2. Selamat Tidur, Mas

17.4K 575 5
                                    

Usai membersihkan diri, Ansara kembali ke ruang kamar yang kini kian sunyi. Sudut matanya menangkap bayang Bumi yang masih saja sibuk didepan laptop, tidak terlalu mengidahkan kehadirannya kembali di ruangan. Dengan perlahan, sang gadis berjalan mendekat kearah Bumi, kemudian berhenti tepat di depan meja kerja sang lelaki. "Mas, kamu mau makan? Disini gak bisa masak, mungkin mau aku cariin diluar? Atau mau pesan makanan hotel aja?".

"Saya gak laper". Balas Bumi singkat, tidak melepas pandangannya dari layar kotak di hadapannya, jemarinya pun tak putus bergerak mengetik sesuatu disana.

Ansara mengerutkan kening. "Tapi, kamu kan belum makan? Tadi juga di acara kamu makannya sedikit sekali. Nanti masuk angin, Mas".

Kali ini, omongan Ansara berhasil menarik perhatian Bumi. Kening sang lelaki kerung menatap kearahnya. "Saya bilang saya gak lapar. Kamu kalo mau makan, makan sendiri aja. Kalo gak ada uang, saya transfer. Kasih aja nomor rekeningmu. Gak usah berisik".

Ansara menutup mulutnya, bibirnya otomatis ditekuk kedalam karena rasa terkejut yang tiba-tiba melanda saat mendengar nada ketus itu dilayangkan untuknya.

Selanjutnya, Ansara menunjukkan senyum. "Maaf aku ganggu, Mas. Aku ada uangnya kok. Kalo gitu, aku beli diluar dulu untuk makan malam ya. Izin keluar sebentar ya, Mas".

Seusai berpamitan, Ansara bergerak mundur, mengambil beberapa peralatannya seperti dompet dan ponsel untuk keluar dari kamar. Gadis itu kemudian keluar dari ruangan setelah mengenakan cardigan berwarna merah miliknya yang berfungsi menutupi dress malam yang sudah ia kenakan.

Ansara sempat bertanya pada petugas keamanan di hotel, tentang beberapa restoran maupun makanan di sekitaran hotel yang bisa ia jadikan opsi. Pilihannya jatuh pada penjual nasi goreng yang berjualan tak jauh dari lokasi hotel, yang bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki saja. Ansara bersenandung selama menyusuri jalanan malam itu, menikmati angin malam di kota Jakarta yang menerpa tubuhnya.

Memang tidak sesejuk di Bandung, tempat tinggalnya sejak dulu, tapi rasanya tetap menyenangkan.

Sedikit cerita tentang Ansara, ia adalah seorang gadis lulusan salah satu universitas di Bandung yang sejak kecil memang lahir dan di besarkan di kota kembang itu. Ansara sejak kecil terbiasa hidup sederhana, tinggal bersama dengan orangtua dan kedua adiknya di perumahan di daerah Buah Batu, sejak kecil, Ansara terdidik menjadi seorang yang tidak neko-neko.

Bahkan, gadis itu terhitung jarang menghabiskan uang untuk hura-hura, ke salon, atau belanja seperti gadis seusianya. Uang jajan yang didapatkan sejak dulu memang pas-pasan untuk biaya sehari-hari itu bahkan seringkali berhasil ia tabung. Dan hasil tabungan itu akhirnya berhasil membantunya untuk membeli laptop guna kebutuhan kuliah, mengantarnya lulus menjadi seorang sarjana dengan gelar terpuji.

Sebagai salah satu lulusan terbaik di universitasnya, Ansara sempat mendapat tawaran sana-sini untuk beasiswa S2, tapi dengan lantang, gadis itu menolak. Sebab, Ansara ingin bekerja. Ansara sudah tidak sabar ingin membantu ayahnya dalam mencari nafkah, agar kedua adiknya bisa bersekolah hingga tamat, meski tanpa diminta.

Sempat bekerja selama tiga tahun, niat mulia itu akhirnya terlaksana. Tepat saat adik-adiknya lulus SMA, permintaan perjodohan itu untuk dilaksanakan akhirnya turun dari sang ayah. Ayah Ansara sendiri, Adrian, dahulunya sempat bekerja di pabrik milik keluarga dari Bumigantara. Saking gigih dan jujurnya dalam bekerja, Kakek Bumi, Patria, mengangkat pangkat Adrian hingga menempatkan kerjanya di kantor.

Begitu dekatnya dengan keluarga tersebut, Patria sampai-sampai menganggap Adrian sebagai orang terpercayanya. Bahkan jauh lebih dipercaya dibanding anaknya sendiri. Apalagi, Adrian sempat mempertaruhkan nyawanya dengan membopong Patria saat terjadi insiden kebakaran di pabrik.

ANSARAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن