Bab 1.

198 6 0
                                    

Laras merapatkan jaketnya karena hari masih pagi ketika ia sampai di terminal untuk menunggu mobil yang akan membawanya ke desa sepupu jauhnya yang terpencil.

Laras adalah salah satu tamatan kampus FKIP yang mendalami pendidikan guru sekolah dasar.

Dia berharap, sampai di sana ia bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya karena hampir lima bulan menganggur setelah wisuda dari sebuah universitas negeri di provinsi tempat tinggalnya.

Suara hiruk-pikuk mulai terdengar karena hari semakin siang dan bus yang akan mengantarkan ke kecamatan desa sepupunya itu.

Ia masih teringat dengan keluarga yang ia tinggalkan.
Mereka sangat berharap Laras bisa membantu biaya kehidupan yang serba pas-pasan ini.

Bus yang ditunggu-tunggu akhirnya sampai juga. Hampir semua tempat duduk dipenuhi oleh penumpang.

Sekitar setengah jam menunggu akhirnya bus bergerak meninggalkan terminal dan menuju kecamatan.

Di sana Laras kembali harus menunggu mobil penumpang yang menuju desa sepupunya.

Karena desa tersebut cukup terpencil, maka penumpang hanya sedikit saja yang berminat naik, padahal mobil tersebut sudah berputar dua kali mengitari terminal dan pasar sekitarnya agar mendapatkan banyak penumpang.

Untung Laras tidak mabuk kendaraan, hanya kepalanya pening karena sudah mengantuk mengingat sekarang sudah pukul dua siang.

"Hei,!"
Seorang gadis sekitar lima belas tahun menepuk bahu Laras.

Kesadaran Laras yang tadinya akan menghilang, menjadi terfokus pada sosok keriting di depannya.

Gadis kecil yang manis.

"Saya Ethi. Kamu mau ke desa saya?"
Ethi memamerkan lesung pipinya.

"Iya... saya Laras.Saya akan ke rumah sepupu saya, Nina. Apa kamu kenal?"
Laras menatap ke mata bening Ethi.

"Oh, kak Nina... Saya tinggal berseberangan jalan dengan rumahnya.

"Berarti nanti kita tetanggaan ya.." sahut Laras.

"Iya... Tidurlah, sepertinya kakak mengantuk. Kita akan tiba di desa nanti sore."

Laras hanya tersenyum karena tidak tahan lagi dengan kantuknya.

Ia berharap bisa menahan kantuk yang selalu datang tiba-tiba.
Tapi ia pikir akan aman bersama Ethi di sampingnya.

Mobil penumpang pun segera melaju meninggalkan kecamatan sekitar jam tiga sore dan tiba saat waktu Magrib akan tiba.
Ethi segera membangunkan Laras karena akan sampai.

Laras memperhatikan keadaan desa yang masih sangat tertinggal.
Di sini sebagian besar orang masih memakai lampu pelita dan orang kaya akan memakai lampu engkol.

"Hei, ipar! Selamat datang di rumah kami!"
Itu suara Beni, suami dari sepupunya, Nina.

Beni segera mengulurkan tangan dan menjabat tangan Laras.

Laras segera menarik tangannya, karena Beni menggenggamnya kuat seakan tidak akan melepasnya.

Ia tersenyum canggung ke arah Nina, sepupunya yang lebih tua dua tahun darinya, yang tengah menggendong bayi sekitar enam bulan sambil membantu Laras membawakan tas pakaiannya.

Jangan lupa kasi bintang dan silahkan coment ya kalau ada yang janggal..

Di PengasinganWhere stories live. Discover now