19. Train

384 65 5
                                    

Tenn mengulas senyum tipis ketika kereta yang akan mereka tumpangi telah tiba dihadapannya, lalu pandangannya beralih turun melihat pucuk kepala adiknya. "Riku.. lihat, keretanya sudah datang."

Tangannya terarah mengusap dengan lembut kepala bermahkota merah yang setia menyembunyikan wajahnya sejak tadi. Tenn merendahkan wajahnya, mengarahkan mulutnya agar sejajar dengan telinga si kecil. "Katanya Riku mau naik kereta, hm?" bisiknya pelan dan halus.

Tenn kembali menarik wajahnya menjauh ketika merasakan pergerakan dari si kecilnya. Kedua manik kembar berwarna crimson yang senada dengan mahkotanya perlahan mulai terlihat, keluar dari persembuyian dibawah kelopak mata indahnya. Bersitatap sebentar dengan manik menenangkan milik sang kakak, kemudian beralih mengikuti arah pandangnya.

"Kereta.. " gumamnya pelan nyaris tak terdengar. Namun berbeda dengan maniknya yang terlalu jujur memperlihatkan betapa kagum dan antusiasnya dia atas objek dihadapannya.

"Tenn-nii! kereta!!" Riku menatap sang kakak dengan sangat riang, bibirnya merekah membentuk senyuman lebar yang hangat. Tak lupa salah satu jari telunjuk kecilnya bersemangat menunjuk kendaraan yang akan mereka tumpangi.

Tenn tertawa kecil melihat mood adiknya yang kembali ceria, seakan kejadian yang menimpa bonekanya tadi tidak pernah terjadi.

Tangan Tenn bergerak sibuk membenarkan posisi Riku dalam gendongannya, lalu beranjak dari tempat duduknya untuk bersiap menaiki kendaraan yang akan mereka tumpangi. Tak lupa membawa kembali beberapa barang yang dibawanya tadi.

Berbanding terbalik dengan kondisi Riku yang sama sekali tidak memperhatikan sekitarnya, dirinya hanya fokus pada satu objek dihadapannya. Kereta. Bahkan dapat dirasakan tubuh kecil itu sedikit condong kedepan, menandakan betapa inginnya Ia untuk segera menaiki kereta tersebut.

Tenn menjaga langkahnya tetap tenang tanpa terburu-buru, menunggu selesai beberapa penumpang yang akan keluar dari kereta dengan sabar. Ia menahan sedikit erat tubuh si kecil dalam gendongannya, dengan telapak tangan kanannya berada pada bagian belakang kepala Riku. Bertujuan untuk melindungi adik manisnya, sewaktu-waktu jika mendapat senggolan tidak sengaja dari beberapa orang disekitarnya.

Tenn benar-benar menjaga malaikat kecilnya dengan baik. Matanya dengan awas memperhatikan sekitar, bahkan menjaga jarak dengan beberapa individu lainnya. Hanya agar adiknya aman dan tetap nyaman dalam lingkup tubuhnya.

Setelah memastikan kondisi sudah aman dan tidak ricuh, Tenn sedikit menambah kecepatan pada langkahnya. Kedatangan mereka didalam kereta juga langsung disambut dengan pekikan riang dari sang adik. Lirikan matanya sangat cepat untuk meng-explore salah satu gerbong kereta yang dinaikinya.

Tenn tertawa pelan melihat bagaimana kepala kecil itu tidak bisa diam. Menoleh kesana kemari dengan cepat, tentu saja disempurnakan dengan mulutnya yang terbuka lebar. Bahkan kepalanya- atau tubuhnya, berputar dengan cepat dalam gendongan Tenn hanya untuk melihat tertutupnya pintu kereta dibalik badan sang kakak.

Menggeleng sebentar, Tenn lantas beralih mendudukkan diri pada kursi yang tersedia. Menaruh barang belanjaan didekat tubuhnya sebelum menurunkan Riku diatas kursi penumpang.

"Tenn-nii! Tenn-nii! keretanya jalan." Pengumuman khusus untuk sang kakak tanpa mengalihkan padangannya dari arah jendela. Pipi chubby itu sampai menempel sepenuhnya pada kaca karena ulahnya sendiri.

"Jangan begitu Riku, itu kotor." Tenn menjauhkan sedikit wajah adiknya dari kaca jendela, dengan tangan lain melingkar indah dibelakang Riku memberikan perlindungan agar tidak terjatuh atau hilang keseimbangan tiba-tiba.

"Hehe.. " hanya itu balasan yang didapat Tenn. "Riku haus? Mau minum?" tanyanya, yang tanpa mendapat jawaban tangannya sudah bergerak lebih dulu mencari air minum bersamaan ketika Ia melontarkan pertanyaan.

"Eum.. ?" Riku menoleh pada kakaknya yang sibuk mengambilkan air minum untuknya. Lalu pandangan matanya beralih menatap kantong belanjaan dekat kakinya. "Mau ice cream," jawabnya menatap dan menunjuk kantong belanja dibawahnya. Kemudian beralih menatap Tenn tanpa menurunkan tangannya.

Tenn mengangkat satu alisnya dan menatap arah tunjuk Riku. "Baiklah.. lalu minum sedikit air terlebih dahulu," perintahnya dengan mengarahkan ujung botol minum yang sudah dibuka tutupnya pada bibir mungil sang adik. "Dan kau bisa lanjut dengan ice cream," sambungnya kemudian sebelum mendapat protes dari sikecilnya.

Setelahnya, pemilik surai merah tersebut tenang dalam pangkuan kakaknya. Sebenarnya tidak seperti itu, Riku sama sekali tidak mau duduk. Bahkan mereka sempat bersitegang sebentar karena keras kepalanya Riku.

Jangan berpikir mereka hanya berdebat, drama picisan saja sempat tercipta ketika Riku membujuk kakaknya dengan air mata yang bahkan tidak akan berubah menjadi mutiara itu.

"Tapi Riku mau lihat keluar.. Tenn-nii.. hiks " rayunya. Padahal respon yang didapat dari awal juga hanya raut datar dari kakaknya. Lagian Tenn tidak akan terbuai, mana mungkin dia menyuapi adiknya sambil berdiri. Kalau tersedak bagaimana. Pusing Tenn tuh menghadapi keras kepalanya si adik kecil yang manis dan cantik ini.

Riku mengambil alih sendok ice icream ditangan kakaknya, sedangkan Tenn hanya diam memperhatikan adiknya yang mengambil alih sendoknya. Menyendok dengan semangat, "Tenn-nii aaaaa.. " lalu mengarahkan pada mulut Tenn.

Bukannya membuka mulut, malah tawa kecil yang didapat dibarengi kecupan ringan pada dahi si surai merah. Riku cemberut, "Tenn-nii ish! Ayo buka mulut, Riku kasih makan." Ujarnya polos dan semakin mendekatkan suapannya pada mulut Tenn.

Dan sekarang tawa keras yang Ia dapat, makin masam raut wajah Riku menatap sang kakak. Disisi Tenn juga, bagaimana tidak tertawa. Suapan ice cream yang diberi Riku itu melebihi kapasitas sendoknya, itu terlalu banyak. Juga wajah cemong yang disuguhkan didepan matanya itu semakin membuatnya sakit perut karena tertawa.

Tenn sudah berusaha menahan tawa mati-matian saat Riku membuka mulut lebar yang sekitarnya penuh bekas ice cream, untuk memberi isyarat agar dirinya mengikuti instruksi dari adiknya. Sudah susah payah menahan tawa, malah Riku mengubah raut wajahnya menjadi cemberut. Tidak bisa, ini terlalu lucu untuk seorang kakak seperti Tenn.

Juga, apa-apaan Riku kasih makan tadi. Memang Tenn apa sampai kalimat tersebut terlontar dengan santainya. "Kau benar-benar sangat manis Riku," puja Tenn sebelum menerima suapan dari adiknya. Tak lupa kecupan pada kening adiknya kembali Ia berikan. "Dan lihat, harus aku ungkap seperti apa kondisi wajahmu saat ini. Sangat berantakan!" memang terdengar seperti keluhan. Tapi, berbeda dengan tubuhnya yang memeluk gemas sang adik.

✧✧ ✧✧

Little ChibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang