[17] Kado Kecil Untuk Fyan!

387 46 9
                                    

***

Flashback 10 tahun yang lalu.

Wanita itu mengelus lembut perut buncitnya, pikirannya sudah melayang kemana-mana. Termasuk membayangkan sosok yang sebentar lagi akan lahir dari rahimnya.

8 bulan 3 hari usia kandungannya, ia semakin menjaga kehamilannya sejak dokter menyatakan bahwa janinnya lemah, dan bisa berefek parah untuknya pula.

"Bunda, Sandy dapat nilai bagus disekolah." Sorak anak laki-laki berumur 7 tahun dengan girangnya, Irsandy Al-Arkan Khair.

Anak pertama dari dua pasangan, Imran Syaid Al-Khair dan Atharauf Ruqayyah.

Ruqayyah mengusap pucuk kepala sang anak lembut. "Pintarnya anak bunda."

Sandy memejamkan mata menikmati usapan dari bundanya. Kemudian ia membuka mata perlahan, menatap perut buncit Ruqayyah dengan mata berbinar.

Bocah itu menempelkan telinga kanannya menyentuh perut sang bunda dengan iseng.

"Woaaa, adek nendang, bun. Dia main bola." Polosnya bersorak bahagia ketika merasakan perut ibunya terguncang.

Ruqayyah terkekeh kecil. Ia reflek merengkuh tubuh mungil sang putra. "Adek bentar lagi lahir, pokoknya, nanti Sandy harus jagain adek. Sandy harus sayang sama adek, nggak boleh kasarin adek, adek harus jadi prioritas Sandy."

Sandy mengerjap. "Iya, bun. Tapi prioro itu apa?" tanyanya polos.

"Haha, prioritas, sayang... Perumpamaannya seperti ini, Sandy mengutamakan adek lebih dari apapun, adek yang paling utama."

Bocah itu mengangguk mantap. "Sandy janji."

***

"Bun, mau apa? Biar ayah yang ambilin." Tawar Imran ketika sang istri berdiri dari duduknya.

"Gapapa, yah. Cuma kedapur doang kok." Ruqayyah meyakinkan.

"Tapi..."

"Bunda beneran gapapa, ayah lanjut kerja aja."

Akhirnya Imran mengalah. Ia melanjutkan segala pekerjaannya, sedangkan Ruqayyah sudah keluar dari kamar.

Langkah kaki wanita itu teramat pelan, sembari menahan bobot perut yang menghambatnya jalan.

Sampai didalam dapur, Ruqayyah mengisi segelas air kemudian langsung diteguknya hingga tandas. Ia memang jadi sering kehausan semenjak usia kandungannya masih 7 bulan.

"Ha... Alhamdulillah..." leganya.

Baru ingin melangkah, ia tak sengaja menyenggol gelas plastik yang berisi setengah air putih ke lantai. Ruqayyah mendesah pelan, ia berjongkok dengan hati-hati untuk mengambil gelas tersebut.

Setelahnya bangkit kembali dan menaruh gelas itu pada meja dapur.

Sayangnya Ruqayyah lupa jika setengah air yang tadi tumpah masih tergenang diatas lantai.

Hingga detik berikutnya, ia terpeleset cukup kencang.

"AAA... ALLAHU AKBAR..."

Ruqayyah jatuh diatas lantai dengan kondisi memprihatinkan.

Ia mengusap perutnya yang tiba-tiba teramat sakit.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang