61.2 Husein Drop

5.6K 488 38
                                    

Siska langsung mematikan panggilan masuk yang berasal dari Laura.

Gadis itu tentu saja tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Laura karena saat ini yang dipikirkannya adalah bagaimana caranya agar ia terlihat 'bersih' di mata semua orang. Terutama ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri berita kehancuran perusahaan milik keluarga Laura.

Tentu saja Siska tidak akan pernah membiarkan dirinya ikut campur. Meskipun kakeknya memiliki kekuasaan, bukan berarti kakeknya pasti akan membela dirinya. Kakeknya pasti akan membela Anjani mengingat juga selama ini sang kakek tidak pernah menyukai keberadaannya.

"Siapa yang telepon kamu dari tadi? Kok, sepertinya sibuk sekali."

Siska tersentak. Gadis itu menoleh ke belakang dan menemukan Fabian yang berdiri sambil melipat tangannya di dada menatap ke arah Siska.

Sejak tadi memang Fabian memperhatikan bagaimana sibuknya Siska dengan ponselnya di saat Paman mereka saat ini sedang berjuang.

"Oh, tidak apa-apa, Kak. Teman-temanku menghubungiku mengajak aku untuk nongkrong di kafe tapi aku menolak karena saat ini kondisi Paman belum bisa dipastikan." Siska sedikit tergagap sambil menatap pada Fabian dengan jantung berdebar kencang. Dirinya kira jika saat ini ia ketahuan oleh Fabian.

Fabian yang mendengar alasan Siska hanya mengangkat bahunya tidak peduli kemudian bergabung dengan Dika yang saat ini sedang duduk dengan santai di sebelah kakek mereka.

Sementara Laura sendiri berusaha untuk menghubungi Siska dan meminta agar gadis itu membantunya sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan oleh Siska sejak awal. Hanya saja, tidak ada respon dari Siska hingga membuat Laura merasa frustrasi.

Perusahaan milik keluarga mereka sedikit demi sedikit sudah mengalami penurunan. Ini bahkan belum 2 minggu, tapi penurunan perusahaan keluarga mereka sangat signifikan.

Semua orang menyalahkan dirinya termasuk mamanya yang menganggap jika dirinya bodoh karena membuat semua keluarga berada dalam masalah besar.

Laura tentu saja merasa kecewa. Pasalnya mamanya juga mendukungnya untuk melakukan pembullyan terhadap Anjani, kini justru lepas tangan. Mereka hanya berada dalam posisi sial saja karena ketahuan oleh pihak kampus yang tidak tahu dari mana mereka bisa mengetahuinya.

Di kampus, Laura merasa seperti di neraka. Ada banyak sekali mahasiswa maupun mahasiswi yang menggunjing dirinya. Bahkan, terang-terangan membicarakan dirinya secara langsung.

Ada banyak postingan dirinya yang penuh dengan hujatan atas perilaku yang dilakukannya pada Anjani.

Entah mengapa, kampus yang biasanya menjadi tempat indah untuk tebar pesona, kini berubah menjadi neraka dunia untuknya. Bahkan, setelah beberapa hari tetap saja ia merasa jika dirinya tidak dapat melewati banyaknya cacian dan makian yang ditujukan padanya.

Niken dan Tantri juga sudah beberapa hari ini tidak masuk kampus. Menurut kabar yang beredar kalau Tantri memang sudah tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk kuliah lagi. Sedangkan Niken sendiri hanya mengurung diri di kamar merasa ia sudah mengecewakan bundanya atas perbuatannya sendiri.

Laura yang tidak tahan berada di kampus memilih untuk pulang ke rumah. Gadis itu berharap ketika tiba di rumah ia akan merasa tenang dan nyaman. Namun, kakinya baru saja menginjak area parkiran ketika tiga orang dengan pakaian biasa menghampirinya.

Wajah orang-orang itu yang tampak menyeramkan tentu saja membuat Laura merasa ketakutan.

Segera Laura melangkah mundur dan menatap waspada pada mereka.

"Nona Laura Vinetia, kami dari kepolisian, ditugaskan untuk menjemput Anda untuk ikut kami ke kantor polisi." Seorang pria berwajah menyeramkan dengan rambut sebahu mengeluarkan kartu identitasnya, membuat Laura mundur dengan wajah pucatnya.

"S-saya salah apa, Pak?" Tubuh Laura bergetar hebat, kala melihat yang berdiri di hadapannya adalah tiga orang polisi yang tidak mengenakan seragam.

"Anda terlibat dalam penyerangan dan pembullyan terhadap mahasiswi atas nama Nona Anjani. Silakan ikut kami atau kami paksa dan Nona Laura akan menjadi tontonan orang-orang di kampus ini," ucapnya lagi.

Laura tentu saja menatap sekeliling dan untungnya tidak ada yang fokus menatap ke arahnya.

Gadis itu dengan ketakutan sepenuh hati akhirnya mengikuti tiga orang pria tersebut masuk ke dalam mobil hitam yang berada tak jauh dari posisinya saat ini berada.

Laura menangis. Menyesali semua yang terjadi hingga membuatnya harus dipenjara. Andai saja jika usianya masih usia anak sekolah mungkin ia akan bisa bebas. Tapi, ini tidak mungkin terjadi.

Di lain tempat juga hal yang serupa terjadi pada Laura kini terjadi pada Niken dan juga Tantri. Kedua gadis itu ditangkap di rumah mereka masing-masing.

Rupanya Sean sudah bergerak memasukkan laporan ke kantor polisi setelah memberikan ketiganya sanksi sosial. Anggap saja Ini pelajaran berharga untuk ketiga gadis itu agar setelah mereka keluar dari penjara, mereka bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dari ini.

Tentunya, dendam Sean sudah terbalaskan.

"Bos, ada dalang sebenarnya dibalik pembulian yang dialami oleh Nyonya Anjani. Saya sudah menyelidikinya dan mendapatkan bukti di ponsel Laura."  Adalah laporan yang diberikan oleh anak buahnya pada Sean yang saat ini sedang bersantai bersama istrinya tercinta.

"Kirim data-datanya ke saya sekarang."

Sambungan telepon terputus kemudian Sean berbalik memeluk istrinya.

"Cintanya aku, ronde terakhir akan segera dimulai. Kita akan menyelesaikan semuanya." Sean mengecup bibir Anjani, dan melingkarkan tangannya di pinggang sang istri.

Anjani yang mengetahui rencana Sean hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis.

Apapun yang dilakukannya ia tahu jika ini semua pasti demi kebaikan dirinya.

Suamiku ABG TUAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt