ASING? || Lara Kembali Menyapa

0 3 0
                                    

🅿, Tolong tandai typo sengku.

◌⑅●♡⋆♡ Happy Reading ♡⋆♡●⑅◌

Deburan ombak sebagai penenang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Deburan ombak sebagai penenang. Lara lebih sering datang. Tuhan.. Jikalau aku tidak pantas bahagia. Setidaknya jangan biarkan aku tersiksa.

« Alitsya Syartenia »
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah berhari-hari mengalami perubahan pada dirinya. Litsya menyadari ada yang aneh, dirinya mudah lemas dan sering mimisan. Naik turun tangga juga nafasnya sesak.

Maka dari itu hari sabtu ini Litsya meliburkan diri untuk mengecek keadaannya ke dokter.

Setelah di periksa oleh dokter umum di rumah sakit ini. Ia sedang menunggu hasil lab di kursi tunggu. Jujur sangat takut untuk memeriksa kesehatan seorang diri.

Tak lama namanya di panggil. Ia langsung berlari ke ruangan itu lagi untuk mengetahui hasil labnya.

"Silahkan duduk, Nak. " ujar dokter itu, Litsya duduk di kursi depan dokter wanita itu.

"Jadi, saya kenapa Dokter? " tanya Litsya tak sabaran. Dokter itu menghela nafas.

"Kenapa kamu tidak bersama orang tua mu?" tanya dokter itu membuat Litsya bingung. "Mama sama Papa di luar negri, Dok. Saya tinggal sendiri. " jawab Litsya.

"Kamu harus jadi anak yang kuat ya?" ucapan Dokter itu tambah membuat Litsya bingung.

"Maksudnya? " Dokter itu menyerahkan kertas lab ke hadapan Litsya.

"Le-leukimia stadium.. Tiga? " Litsya gemetar. Kenyataan apalagi ini Tuhan. Kenapa dunia selalu menyakitinya.

"Kamu jangan sedih, saya bakal usaha cari pendonor sum sum untuk kamu." Dokter itu menyemangati.

"Bisa sembuh kan, Dok? " tanya Litsya dengan air mata yang tidak bisa ia tahan. "Saya akan usahakan. Nanti kita cari sum sum bersama-sama" ujar dokter itu membuat Litsya menunduk dan menangis.

Kenapa dirinya selalu di buat sehancur ini? Kenapa lara selalu menyapa seolah kebahagiaan tidak ada untuknya.

"Ini, kamu tebus obat ini dulu. Supaya kamu bisa bertahan sebelum ada pendonor" Litsya mengangguk dan mengambil secarik resep obat itu.

Ia keluar dari ruangan dan menuju apotek. Ia tebus obat yang entah apa ia pun tidak tahu.

Setelah urusan di rumah sakit selesai Litsya memutuskan untuk langsung pulang dan beristirahat.

ASING?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora