Rindu

95 19 3
                                    

"Meeche," panggil Jevans kepada gadis itu.

Keringatnya sudah bercucuran membuat siapapun yang melihat pasti sudah tau kalau sedari tadi ia mencarinya. Sesekali ia pun terlihat seperti kehabisan napas, dengan cepat Meeche segera menarik tubuh pria itu untuk duduk di sampingnya.

"Kamu habis lari? Kenapa? Takut banget dia dihajar aku?" tanya Meeche tak kuasa menahan tawanya.

"Bukan gitu, aku nggak mau kamu salah paham," jawab pria itu berusaha meluruskan.

"Maaf ya," kata Meeche yang membuat sang empu bingung sendiri di tempatnya.

"Maaf? Buat apa? Aku yang harusnya minta maaf," ujar Jevans dengan segera mengambil tangan gadis itu dalam genggamannya.

"Kamu ga salah, kan aku yang salah di sini. Maaf karena ragu sama kamu, maaf juga aku ternyata belum sepenuhnya percaya sama kamu. Dan maaf juga tiba-tiba aku nemuin kamu," ucapnya dengan memperlihatkan wajah sendu menahan air matanya menetes.

"Ci, aku nggak pernah merasa kehadiran kamu ganggu aku. Gapapa mungkin karena hubungan kita berjalan masih singkat buat kamu nggak bisa percaya sepenuhnya sama aku. Tapi aku minta sekarang kamu percaya ke aku ya? Aku betul tulus ke kamu," ungkapnya memberitahukan segala hal yang berada di dalam pikirannya.

"Aku bakal berusaha, tapi aku nggak janji ke kamu ya. Aku nggak mau kalau nantinya janjiku malah nyakitin kamu," kata Meeche yang tentu saja membuat kekasihnya sedikit terkejut mendengar hal itu.

"Oke mungkin kamu butuh waktu, aku nggak bakal paksa kamu. Sekarang boleh peluk dulu nggak?" goda pria itu dengan wajah nakalnya.

"Nggak," jawab gadis itu singkat.

Mendengar jawaban dari kekasihnya itu justru membuat Jevans semakin ingin menggodanya. Apalagi sudah lumayan lama ia belum melihat wajah cantiknya. Rindu? Tentu saja Jevans sangat merindukannya. Bagaimana manjanya dia, tingkah lucunya yang membuat Jevans gemas sendiri, dan yang paling penting senyumannya yang terukir sangat indah di wajah mungilnya.  Dengan cepat ia segera memeluk tubuh gadis itu ke dalam dekapannya.

"Kamu bau," celetuk Meeche yang seketika membuat Jevans menjauhkan tubuhnya.

"Ya gimana tadi belum sempat ganti baju," ucap pria itu tak terima.

"Gapapa ko nantinya juga aku bakal nyium bau kamu terus kan?" goda Meeche yang membuat pria itu terbelalak kaget.

"Janji kamu nikah sama aku ya, awas aja kalau kamu bohong aku tagih seumur hidupmu," ancamnya sembari menarik tubuh gadis itu agar mendekat padanya.

"Emang kamu mau nikahin aku?" bisik Meeche di dekat telinga pria itu.

"Mau lah, ya kali aku nolak bidadari," jawab Jevans tanpa ragu.

***

Malam ini terlihat bulan bersinar dengan indahnya. Tak seperti biasanya yang bersembunyi dibalik awan-awan. Dan begitu juga dengan dua sejoli ini yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajah mereka. Berbeda dengan hari-hari yang sudah mereka lewati dengan ekspresi rindu di wajahnya.

"Sayang kamu mau makan di mana?" tanya Jevans dengan lembutnya.

"Terserah," jawabnya yang mengikuti setiap keputusan pria itu.

"Plis kamu jawab apapun selain itu," ujar Jevans yang sudah muak mendengar kata tersebut.

"Serius sayang kali ini aku ga bakal komen," ucap Meeche berusaha meyakinkan.

"Oke seperti katamu ya," katanya yang masih memperlihatkan ekspresi ragu di wajahnya.

Setelah 20 menit mereka akhirnya menyelesaikan suapan terakhir. Belum saja semua makanan itu masuk ke lambung, mereka harus gerak cepat berjalan kembali ke mobil. Pasalnya sudah beberapa kali handphone Meeche maupun Jevans dipenuhi oleh panggilan dari kedua kakak gadis itu yang cemas karena adiknya belum kunjung pulang. Berbagai ancaman pun sudah kedua orang itu lontarkan kepada Jevans. Tak mau mengambil resiko akan hubungannya, ia segera mengantarkan gadis itu ke kediamannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sunflower (Jisung X Ningning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang