29: Gumilo

5.2K 346 8
                                    

Sebuah ruangan bernuansa dengan cat putih, dihiasi dengan furniture berwarna emas, serta tempat tidur berukuran luas tepat berada di tengah, menghadap pada sebuah kaca tinggi yang memperlihatkan bagian luar rumah.

Di tengah bagian tempat tidur tersebut, terdapat satu sosok yang terbaring lemah tanpa daya sejak beberapa tahun lalu.

Alat teknologi canggih terpasang dengan sempurna di dalam ruangan tersebut dan ada berbagai macam jenis. Semua alat tersebut didatangkan dari luar negeri, untuk menopang kehidupan sosok yang terbaring di atas tempat tidur tersebut.

Koma sudah sejak 8 tahun yang lalu, namun keluarga dari pihak sosok tersebut tidak juga mau melepaskan alat bantu pernapasan ataupun yang bisa menopang kehidupannya.

Husein Gumilo, jatuh koma sejak 8 tahun yang lalu akibat kecelakaan yang menimpanya di sebuah jalan tol setelah mendapat informasi keberadaan wanita yang dicintainya.

"Sampai kapan kamu akan terus terbaring koma seperti ini terus, Nak? Tolong jangan tinggalkan ayah. Kamu adalah satu-satunya harapan ayah. Jadi, tolong, Nak, bangun. Kamu jangan ikuti wanita yang kamu cintai itu. Kamu masih memiliki satu orang anak perempuan yang saat ini masih ayah cari keberadaannya."

Hartono Gumilo, seorang mantan veteran yang dulunya adalah pria perkasa. Seorang mantan jenderal juga berasal dari keluarga pengusaha kaya raya.

Nasib buruk menimpa putranya ketika dia sedang bertugas di luar kota dan tidak pernah pulang selama bertahun-tahun.

Baru setelah ia pensiun, Harto mendapatkan informasi jika putranya kehilangan wanita yang dicintainya. Bahkan, mengabaikan perusahaan yang sedang dipimpin untuk terus mencari keberadaan wanita tersebut sampai 12 tahun. Anehnya wanita itu tidak pernah ditemukan, bahkan setelah Husein mengalami kecelakaan dan jatuh koma sampai beberapa hari yang lalu, perempuan yang dicari oleh putranya tidak juga kunjung diketemukan.

Baru kemudian ia mendapat informasi dari anak buahnya tentang keberadaan wanita yang dicintai oleh putranya. Sayangnya, ia terlambat. Pada kenyataannya ketika ia mendatangi kediaman wanita itu, para tetangga justru mengatakan jika perempuan bernama Dewi sudah meninggal beberapa waktu yang lalu.

Mendatangi area pemakamannya, dan melihat foto Dewi saat muda terpasang di area pemakaman, membuat Harto yakin jika memang itu adalah wanita yang dicari oleh putranya.

"Maafkan ayah karena ayah datang terlambat untuk menemukan perempuan yang kamu cintai itu. Andai saja ayah lebih giat untuk menyuruh anak buah ayah, pasti kamu bisa bertemu dengan dia," ujar Pak Harto, pada putranya yang masih terbaring koma.

"Perempuan yang kamu cari selama ini sudah meninggal dunia, Nak. Tapi ayah mohon kamu jangan putus asa. Ayah juga dapat informasi dari orang-orang, kalau kamu punya anak perempuan dengan dia. Ayah akan mencari informasi tentang dia, dan benar-benar mencari tahu apakah dia anak perempuan kamu atau bukan. Kalau memang dia benar anak perempuan kamu, ayah pasti akan membawanya datang menemui kamu."

Pak Harto mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Pria itu menarik napas dan berusaha untuk menenangkan emosinya.

Pak Harto kemudian bangkit berdiri dari tempat duduknya, melangkah keluar dan tidak menyadari adanya pergerakan di jari-jari Husein.

Saat tiba di luar, sosok wanita paruh baya yang rambutnya sudah agak memutih muncul tepat di hadapannya, membuat Pak Harto menghentikan langkah dan langsung menutup rapat pintu kamar anaknya.

"Mas--" bibirnya terbuka memanggil Pak Harto, namun pria paruh baya itu langsung bergeser pergi meninggalkan wanita yang merupakan istrinya. "Sampai kapan kamu harus seperti ini? Sudah bertahun-tahun kamu mengabaikan aku. Kamu lupa kalau aku ini istri kamu, Mas?"

Wanita paruh baya yang tak lain adalah Mirna berteriak menatap pada punggung suaminya yang bergerak pergi. Ia sudah cukup lama memendam emosi di mana ia harus diabaikan oleh suaminya sendiri. Dirinya tahu jika ia bersalah karena menghancurkan percintaan putranya. Namun, bukan berarti suaminya harus ikut-ikutan untuk membenci dirinya juga.

"Saya tidak akan pernah memaafkan kamu karena perbuatan kamu itu, Mirna. Satu kesalahan kamu masih saya maafkan karena memikirkan anak-anak kita. Tapi, kesalahan kedua ini tidak akan pernah bisa saya maafkan karena ini menyangkut salah satu anak saya." Ini adalah perkataan bernada dingin yang dilontarkan oleh Pak Harto pada istrinya itu.

Andai saja jika dirinya tidak malu dengan pandangan orang-orang serta anak-anaknya yang tidak ingin ia bercerai, mungkin sudah lama Pak Harto meminta pisah pada istrinya itu. Sebuah aib yang selama ini selalu ia tutupi dari anak-anaknya membuat mereka tidak pernah tahu jika pernikahan orang tua mereka memang sudah diambang kehancuran jauh sebelum Husein mengalami koma.

Hartono memang memiliki tiga orang anak. Anak pertama yakni Halimah, yang menikah dengan orang keturunan Turki dan menetap di Indonesia. Sementara anak keduanya bernama Hani, menikah dengan orang Indonesia  juga merupakan seorang pejabat negara yang namanya cukup terkenal. Lalu, terakhir adalah putra bungsunya yang bernama Husein yang digadang-gadang oleh  almarhum kakek Husein yang tak lain adalah ayah kandung dari Harto untuk menjadi ahli waris atas usaha yang dimiliki oleh kakeknya. 

Di antara ketiga anaknya memang kasih sayang Harto lebih besar dan condong ke putranya karena Husein hanya memiliki satu orang anak laki-laki.

Perusahaannya sekarang pun dijalankan oleh orang kepercayaannya, karena tidak mungkin ia meminta pada suami Halimah maupun Hani untuk menjalankan perusahaan tersebut.

Sedangkan, Mirna yang ditinggalkan menundukkan kepalanya dengan rasa sedih yang luar biasa.

Suaminya sudah mengabaikan keberadaannya. Anaknya jatuh tak sadarkan diri selama 8 tahun terakhir, sementara kedua anak perempuannya meskipun tidak menyalahkan secara terang-terangan, tetap saja mereka pasti punya pikiran tersendiri tentang dirinya.

Ini memang keegoisannya dulu yang menjauhkan putranya dari perempuan bernama Yana tersebut. Andai saja dulu ia tidak egois dan meminta perempuan itu untuk pergi dari hidup putranya hingga melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan mereka, mungkin suaminya masih mau sedikit untuk berdamai dengannya dan putranya tidak akan koma seperti ini.

Hanya saja memang penyesalan selalu datang di akhir. Tidak ada penyesalan di awal karena jika penyesalan di awal maka penyelesaiannya pun akan mudah.

Mirna kemudian mendorong pintu di mana kamar putranya berada. Tak lama kemudian dua orang dokter yang rutin datang untuk memeriksa kondisi Husein.

"Dok, apa putra saya nantinya bakalan sadar?" Mirna bertanya pada salah satu dokter yang ada di sebelahnya.

"Kemungkinan putra anda untuk sadar masih ada. Kita hanya bisa menunggu keajaiban. Tapi, beruntung semua organnya masih berfungsi dengan baik, ini berkat alat-alat yang terpasang di tubuhnya. Ibu banyak berdoa saja semoga Mas Husein bisa cepat sadar." Dokter itu tidak memberi harapan namun hanya mengatakan apa yang ia ketahui.

Ini juga sebuah harapan darinya untuk segera melihat pasiennya ini sadar. Mungkin sebuah keajaiban akan datang jika memang benar-benar laki-laki yang terbaring di atas tempat tidur ini bisa sadar sepenuhnya.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang