53: Bully

4.3K 400 59
                                    

Anjani terbangun dengan kerutan di dahinya. Perempuan cantik itu baru saja menyadari jika ternyata panggilan video masih tersambung dengan Sean.

Saat membuka kelopak matanya, Anjani di hadapkan dengan senyum manis Sean yang ternyata sudah bangun.

"Mas? Ternyata panggilannya tidak dimatikan tadi malam." Anjani bergerak tanpa membenarkan selimut yang sudah melorot ke bawah. "Mas sudah bangun? Sejak kapan?"

"Dari beberapa menit yang lalu, Sayang. Di sini juga masih tengah malam. Mas tidurnya sebentar saja. Di sana pasti sudah pagi 'kan?"

Anjani menatap jam di dinding kemudian mengganggukan kepalanya. Memang saat ini sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.

"Iya, Mas. Sudah jam tujuh. Untung saja aku ada jadwal kuliah siang nanti."

"Hmmmm. Sayang?" Sean meletakkan kepalanya di bantal menatap lekat wajah istrinya. "Aku kangen sama kamu."

"Iya, Mas. Ini kita lagi video call. Setidaknya bisa mengobati rindu kita sebentar," kata Anjani sambil tersenyum manis.

"Tetap saja beda, Sayangku. Mas maunya kamu ada di dekat Mas dan kita pelukan. Pokoknya Mas ini rindu sekali dengan kamu." Suara Sean terdengar merengek, membuat Anjani tersenyum simpul.

"Aku juga kangen dengan mas Sean. Aku berdoa semoga urusan Mas di sana cepat selesai biar kita bisa ketemu lagi."

"Iya, Sayang. Pokoknya Mas sangat bersemangat supaya kita bisa ketemu dengan cepat." Pria itu tersenyum menatap istrinya.

Obrolan mereka tidak dilanjutkan karena Sean kembali mengantuk dan ingin tidur. Sedangkan Anjani sendiri juga memutuskan untuk membersihkan diri dan berolahraga sebentar.

Baru setelah berolahraga, Anjani kembali membersihkan diri dan berpakaian rapi.

Anjani berniat untuk belanja bersama Abel yang memang mengajaknya kemarin sore.

"Boleh tidak kalau kamu panggil aku dengan sebutan nama saja? Agak canggung kalau dipanggil dengan sebutan mama," ujar Anjani menatap Abel.

"Oh, tidak bisa kalau seperti itu, Ma. Mama itu istrinya papa. Tentu saja aku harus menghormati mama. Santai saja, Ma. Nanti lama-lama juga mama akan terbiasa, kok," sahut Abel.

Anjani tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita itu menemani Abel untuk berbelanja kebutuhan ulang tahun Satya yang akan dilaksanakan Minggu mendatang. Entah itu souvenir ataupun kue dan semuanya tentu saja ditentukan oleh Abel.

Anjani sendiri juga tidak kalah semangat dan langsung membelikan beberapa hadiah untuk Satya. Selama Sean idak di rumah, Anjani sering ditemani oleh Satya. Perempuan itu tentu saja sudah akrab dengan Satya dan sudah menganggap Satya seperti anak sendiri meskipun status Satya adalah cucunya.

Segera Anjani turun dari mobil setelah Abel memarkirkan kendaraannya dengan tepat.

Abel menurunkan kaca jendela menatap pada Mama mertuanya. "Nanti kalau mama mau pulang dan sopir belum datang jemput, Mama hubungi aku saja. Biar aku jemput sekalian Satya pulang dari les."

"Tidak usah, Bel. Nanti aku dijemput sama sopir aja. Soalnya mas Sean udah kasih sopir dan juga bodyguard buat aku." Anjani tersenyum menolak tawaran dari menantunya itu.

"Ya sudah kalau begitu, aku pulang duluan, Ma. Terima kasih karena mama sudah mau menemani aku belanja."

Anjani menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. Perempuan itu baru berbalik masuk ke dalam gedung ketika melihat mobil yang dikendarai oleh Abel melaju pergi meninggalkan pekarangan kampus yang begitu luas.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang