"Ya ampun, kakak cantik sudah bangun?!"

Lisa mengerjapkan mata, sedikit terkejut karena gadis itu tiba-tiba duduk sangat dekat dengannya dan menatap wajahnya dalam-dalam.

"Ya ampun, Chi. Jangan buat Kakaknya takut. Dia baru saja bangun, lho." Wanita tua itu menegur pada sang cucu. Di tegur demikian gadis itu malah terkekeh dan sedikit mundur dari Lisa.

"Maaf Kakak cantik. Aku terlalu senang kakak akhirnya bangun."

Lisa mengangguk kaku dan menatapnya.

"Dia seharian tadi menungguimu, Nak. Sejak semalam kakeknya membawa orang asing, gadis nakal ini tidak berhenti bertanya dari mana kakeknya membawamu."

Lisa tersenyum, senyuman tipis pertamanya hari ini.

"Mana makanannya? Segera berikan pada Kakak cantik itu, dia belum makan."

"Baik nek."

Gadis itu membuka keresek putih yang tadi dia bawa, ternyata berisi sebuah nasi bungkus yang sepertinya dia beli saat Lisa masih belum sadarkan diri tadi.

Gadis itu meraih piring yang kakeknya sodorkan juga sendok.

"Kakak cantik makan ya? Maaf karena lauknya hanya telur."

Lisa menatap gadis itu ragu, kemudian melirik piring yang di sodorkan. Lauknya memang hanya telur dan ada sedikit sambal di pojoknya, tapi bukan itu alasan Lisa tidak menerimanya. Hanya saja, gadis itu hanya membeli satu bungkus. Lisa tidak enak jika harus memakannya meski tak di pungkiri dia lapar sekarang.

"Ayo makanlah. Kami sudah makan kok, jadi tidak perlu sungkan." Seakan tau apa yang Lisa fikirkan, gadis berponi tipis itu bicara.

Lisa menelan ludah, melihat telur dadar di piring membuatnya semakin lapar.

"Bolehkah?"

Gadis kecil itu terkekeh hingga matanya tertutup, sangat menggemaskan. "Tentu saja boleh. Aku sengaja membelinya untuk Kakak. Jadi di makan, jika tidak aku akan sedih."

Lisa tersenyum, kali ini senyumannya tulus. Dia menatap gadis di hadapannya dengan tatapan penuh terima kasih.

"Oh iya, kalau boleh tau nama kakak siapa? Namaku Chiquita. Kakak bisa memanggilku Chici."


************************************



Jennie terkejut saat tangan adiknya yang ia genggam terasa bergerak. Dia bergegas menekan tombol di dekat ranjang agar dokter atau siapapun bisa segera datang ke tempatnya sekarang.

"Rose? Kau sudah sadar?"

Jennie erat menggenggam tangan Rose, matanya berkaca-kaca karena sangat senang, sang adik akhirnya bangun setelah tidur cukup lama dan membuat mereka khawatir semalaman.

Gadis berambut pirang itu membuka matanya, tapi belum sepenuhnya terbuka. Uap di masker oksigennya terlihat saat Rose menghembuskan nafas.

"Rose? Kau bisa mendengar Unnie?"

Suara di sampingnya membuat gadis itu menoleh pelan. Terlihat wajah kakak keduanya basah oleh air mata.
Kepalanya terasa berat, hingga ia kembali memejamkan mata.

"Dokter! Adikku sadar!" Jennie berseru karena terlalu senang. Dokter dan seorang perawat yang bersamanya segera mendekati Rose dan mulai memeriksanya.

Setelah selesai dengan pemeriksaan, ia mengatakan pada Jennie jika kondisi Rose sudah membaik dan berpesan untuk tidak terlalu khawatir. Setelah menyuntikkan sebuah cairan pada Rose, dokter dan perawat itu pun pamit pergi.

Strong Girl Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora