part 2 arah pulang

3K 107 1
                                    

Issabel mengeluarkan sapu tangan dengan motif bordir bunga lotus ciri khas keluarganya.

Mereka duduk di hamparan batu besar yang berada tepat dipinggiran sungai, Beruntung tidak jauh dari lokasi mereka terdapat pohon yodium.

Issabel membasuh kaki ayumi dengan air.

"Aku saja"

"Duduk saja" sambil perlahan membersihkan luka di kaki ayumi agar tidak bernanah.

Ayumi bisa melihat bahwa walaupun sedikit pendiam dan memiliki tatapan dingin, issabel cukup perhatian dan lembut.

Selanjutnya issabel memetik selembar daun yodium dan mengoleskan getah yang keluar dari ujung batangnya pada area kaki ayumi yang terluka.

"Ah.." meringis sakit.

Issabel langsung meniup luka itu perlahan.

Ini pertama kali bagi ayumi ada seseorang yang begitu santai padanya, seakan akan mereka begitu sangat dekat. Bibi pengasuhnya selalu berhati-hati dan jarang berani menyentuhnya secara langsung. Kedudukannya sebagai anak dari orang yang memiliki posisi cukup tinggi, membuat ayumi cukup di takuti, tidak ada yang berani berbicara dengan santai, menyapa ataupun bermain dengannya.

Hanya Issabel, yang berani memegang tangannya, mengobati lukanya tanpa sarung tangan khusus, dan yang paling penting, hanya issabel yang berani menatap matanya secara langsung.

"Bagaimana kamu bisa tau bahwa aku ayumi"

"Dari bajumu.. aku juga masih sedikit mengingatmu" mengomentari pakaian sutra yang dikenakan ayumi.

"Kita pernah bertemu?"

Issabel mengangguk, sambil menutup luka di kaki ayumi dengan pita pengikat rambutnya.

"Tapi aku tidak mengingatmu"

Issabel menengadahkan wajahnya, disini ayumi bisa melihat jelas mata issabel yang sangat bening dan berwarna coklat. Rambutnya sangat lurus dan berkilau, cantik dan natural.
"Karena saat itu kamu masih berusia 6 tahun"

"Lalu usiamu?"

"9 tahun"

"Bagaimana kamu bisa mengingatku sebagai anak usia 6 tahun?"

"Mata dan pipimu masih terlihat sama" sambil duduk disebelah ayumi sebentar.

"Padahal banyak yang bilang, bahwa mereka hampir tidak mengenaliku setelah aku tumbuh dewasa"

"Itu karena mereka tidak pernah benar benar memperhatikanmu"

Entah kenapa, jawaban yang dikeluarkan oleh issabel membuat ayumi menjadi senang.

"Jadi dulu kamu memperhatikanku?".

Issabel mengangguk, sambil menatap langit "sebagai gadis gemuk kecil pendek"

"Kamu menghinaku?" Wajah ayumi berubah masam.

"Menggemaskan" setelah membanting kuat ayumi ketanah, kemudian membawanya terbang tinggi keangkasa.

"Bagaimana aku sekarang. Aku sudah tidak gemuk dan pendek, jadi aku sudah tidak menggemaskan lagi?"

"Kamu tumbuh dengan baik, tinggi dan cantik"

Pipi ayumi memerah, dia harus segera berhenti bertanya sebelum seluruh wajahnya memerah seperti tomat.

"Kita harus melanjutkan perjalanan kembali, sebelum matahari terbenam"

Issabel membantu ayumi untuk naik keatas kuda. Awalnya ayumi sangat takut, namun ketika issabel ikut naik dan duduk tepat dibelakangnya, seluruh ketakutannya menghilang, dia menikmati setiap jalan yang dia lewati.

Saat tiba, roga ayah ayumi sudah stadbye diatas kuda untuk mencari anaknya setelah pulang dari rapat kerajaan.

Issabel datang lebih awal, Roga bisa bernafas lega, nuri ibu ayumi segera menurunkan sang anak dari kuda dan membawanya masuk dengan ekspresi khawatir.

"Kamu beruntung, karena anakku tiba dengan selamat, tapi jangan berharap bahwa aku mempercayaimu, siapa tau bahwa ini hanyalah caramu mengelabui, dan yang kamu inginkan adalah kematiannya"

Bukan kalimat terimakasih, melainkan kalimat sarkas. Namun issabel tidak merasa sakit hati, dia sudah terbiasa dengan perlakuan buruk dari keluarga itu.

Keluarga ayumi memang sedikit takut pada issabel, mereka termasuk salah satu orang yang ikut membantu menfitnah keluarga issabel bersama para mentri dan beberapa anggota keluarga kerajaan.

Tuduhan merencanakan pemberontakan, dan penyekudupan senjata tajam untuk menurunkan raja dari singgasana membuat ayah dan ibu issabel di hukum mati, begitu juga kakaknya yang merupakan seorang jendra.

Saat itu ayumi masih kecil, dia berusia 11 tahun, saat dia akan diberikan hukuman yang sama, banyak rakyat yabg memomohon kepada raja untuk memaafkan ayumi dan adiknya yang masih kecil karena dianggap tidak ikut campur dalam rencana itu.

Kebaikan keluarga ayumi semasa hidup sangat banyak, ayah ayumi selalu membagikan sebagian harta untuk rakyat yang kelaparan, sikapnya yang baik, dermawan membuat semua orang mengenalnya.

Sebenarnya banyak yang membela keluarga ayumi, mereka tidak percaya bahwa ayah ayumi merencanakan pemberontakan. Namun orang orang itu langsung di penggal di muka umum, semua orang ketakutan dan tidak bisa berbuat banyak selain hanya menonton dan berdoa. Kini yang bisa mereka lakukan hanya berusaha memohon untuk keselamatan ayumi dan adiknya.






forbidden story (lesbian story) GXGWhere stories live. Discover now