62.2 Tontonan Anjani

4.7K 436 37
                                    

Frans langsung mematikan sambungan telepon ketika anak buahnya yang berada di rumah menghubunginya dan memberitahu ada kekacauan di rumah yang membuat pria paruh baya itu langsung memijat pelipisnya.

"Kenapa, Mas? Mas terlihat sangat gelisah," tanya Halimah, menatap pada suaminya.

Cukup penasaran mengapa ekspresi wajah suaminya agak gelisah. Sementara mereka sendiri masih berada di depan ruang rawat Husein yang masih belum juga sadarkan diri semenjak mendengarkan kabar mengejutkan yang dilontarkan oleh Mirna.

"Anak buahku bilang kalau di rumah  ada Sean yang datang bersama kelompoknya sedang mengacak-acak rumah kita."

Adalah kalimat yang berhasil membangkitkan amarah Pak Harto karena lagi-lagi pria kurang ajar satu itu yang membuat ulah. Tidak bisakah membuat ulahnya nanti setelah keadaan putranya membaik? Kenapa harus sekarang? Batin Pak Harto menggerutu marah.

"Aku juga tidak tahu apa-apa penyebabnya tapi yang pasti saat ini Siska sudah berada di tangan mereka. Menurut informasi yang didapatkan dari anak buahku kalau kaki dan juga tangan Siska sudah diikat oleh anak buahnya Sean," ujar Frans, memberitahu.

Masalah di keluarga ini sungguh sangat banyak dan disebabkan oleh para perempuan. Mereka saja yang laki-laki sangat jarang membuat ulah.

"Kurang ajar!  Kenapa bisa ada laki-laki gila seperti itu yang terus mencari masalah dengan kita? Ini pasti gara-gara anak sialan itu. Kalau saja anak sialan itu tidak ada, kita tidak akan berurusan dengan orang gila seperti itu," ujar nenek Mirna menggebu-gebu.

Wanita itu seolah lupa dengan tamparan yang dilakukan oleh sang suami di wajahnya dan kini ia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Kak, siapa Sean yang dimaksud itu?"  Haris yang tidak tahu apa-apa berbisik lirih di telinga Haikal, menanyakan sosok yang mampu membuat pamannya itu merasa marah.

"Sean itu suami dari sepupu kita. Kamu 'sih terlalu sibuk belajar dan patah hati, sampai-sampai tidak tahu apa yang terjadi di keluarga kita," ujar Haikal, menatap adiknya.

"Sepupu kita? Bukannya sepupu kita itu masih muda? Apa dia menikah muda?" Haris tentu saja membulatkan matanya mendengar apa yang diucapkan oleh kakaknya tentang sepupu mereka yang sudah menikah.

Pemuda itu tahu jika jika anak dari Paman mereka sudah ditemukan. Tidak menyangka saja jika anak dari pamannya mereka ternyata sudah menikah.

"Kamu pasti lebih kaget lagi kalau tahu dia ternyata junior kamu di kampus." Haikal menatap sombong pada Haris yang  lagi-lagi membulatkan matanya menatap tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Kakak serius bilang itu? Siapa namanya? Biar besok aku cari tahu tentang dia," ujar Haris cukup penasaran.

"Namanya--"

"Kita pulang sekarang dan temui laki-laki itu. Jangan sampai dia melukai Siska," ujar Frans memberi keputusan.

Pak Harto tentu saja langsung setuju. Pria itu pamit pada Halimah dan juga Hani untuk menunggu Husein kembali sadar.

Haikal tentu saja tidak mau ketinggalan tontonan, pria itu segera bangkit dari duduknya dan mengikuti jejak sang kakek dan Paman yang lebih dulu pergi.

Rasa penasaran juga muncul di hati Haris, yang membuat pemuda itu langsung ikut bergegas mengikuti jejak paman dan juga  kakek serta kakaknya.

Sejujurnya Haris juga penasaran dengan wajah sepupu mereka karena Haikal bahkan belum menyebutkan namanya namun sang kakak justru sudah pergi lebih dulu.

"Kalau memang orang yang bernama Sean itu sering membuat ulah, kenapa kita tidak melaporkan ke polisi saja?" Haris memecahkan keheningan saat mereka semua berada di dalam mobil yang sama.

Hukum di Indonesia tentu saja tidak akan bisa membuat orang melakukan semenanya.  Haris yakin jika ketenangan keluarga akan didapatkan bila mereka melaporkan ke polisi.

"Kamu mau buat laporan ke mana? Orang yang akan kita lawan ini jelas bukan orang sembarangan. Kakek kamu saja yang punya koneksi di mana-mana, tidak bisa berkutik. Apalagi kita yang hanya pengusaha bahkan belum masuk ke dalam jajaran orang terkaya," balas Frans menatap keponakannya.

"Apa yang dibilang oleh Paman Frans itu benar, Haris. Orang yang kita lawan bukan orang sembarangan. Jika kita menggunakan kekerasan balik, dia akan semakin menjadi-jadi," ujar Pak Harto lelah.

Pria itu benar-benar tidak mengerti mengapa masalah silih berganti berdatangan menemui keluarga mereka. Apa karena ia menemukan keberadaan Anjani? Pak Harto mulai berpikir dan menerka-nerka.

Mereka akhirnya tiba di depan rumah mewah milik Pak Harto yang sudah ditempati dengan keluarga besarnya.

Pria itu langsung bergegas turun dengan adanya banyak pengawalan ketat di sekitar halaman rumah.

Haris yang baru pertama kali melihatnya langsung merapatkan tubuh dengan sang kakak.

Tampang-tampang orang-orang ini agak menyeramkan. Tidak salah kalau kakek mereka bilang jika lawan mereka bukanlah orang sembarangan.

Segera mereka melangkah masuk dengan diiringi banyaknya senjata api yang diarahkan ke mereka jika mereka berbuat macam-macam. Padahal jelas mereka memasuki rumah mereka sendiri.

Setelah mengedarkan pandangan ke sekitar, tiba-tiba saja pandangan Haris jatuh pada sosok perempuan cantik yang duduk di sofa dengan ditemani seorang pria dewasa di sebelahnya.

Langkah kaki Haris terhenti sambil membelalakkan matanya tidak percaya.

"Anjani?"

Ini adalah suara keras Haris yang tidak hanya mengejutkan pemilik nama melainkan orang-orang di sekitarnya juga menoleh menatap terkejut padanya.



Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang