chapter 37 : tonight

6.5K 368 127
                                    

"Jangan nilai seseorang dengan standar rendahan lo itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan nilai seseorang dengan standar rendahan lo itu."

༺❀༻

BERLIN bergerak guna mencari posisi nyaman, kemudian Milan memeluk pinggangnya ketika gadis itu merapatkan tubuh mereka, sementara tangan Milan yang lain dijadikan bantal untuk gadis itu. Milan mengusap surai panjang Berlin, kedua ekor matanya tak lepas dari gadis kecil yang sedang berada didalam dekapannya itu.

Berlin mendongak mengamati garis wajah Milan, semuanya terpahat dengan sempurna, sudut bibir gadis itu terangkat membentuk senyum, Berlin masih tidak menyangka bahwa mereka harus berakhir di atas tempat tidurnya dengan keadaan saling memeluk, tentu saja ini adalah sebagian mimpi dari penggemar-penggemar Milan, dan hanya Berlin yang mampu.

"Kamu beneran gak ke Kareel?" Berlin bertanya untuk kesekian kalinya, pasalnya, sejak tadi Kareel terus menelpon Milan, mengajak Milan untuk main billiard di tempat sepupunya, Asta.

"Lo ingin gue ke sana?"

Tentu saja tidak. Berlin menggeleng kecil.

"Nanti gue ke sana, tapi gue akan temenin lo dulu sampai tidur," kata Milan memberitahu.

Berlin mengangguk, kedua matanya terpejam menikmati sentuhan Milan pada rambutnya, sangat lembut, sungguh ini tidak seperti Milan, jika diingat-ingat lagi lelaki itu jauh lebih tak tersentuh saat pertama kali bertemu.

"Milan," panggilnya pelan, sontak lelaki yang tengah menepuk-nepuk pelan kepalanya itu menundukkan wajah, berdeham. "Aku gak bisa tidur, kamu nggak mau cerita sesuatu 'kah?" tanya Berlin sesaat setelahnya.

"Lo mau dengar cerita apa?"

Berlin mengulum bibir sejenak, lalu menjawab. "About your trauma, maybe? Tapi kalau kamu belum bisa cerita gapapa, kamu bisa cerita yang lain kok, aku cuma mau dengar suara kamu sebelum tidur."

"Gue ombrophobia, penyebabnya karena insiden beberapa tahun lalu, saat itu gue temuin Bunda dengan keadaan digantung, seluruh badannya dilumuri darah..." Milan menjeda, mendadak tenggorokannya tercekat, lantas Berlin mengusap pipi lelaki itu untuk membuatnya tenang.

"... Bunda nggak bunuh diri, karena malam itu gue sempat lihat seseorang turun dari tangga, seandainya di luar gak hujan deras mungkin gue masih dengar suara Bunda," ucap Milan melanjutkan.

Berlin menatap Milan dengan dalam, "kamu tahu orangnya?" tanya gadis itu. Milan menggelengkan kepala. Berlin menyesal karena telah meminta pacarnya untuk bercerita.

"Gue udah coba kejar orang itu, tapi dari arah belakang gue dibekap, gak tahu gimana bisa saat gue buka mata gue ada di gudang belakang rumah," sambung Milan lagi.

Flashback on.

"BUNDA ISA!"

Ketika Milan hendak menghampiri sang Bunda, suara barang jatuh di luar kamar memecah fokus anak itu, lantas Milan berbalik untuk mengecek keadaan di luar. Milan berdiri diujung tangga, seseorang berpakaian serba hitam tertangkap dalam pandangannya, lalu anak itu segera menuruni tangga dengan tergesa.

MILAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now