🥜 Minum obat ya ✔

Comincia dall'inizio
                                    

Benar, tak lama seorang gadis berjalan keluar dari pintu dan memberitahukan kepada Sasa untuk langsung masuk.

"Assalamualaikum, saya Sasa Fitria akuntansi 3. Siap mengikuti wawancara"

"Duduk"

"Siap"

Sasa duduk lalu menyerahkan kertas sesuai persyaratan wawancara. Di kertas itu sudah tertera visi misi, alasan, biodata dan lainnya.

"Alasan mengikuti PMR, bukan numpang tenar kan?"

Mendengar kalimat terakhir dari kakak tingkatnya yang bernama Salsa itu membuatnya sedikit tersentak. Namun segera ia mengubah ekspresinya dan tersenyum

"Saya ingin mengikuti PMR bukan semata-mata ingin pansos atau numpang tenar kak. Karena harapan saya mengikuti PMR adalah untuk melatih tanggung jawab, kedisiplinan dan siaga dalam memberikan pertolongan kepada orang lain"

Jawaban itu membuat Salsa tersenyum, namun bagi Sasa itu bukan senyum kagum melainkan senyuman yang merujuk ejekan.

"Apa PMR bagi kamu?"

"PMR adalah sebuah forum yang dibentuk khusus yang bertujuan tidak hanya membantu orang tapi juga mendidik orang-orang untuk tidak mengabaikan orang lain, apalagi orang yang benar-benar butuh pertolongan" jelas Sasa

"Banyak siswa-siswi yang mengatakan hal manis di depan namun gugur dalam kegiatan. Banyak juga yang hanya mendaftar hanya untuk keperluan pribadi. Kita, PMR tidak membutuhkan orang-orang yang caper kita butuh yang peka dan giat"

PMR tidak menuntut saat berada di luar forum. Nama baik PMR kita sendiri yang memegang, kita yang bawa, dan kita yang menjinjing. Sikap berbeda antara di organisasi dan luar, itu hal biasa. Organisasi dan luar memiliki kepribadian yang berbeda"

Salsa mengangguk dan tersenyum simpul menanggapi setiap ucapan Salsa.

Flasback off.

"Ohya tadi aku lihat Disa, dia dikantin sama cowok. Kayak deep talk gitu" ucap Sasa yang tak sengaja melihat Disa di kantin sewaktu kembali ke kelas

"Pasti Erick" batin Cilla menebak cowok yang bersama Disa "Masih secinta itu ya sama kak Disa" lanjutnya hambar

"Cilla ... Cil"

Puk

Salsa menepuk pelan lengan Cilla untuk menyadarkan sang empu yang tengah melamun.

"Eh- ya, sorry" berhasil, tepukan itu membuat Cilla tersadar dari lamunannya

"YA ALLAH"

Teriakan Salsa membuat Cilla terkejut bukan main. Baru saja tersadar dari lamunan, sudah diberi kejutan. Ia sampai mengelus dada dan menetralkan detak jantungnya. Tak hanya dia, namun juga teman-teman yang ada di dalam kelas

"Sabar, sabar" hela mereka

"Tadi kan aku disuruh temannya Leno manggilin kamu"

Mendengar nama Leno membuat  Cilla mengangguk "Kenapa?"

"Itu apa ya tadi .. itu lo ... panas ya panas" jawab Salsa mengingat memori pertemuannya tadi

"Panas apa?" tanya Cilla yang tak paham dengan yang diucapkan Sasa

"Leno panas, nggak mau minum obat dia"

"Oo"

"Disamperin atuh Cilla sayang, kasihan itu nggak sembuh-sembuh nanti" ucap Sasa merengek karena Cilla hanya ber oh ria saja

Cilla mengangguk, kemudian ia keluar kelas tanpa sepatah kata pun. "Di mana dia?" ucapnya menyembulkan kepala di pintu

"UKS" jawab Sasa singkat, dirinya sebal dengan Cilla yang meninggalkannya begitu saja. Sedangkan Cilla hanya mengacungkan jari jempolnya

Kalau tidak ada urusan setelah ini, sudah dipastikan dirinya akan ikut Cilla sekarang. "Huft, pengen ikut" helanya

Di sepanjang jalan Cilla menatap bangunan dan bunga yang elok dipandang. Tatapan kagum itu seolah menghinoptisnya. Asik melihat-lihat, tanpa sadar dirinya sudah berada di depan pintu UKS.

Perlahan tapi pasti ia membuka pintu itu sambil mengucapkan salam. "Assalamualaikum"

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh" balas yang ada di dalam

"Sini Cil, si Leno nih nggak mau minum obat" kalimat itu membuat Cilla memusatkan pandangannya kearah manusia yang kini berbaring di kasur bagian luar

Cilla berjalan kearah orang yang memanggilnya, lalu duduk di kursi setelah dipersilahkan untuk duduk.

"Plis Cil, jangan minum obat ya ya ya" ucap Leno menyatukan kedua tangannya di atas dada

Cilla tidak menjawab, tangannya bergerak menuju kening Leno untuk memeriksa seberapa panas tubuhnya. Panas banget batinnya sambil menarik kembali tangannya dari kening Leno

"Minum obat ya" kata itu yang keluar dari bibir mungil Cilla

"Pahit"

"Obat ya pahit lah, masa manis" celetuk Gana yang mendapat tatapan tajam dari Leno. Sedangkan sang empu malah cengengesan

"Pahit dikit ngaruh kok untuk kesehatan" lanjut Vino menasihati

"Kenapa sih obat harus pahit, kalau manis lebih disukai" ucap Leno jengkel

"Kenapa harus ada sakit, kalau sehat saja banyak yang suka?" ucap Cilla yang membuat Leno kicep

"Ngapain lo deket-deket sama Leno"








___

Sampai jumpa di part selanjutnya. Saya ucapkan terima kasih telah bergabung di 'Mengalah? Gak papa'.

Semoga kita bisa bersilaturahmi disini.

Dukung penulis dengan memberikan Vote dan Follow juga.

Nggak nyangka besok udah Senin aja

Semangat menjalani hari kawan-kawan

Tak kasih bunga satu

Mengalah? Gak papa (END)✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora