat padanya.
Ia melihat seekor babi jantan akan menyeruduk dirinya.

Waaaa....!

Keringat membasahi dahi Laras.

Dan...

Jangan lupa votment!

Di PengasinganWhere stories live. Discover now