Maura tersenyum tipis ketika dihadapannya telah berdiri wanita paruh baya berniqab hitam yang tak lain merupakan Huwaida.

"Eh, Aya... Masuk, nak." Waida menyambut dengan hangat, membuat perasaan bersalah semakin muncul direlung hati Maura, terlebih wanita itu memanggilnya dengan panggilan Azlan terhadap masa lalunya. Itu bukanlah sebutan untuknya.

"Nggak usah, tante. Aku cuma mau ajak Azlan keluar sebentar. Boleh?"

Waida mengangguk pelan, "kalau gitu tunggu ya, tante panggil Azlannya dulu."

Setelah itu Waida masuk kembali kedalam rumah. Menyisakan Maura yang semakin kalut ditempat berdirinya.

Apa yang harus ia lakukan jika bertemu Azlan? Dimulai darimana kata yang akan ia ucapkan?

"Maura!"

"HAH?!"

"Astaghfirullahalazim!!"

"ALLAHU AKBAR!"

"Lah, kenapa sih?!"

"Kamu ngagetin!!" kesal Maura.

"Saya? Kamu yang tiba-tiba teriak!" Azlan membela diri.

Seketika pipi Maura memanas saat menyadari penampilan Azlan yang sederhana namun justru menambah ketampanannya. Pemuda itu mengenakan kaos putih polos berlengan pendek, dipadukan training abu-abu, santai tapi ganteng, lho.

Ia mengerjap pelan, tangannya menampar pipi sendiri hingga memerah.

Melihat itu, Azlan mencekal pergelangan tangan Maura yang dibaluti kain baju. Untungnya lengan baju Maura cukup panjang sehingga ia tidak bersentuhan langsung atau bersentuhan secara fisik.

"Jangan sakitin diri sendiri." Pesan Azlan.

Jantung Maura tidak aman!

Ia melepas paksa cekalan yang terbilang lembut itu.

"Iya-iya,"

Azlan memasukkan kedua tangannya disaku celana. Lihat, lagi-lagi kelakuan orang ganteng.

"Jadi kenapa? Di panggil ummi masuk juga malah nolak."

"Saya mau ngomong."

"Itu udah ngomong." Timpal Azlan.

"Isshh," Maura menggerutu. "Ini tuh penting."

"Yaudah, langsung bilang aja."

"Nggak bisa disini, kita sambil jalan-jalan aja."

***

Azlan menikmati jalan-jalan santai sore ini. Kedua tangannya masih berada disaku celana, sedangkan kini ia dibaluti sweater abu-abu, kepalanya tertutupi tudung sweater membuat auranya terkesan misterius.

Kepala Azlan mendongak keatas, menutup mata menikmati semilir angin yang menerpa kulit sawo matangnya.

Maura juga sama, hari ini ia merasa benar-benar bahagia walaupun hanya sekedar jalan-jalan biasa. Apalagi, belum tentu nanti Azlan ingin mengulang momen ini. Setelah ia memberitahukan semuanya, sekedar jalan-jalan pun Azlan pasti enggan.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя