SIXTY THREE ✧ FUCK!

8.3K 418 62
                                    

⚠️!!!WARNING!!! ⚠️

THIS CHAPTER INCLUDES VIOLATION AND HUMILIATION, FOR THOSE WHO AREN'T COMFORTABLE WITH INHUMANITY ACTIVITIES ARE SUGGESTED TO SKIP THIS CHAPTER

✧✧✧

Satu windu sudah berlalu sejak kepergian terakhir Jessi. Felix mulai merasa gila. Ia tidak bisa hidup tanpa Jessi. Ia ingin perempuannya kembali. Ia sudah melakukan berbagai cara untuk melacak Jessi, tapi tak satupun berhasil. Semua relasi Jessi sudah dikunjunginya, tidak ada satu pun yang tahu dimana Jessi. Teman-temannya ikut khawatir karena Jessi hilang tanpa jejak.

Di sebuah ruangan bercat putih, Felix duduk di sofa dengan rahang mengeras. Pikirannya di penuhi oleh Jessi, Jessi dan Jessi.

Seorang wanita berbadan tinggi menghampiri Felix, mencoba menggodanya.

Felix tak bergeming, wanita itu duduk di pangkuannya dengan senyum sempurnanya. Jari-jari lentik ya menyusuri wajah porselen Felix, dengan lembut, ujung jari dengan kuku yang dihiasi glitter berwarna merah gelap itu mengusap pipinya, sementara tangannya yang lain mengalungi leher Felix.

Raline, salah satu wanita malam idaman pria di club-club upper-class yang sering Felix datangi. Tidak bisa dibilang wanita murahan, hanya beberapa orang saja yang mampu "membayarnya". Tapi, Felix sendiri bukanlah orang "biasa". Banyak orang berhutang padanya, termasuk wanita itu. Jadi, Felix bahkan tidak perlu "membayar", wanita itu bahkan datang dengan sendirinya.

"Looks like one of my dear customer is having a hard time right now hm?"

Raline mulai membuka sambil tersenyum mempesona.

"Here's the thing, Felix. I know your 'taste' is quite 'bizarre'..."

Sengaja menggantungkan kalimatnya, wanita itu lagi-lagi tersenyum manis, jari-jari lentiknya yang memberi kesan glamour itu kembali mengusap pipi Felix dengan lembut, lalu ia mengangkat dagu Felix dengan telapak tangannya,

"But that doesn't mean no one can meet the 'requirements'~"
"Just forget about that bitch, my dear,"
"And find another instead."

Setelah mengucapkan kalimat itu, senyum Raline yang sebelumnya manis sekarang mulai bertransformasi menjadi seringai licik. Tubuhnya dengan lihai merubah posisi, perlahan tapi pasti, dengan gerakan tangan lembut yang mulai bergerak turun dan mata yang terus menatap Felix dengan rayuan menggoda, Raline memposisikan tubuhnya berlutut di antara kedua kaki Felix, kedua telapak tangannya menari-nari diatas paha Felix, memastikan tiap sentuhannya dapat dirasakan oleh "pria kaya" di hadapannya itu. Iya, di mata Raline, Felix hanyalah salah satu dari "pria kaya" yang akan membawa keuntungan untuknya.

Sejak awal, apapun yang dilakukan Ralina membuat Felix sama sekali tidak bergeming. Tapi kalimat yang baru saja di dengarnya, cukup untuk membuatnya menarik salah satu sudut bibirnya naik,

"Oh? is that what you think?"

Suara beratnya akhirnya mulai terdengar, hal itu tentu saja semakin membuat Raline bersemangat dalam menggodanya. Jika Felix yang biasanya misterius dan tidak banyak bicara mulai bersuara, itu artinya ia sudah berhasil menarik perhatian Felix.

"Of course, My Love. She's nothing compared to you. See.. you can easily get a body like that bitch in our club, or even better. Honestly, she's not that intriguing, after all"

Raline terkekeh sebelum melanjutkan aksinya, kedua tangannya sudah mengusap penis Felix yang masih terbungkus celana panjang hitam.

"And you, my dear~"
"When it comes to sex, no one do better than you, i bet she would come back andregretg her dumb decision. And biologically speaking,"

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang