Bab 2.

80 5 0
                                    

Jan lupa coment!

Nina mengantar sepupunya itu untuk memasuki rumah sederhana yang hanya semi permanen. Bagian bawah adalah cor beton, dan atas adalah papan.

Laras mengamati rumah Nina yang hanya empat petak, dua kamar, satu ruang tamu dan satu ruang keluarga. Sedangkan dapur tempat memasak satu petak di bagian belakang lebih rendah dari badan rumah utama.

Untuk kamar mandi dan tempat cuci pakaian ada di bangunan kecil paling belakang rumah.

"Ke sini..."
Nina menunjukkan kamar yang akan ditempati Laras nanti dengan dagunya.

Laras segera menyusul kakak sepupunya itu untuk masuk ke kamar yang lebar dan panjangnya hanya dua meter saja.

"Lemarinya belum ada. Nanti pakai kardus bekas dulu ya...?"
Nina tersenyum canggung. Ia berharap saudaranya itu bisa maklum dan betah tinggal di rumahnya.

"Santai saja kak... Saya jadi merepotkan."
Laras tersenyum agar Nina tidak merasa sungkan.

"Ya sudah... Saya ke belakang dulu, mau siapkan teh hangat. Perjalanan sangat jauh kan?"
Ucap Nina.

"Iya kak.... Makasih ya.."

Ninan pun menghilang di balik pintu triplek. Setelah membereskan barang-barangnya, Laras berniat mengganti pakaiannya karena seharian telah ia pakai dan sudah bau keringat.

Saat akan berganti pakaian, Laras mencoba menutup pintu, tapi ternyata pintu triplek itu tidak mempunyai kunci.

Terpaksa, Laras mengambil baju gantinya dan menanyakan kamar mandi pada sepupunya agar sekalian ia mandi.

Untung saja, kamar mandinya memiliki kunci, walaupun hanya paku yang ditancapkan di kusen pintu kamar mandi, lalu di bengkokkan.

Sungguh, agak teledor sepupunya itu. Masa hal yang penting seperti ini tidak diperhatikan?

Bagaimana jika ada kejadian yang justru merugikan penghuni rumah hanya karena pintu-pintu tidak memiliki kunci?

Apa sih yang ada dalam pikiran kakak iparnya itu? Dia kan Laki-laki yang harusnya melindungi Nina? Apa dia tidak bisa mengatasi hal sepele seperti ini?

Gerutu Laras dalam hati.

Setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Laras segera bergabung dengan Nina dan anak bayinya.

Ia begitu kerepotan Bekerja sambil menggendong si kecil.

Sedangkan sang ayah asyik bercengkerama dengan tamu-tamunya di depan rumah.

Ternyata sedari tadi Nina sibuk menyediakan kopi untuk tamunya juga.

Dengan cekatan Laras segera mengantarkan minuman tamu-tamu kakak iparnya itu.

Ia mencuri dengar hal apa sebenarnya yang mereka bicarakan hingga tuan rumah harus kerepotan seperti ini.

Ternyata hal sepele, tentang siapa yang paling pantas memimpin desa mereka. Lalu pembahasan tentang keburukan kepala desa sekarang dan begitu pantasnya Beni jika diangkat menjadi kepala desa.

Laras meneliti penampilan Beni yang terkesan rapi dan klimis, berbeda dengan penampilan Nina yang apa adanya, bahkan bau ketiaknya pun tidak mampu ia atasi karena sibuk mengurus si buah hati.

Jangan lupa coment!

Di PengasinganWhere stories live. Discover now