11: Sean meet Dewi

23.5K 1.3K 35
                                    

Sean sudah benar-benar merasa gemas sekaligus kesal menghadapi Anjani yang selalu main petak umpet dengannya. Sialnya lagi, akhir-akhir ini Sean  memang sangat sibuk mengurusi masalah putranya di luar negeri sehingga mempersempit waktunya untuk bertemu dengan Anjani.

Baru beberapa hari belakangan ia sudah berada di Indonesia. Itu 'pun harus mengerjakan beberapa hal di perusahaannya yang tidak bisa dikerjakan oleh anak buahnya.

Merasa rindu yang sudah tidak tertahankan lagi, Sean akhirnya memilih untuk menghampiri Anjani di kampusnya. Namun, ternyata gadis itu sudah pulang. Lalu, pria yang tidak sadar umur itu bergegas ke restoran dan lagi-lagi ia menemukan kekecewaan pasalnya Anjani juga tidak berada di restoran.

Sean memberanikan diri untuk datang menghampiri gadis itu di rumahnya. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, tidak juga mendapatkan balasan.

"Maaf, mau cari siapa?"

Seorang wanita paruh baya menghampiri Sean yang sedang berada di teras rumah Anjani.

"Saya cari ibu Dewi dan Anjani. Mereka ada?"

"Oh, kenalannya Dewi? Tadi Dewi dibawa ke rumah sakit sama anaknya. Sepertinya 'sih kumat lagi."

"Maaf, kalau boleh tahu di rumah sakit mana?"

Tahu jika Anjani pasti berobat di rumah sakit tempat biasa ia membawa ibunya, wanita paruh baya yang merupakan tetangga Anjani kemudian menyebutkan sebuah rumah sakit. Sean mengucapkan terima kasih kemudian berbalik pergi menuju mobilnya yang terletak di depan gang. Pria itu benar-benar sudah merindukan gadis impiannya. Namun, ternyata gadis itu sedang merawat ibunya di rumah sakit.

Setelah tiba di rumah sakit, Sean menanyakan keberadaan ibu Dewi pada perawat yang bertugas di meja resepsionis. Baru setelah menemukannya, ia segera menuju ruang rawat kelas 3 tempat ibu Anjani berada.

Saat akan mengetuk pintu, Sean mendengar obrolan Anjani dan ibunya. Pria itu terdiam dengan perasaan teriris mengetahui fakta yang sebenarnya tentang ibu Dewi dan Anjani.

"Tolong, bawa laki-laki itu kemari. Ada yang ingin ibu katakan padanya."

Terdengar suara Dewi yang memohon pada putrinya untuk membawa ia menemui wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

Sean yang tak tahan, segera membuka pintu hingga mengejutkan Anjani. Sementara Dewi mengangkat sedikit kelopak matanya untuk menatap ke arah Sean. Wanita paruh baya itu sedikit terkejut saat mendapati sosok laki-laki dengan pakaian yang terlihat mahal masuk ke dalam ruangannya.

"Selamat sore," sapa Sean.

Mendengar suara yang ia kenali, Dewi melebarkan matanya. Tidak pernah ia sangka jika putrinya berhubungan dengan laki-laki yang jauh lebih dewasa dari putrinya. Sean terlihat seperti pria yang berusia sama dengannya.

"Kamu adalah laki-laki yang berada di kamar sebelah anak saya 'kan?"

Ini bukan sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan yang dicetuskan oleh Dewi saat mendengar suara Sean. Wanita paruh baya itu cukup mengenali suara pria yang beberapa kali ia dengar dari kamar putrinya. Meskipun mereka berbicara dengan suara yang pelan, dinding yang tidak memiliki kedap suara tentu saja bisa membuat Dewi mendengar.

Sean menatap Anjani yang saat ini sedang menundukkan kepalanya. Kemudian, ia beralih menatap Dewi.

"Saya minta maaf karena melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan pada putri Anda. Tapi, Anda tidak perlu khawatir. Saya akan bertanggung jawab atas Anjani dan akan segera menikahinya."

Anjani spontan mengangkat kepalanya saat mendengar pernyataan Sean. Ditatapnya tidak percaya pada pria yang jauh lebih dewasa darinya.

"Pak, bapak tidak--"

"Tidak, Anjani. Saya serius ingin menikahi kamu. Selama ini saya sudah cukup untuk main-main. Saatnya saya serius untuk menggapai masa depan saya yang lebih baik lagi." Sean menyela lebih dulu. Pria itu kemudian beralih menatap Dewi. "Kebetulan saat ini saya sudah memiliki 3 orang anak. Tapi tidak memiliki istri. Tenang saja, ibu tidak perlu khawatir karena anak saya sudah pada dewasa dan mereka sudah menentukan kehidupan mereka sendiri. Mereka tidak akan bisa mengganggu hubungan saya dengan Anjani." Sean ingin berbicara tegas pada Dewi.

Mendengar itu Dewi tersenyum lega. "Saya tidak peduli dengan perbedaan usia kalian. Asal bapak mau bertanggung jawab dan tidak pernah menyakiti putri saya. Anjani adalah putri satu-satunya yang saya miliki. Saya tidak ingin dia menderita, sama seperti yang saya alami," kata Dewi pada Sean. "Bisakah bapak berjanji untuk tidak menyakiti putri saya? Saya akan ikhlas dan tenang setelah pergi, saat tahu kalau putri saya berada di tangan orang yang tepat."

"Ibu Dewi bisa percaya kalau saya bukan laki-laki yang bisa menghianati janji saya sendiri. Meskipun saya sudah memiliki tiga putra yang sudah dewasa, saya pastikan status pernikahan saya adalah yang pertama."

Anjani diam-diam merenung di dalam hatinya saat mendengar pernyataan Sean. Entah mengapa terdengar sangat aneh di telinganya ketika pria itu mengatakan ia sudah memiliki 3 orang anak namun belum pernah menikah sekalipun.

"Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa saya bisa memiliki anak tapi belum pernah menikah. Saya akan jujur lebih awal pada kalian. Saya hidup di negara bebas. Tidak ada aturan yang melarang saya untuk melakukan apa pun. Termasuk memiliki anak di luar nikah. Tapi, setelah ini saya akan memastikan, kalau saya akan menjadikan Anjani istri saya satu-satunya." Nada dan ekspresi wajah Sean terlihat tegas, membuat Dewi percaya akan semua perkataan pria itu.

"Saya percaya, bapak bisa melakukannya." Dewi menatap Anjani yang menundukkan kepalanya di samping ranjang tempat ia tidur. "Setidaknya ibu harus merasa lega karena sebelum kepergian ibu, kamu sudah ada yang menjaga."

"Ibu jangan bicara seperti itu. Aku yakin ibu pasti akan sembuh." Anjani menggenggam tangan ibunya.

Meskipun tahu jika penyakitnya tidak akan pernah bisa sembuh dan ia hanya akan menunggu waktu kematian tiba, Dewi tetap tersenyum.

"Ibu akan semakin bersemangat untuk sembuh. Kamu tenang saja."

Anjani dan Sean melangkah keluar dari ruang rawat di mana Dewi berada.

Anjani menatap ke arah Sean yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.

"Saya tahu bapak biasa hidup bebas. Saya juga tidak mau merepotkan bapak dengan hal remeh temeh tentang pernikahan. Jadi, saya minta, supaya bapak tidak perlu memikirkan keinginan ibu," kata Anjani dengan suara pelan. Gadis itu sedikit takut saat melihat wajah Sean yang saat ini sudah mengeras menatapnya.

"Maksud kamu apa? Aku serius ingin menikahimu dan hidup bersamamu. Aku harap kamu juga bisa menerima kenyataan kalau akulah yang akan menjadi suamimu." Sean menundukkan kepalanya sedikit sambil menatap tajam ke arah Anjani. "Jangan pernah berpikir untuk lari dariku. Aku pastikan kamu akan menjadi istriku satu-satunya."

Setelah itu Sean berbalik pergi dan meninggalkan Anjani yang terpaku di tempat.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang