Satu

63.6K 2.2K 31
                                    

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan kota yang terlihat padat. Tidak peduli dengan suara klakson dari pengendara yang lain, pengendara tersebut tetap melaju dengan ugal-ugalan tanpa memedulikan orang lain yang memakinya.

Dia adalah Sean Dwirg pria berusia 45 tahun itu melirik dengan santai seorang pria yang duduk di sampingnya.

Pria asli keturunan Amerika yang sudah lama menetap di Indonesia itu tanpa sadar menghela napas saat melihat putranya saat ini terlihat sangat frustrasi.

Sean mengerti dengan kecemasan putranya. Putranya yang saat ini baru berusia  25 tahun itu sedang mencari keberadaan istrinya yang kabur sudah lebih dari 1 bulan.

"Kamu benar-benar ceroboh dengan membiarkan wanita lain masuk ke dalam apartemenmu. Lihat sekarang--" pria itu mencibir. "Kamu benar-benar merepotkan papa dan membuat papa tidak bisa melihat perempuan kesayangan papa." 

Pria 45 tahun itu mengomeli putranya yang berhasil membuat anak dan istrinya pergi karena kesalahpahaman.

Laki-laki itu tidak habis pikir dengan tingkah laku putranya yang selalu membuat masalah dan berakhir ialah yang akan menyelesaikannya.

"Aku tidak tahu kalau Sophia akan datang ke apartemenku, Pa. Lagi pula, aku sudah berapa kali memperingatkan dia untuk tidak lagi menggangguku."

Putranya bernama Samuel Dwirg yang berusia 25 tahun itu tidak tahu jika sikap baiknya pada perempuan membuat istri dan anaknya akhirnya memilih untuk pergi dari rumah.

"Kamu sebagai laki-laki kurang tegas. Bunuh saja perempuan itu kalau dia tidak mau menjauh darimu."

"Aku bukan papa yang suka membunuh orang. Bahkan, aku juga tidak mengerti mengapa papa membunuh mommy."

"Wanita itu berkhianat. Sudah menghancurkan hidupku, dia berniat juga ingin membunuhmu. Apa salahnya jika aku membunuh dia?"

Meski usianya saat ini sudah memasuki angka ke 45, Sean sendiri belum pernah menikah. Pria paruh baya itu memiliki 3 orang anak dan anak pertamanya ia miliki saat ia berusia 15 tahun. 

Anak pertamanya dengan wanita Inggris diberi nama Arnold Dwirg. Lalu, putra keduanya diberi nama James Dwirg. Terakhir, adalah Samuel Dwirg dari wanita asal negaranya yang ia bunuh saat ketahuan berselingkuh dengan rekan kerjanya.

Sean memang pria yang kejam dan tanpa ampun. Tidak heran ia bisa sukses mendirikan sebuah perusahaan raksasa yang dikelola oleh Arnold. Sementara James sendiri mendirikan perusahaan yang berbeda dengan miliknya dan tentu saja atas bantuan dirinya. Terakhir adalah Sam yang sedikit melenceng dari kedua kakaknya. Sam sendiri sejak bayi sudah Sean bawa untuk menetap di Indonesia bersama kedua kakaknya. Mereka akhirnya bisa berpencar setelah mereka sama-sama dewasa.

Jujur saja, keturunan Sean sendiri tidak ada yang beres. Putra pertamanya menolak untuk menikah dan berniat untuk melajang seumur hidup. Putra keduanya memiliki seorang tunangan yang tidak pernah diajak untuk menikah. Sementara Sam sendiri menikahi seorang gadis keturunan asli Indonesia dan memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Satya Dwirg.

Mobil yang dikendarai Sean akhirnya melaju ke sebuah perkampungan yang ditata rapi dan bersih. Pria itu kemudian menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana di mana pekarangan rumah terdapat tumbuhan bunga.

"Pa, di sini tempat Abel dan putraku tinggal?" Sam menatap ngeri pada rumah sederhana yang di mana cat tembok sudah terkelupas.

Sean menatap putranya dan mengangguk dengan tegas. "Papa yakin Abel dan putra kamu ada di sini. Memangnya kamu berharap istrimu tinggal di mana? di perumahan mewah? kamu tahu sendiri istri kamu itu yatim piatu yang tinggal di panti asuhan sebelumnya. jadi, jangan berharap banyak."

Pria 45 tahun itu kemudian masuk melewati halaman kecil dan tiba di pintu bobrok di mana menantunya berada.

Sam mengikuti papanya dari belakang sambil menatap ragu area sekeliling yang memang tampak sedikit kumuh menurut pandangan orang sepertinya yang biasa hidup mewah.

"Sepertinya tidak ada orang, Pa," gumam Sam pada papanya.  Pria itu  tidak berharap jika istrinya benar-benar berada di rumah kecil ini.

"Ada." Sean melirik putranya sejenak. "Abel, buka pintunya! kalau kamu tidak mau membukanya, papa tidak akan segan untuk membakar rumah ini!"

Sam yang berdiri di samping papanya tersentak menatap pria paruh baya itu tidak percaya.

"Pa!" serunya tidak terima.

Jika benar-benar papanya ingin membakar rumah ini dan ternyata istrinya berada di dalam, Sam tidak akan mau memaafkan papanya seumur hidup.

Dia  tahu dengan watak papanya yang tidak pernah segan untuk melakukan apa yang diinginkan.

Sean berniat untuk membalas sebelum akhirnya pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita cantik mengenakan daster panjang sebatas mata kaki dengan lengan pendek. Melihat sosok Sam dan papanya, wanita itu berniat untuk menutup kembali pintunya, namun terhalang oleh lengan Sean yang mendorong pintu hingga wanita itu mundur beberapa langkah.

"Halo, cucu grandpa." Pria yang masih tampak segar dan bugar itu menyapa cucunya yang sedang duduk di kursi dan menatapnya dengan dingin.

"Grandpa mendorong mamaku." Bocah 4 tahun itu berujar sambil menatap dingin pada kakeknya. Meski usianya baru 4 tahun, ia cukup tahu konflik yang terjadi antara kedua orang tuanya.

Tersenyum lebar, pria itu kemudian melangkah ke arah sofa kusam dan dengan mudah mengangkat cucunya. "Satya ikut sama grandpa. Biarkan mama dan papa kamu menyelesaikan masalah mereka."

Satya menatap papa dan mamanya kemudian menganggukkan kepala setuju dengan apa yang diucapkan oleh sang kakek.

"Satya," panggil wanita yang tak lain adalah Abel.

Wanita itu tidak mau ditinggalkan sendiri bersama suaminya. Namun, sepertinya anak dan papa mertuanya bersikap seolah tidak mendengar suaranya. Abel sendiri bergerak menuju pintu berniat mengejar anaknya. Namun, gerakannya tertahan saat tiba-tiba Sam memeluknya dari belakang, kemudian dengan mudah menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Melihat hal itu, Sean yang sedang menggendong cucunya hanya melirik sekilas pintu yang tertutup sebelum akhirnya ia melangkah masuk ke mobil dan melaju pergi.

"Grandpa, mama dan papa tidak apa-apa ditinggal sendiri?"

Satya menatap kakeknya dengan tatapan penuh tanya. Ia hanya takut jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada kedua orang tuanya yang sedang berkonflik.

"Tidak apa-apa mereka ditinggalkan. Nanti juga mereka akan pulang sendiri." Sean menatap cucunya. "Sekarang, kita harus pergi ke tempat calon grandma-mu berada. Grandpa akan memperkenalkan kamu dengan dia."

Pria 45 tahun itu tersenyum sambil menyeringai memikirkan wajah kekasih hatinya yang mungkin saat ini sedang berada di universitas tempatnya menuntut ilmu.

Satya sendiri yang mendengar ucapan sang kakek hanya melirik dan menggeleng kepalanya diam-diam menyaksikan bagaimana senyum sang kakek yang penuh dengan sarat makna.

Suamiku ABG TUAWhere stories live. Discover now