15. Plan

540 83 12
                                    

Setelah menenangkan Riku dan meluruskan segalanya, remaja kembar yang sedang dalam situasi berbeda usia itu sekarang duduk dimeja makan bersiap untuk menyelesaikan kegiatan sarapan mereka yang tertunda.

Yah.. itu tadi cukup menguras habis tenaga Tenn sejujurnya.

"Nggak mau" tolak Riku saat Tenn hendak menyuapkan salah satu sayuran kepadanya.

Membuat apa yang akan Tenn suapkan pada Riku beralih masuk kedalam mulutnya sendiri.

Tidak ada drama kali ini, oke?! Hati Tenn terlalu lelah untuk merasakan sakit ketika adiknya menangis.

Jadi ia akan tetap sabar dan menuruti segala kemauan adiknya.

"Mau yang itu aja." Tunjuk Riku pada sayuran lain yang tersedia.

Riku sebenarnya bukan tipe anak yang membenci sayuran, hanya beberapa saja yang memang tidak disukainya.

Meskipun begitu tidak jarang pula Tenn memaksa adiknya untuk memakan sayuran yang tidak disukainya.

Tenn ingin membiasakan adiknya agar tidak menjadi orang yang pilih-pilih makanan. Lagian sayur kan menyehatkan, jadi sekali-kali harus dipaksa.

Dan pastinya hal itu sering menimbulkan konflik pada sikembar, contohnya kejadian tadi.

"Tenn-nii udah"

Tenn tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Riku. Lalu ia beralih menatap piring dihadapannya.

"Hm? Satu suap lagi ya sayang." Ujarnya sedikit membujuk sambil mengarahkan satu suapan ke mulut adiknya.

"Tidak mau," tolak Riku dengan cemberut.

"Perut Riku sudah penuh."

Riku menggeleng keras menolak suapan dari kakaknya, dengan kedua tangan menutupi mulut kecilnya.

Tenn mengembalikan sendoknya keatas piring. Satu tangannya mengusap lembut mahkota merah adiknya dan tangan lainnya bergerak mengambil air minum.

Sebelum memberikan air minumnya Tenn terlebih dahulu memindahkan Riku keatas pangkuannya.

Setelahnya ia memberi minum adik kecilnya itu, "dihabiskan" perintahnya.

Riku benar-benar menghabiskan air minumnya seperti yang diperintah Tenn, sampai air minum itu menetes membasahi baju diarea dadanya.

"Pelan-pelan Riku." Tegur Tenn pelan.

Riku mengabaikan teguran dari kakaknya, dirinya fokus meminum minumannya dengan rakus.

"Huah" leganya ketika berhasil menghabiskan air minumnya, tanpa diduga sendawa kecil muncul dari bibir Riku.

"Hehe" Riku menatap Tenn dengan cengiran lebar setelah sendawa tadi.

Tenn hanya menanggapinya dengan senyuman lembut, dan kembali melanjutkan sarapannya sendiri.

Sedangkan Riku sendiri diam menatap kearah piring makanan Tenn dan wajah kakaknya, secara bergantian.

Ketika Tenn menyendok makanannya Riku akan melihat pada piringnya, tapi selanjutnya mata bulat bermanik crimson itu akan mengikuti arah sendok makannya hingga tiba pada mulut Tenn.

Hal itu dilakukannya terus menerus tanpa bosan dengan tatapan polos miliknya.

Saat matanya itu menatap manik mata Tenn, Riku mengerjapkan matanya dan sedikit membuka mulutnya menandakan ia teringat akan sesuatu.

Riku beranjak perlahan untuk berdiri diatas tumpuan paha Tenn. Tenn juga menyadari aksi adiknya, dan menaruh sendok yang dipegangnya kembali kepiring. Kemudian beralih memegang kedua sisi pinggang adiknya.

Belum sempat Tenn bertanya, adiknya lebih dulu mengutarakan keinginannya.

"Tenn-nii, kereta."

Ucapan itu bukan pernyataan, melainkan pertanyaan yang ia ajukan kepada sang kakak.

Jangan lupakan pandangan mata yang berbinar itu.

"Hm?" batin Tenn kebingungan atas pertanyaan sang adik.

Namun sedetik kemudian Tenn mengulas senyum kecil, bahkan hampir tidak terlihat.

Ah~ mengapa adiknya sangat lucu.

Tenn menciumi seluruh wajah Riku dengan gemas, setelahnya memeluk tubuh kecil berisi itu sedikit erat.

"Hm.. Riku maaf, tapi sepertinya hari ini kita dirumah saja."

Tenn memasang wajah sedih dan merasa bersalah dihadapan adiknya karena tidak bisa menuruti keinginannya.

Itu bukan kebenaran, Tenn hanya iseng menggoda sikecilnya karena terlalu gemas dengan tingkahnya.

Berbeda dari Tenn, Riku malah sepenuhnya percaya dengan apa yang diucapkan kakaknya. Apalagi melihat wajah memelas kakaknya yang sangat meyakinkan itu, jelas Riku percaya.

Riku melunturkan senyumnya, menutup rapat bibirnya dan memandang sedih Tenn.

Tapi setelahnya senyum kecilnya kembali terbit, "Emm.. tidak apa, kalau begitu lain kali ya Tenn-nii."

Kalimat terakhirnya ia ucapkan dengan lirih sembari menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Tenn.

Riku tidak bisa bersitatap dengan mata Tenn, rasanya dia ingin menangis karena tahu hari ini tidak bisa naik kereta.

Memang, hari ini kedua anak kembar itu berencana naik kereta dan berkunjung ke dorm partner kerja Riku. Dorm IDOLiSH7.

Karena apartemen Tenn akan mengalami perbaikan dalam beberapa jam nanti, jadi Tenn memilih mengajak adiknya untuk pergi bermain.

Tepat sekali dengan keinginan Riku yang ingin melihat teman-teman idolnya itu.

Awalnya Tenn menolak, mana rela dia adiknya bermain dan disentuh-sentuh kawanan rambut pelangi itu.

Mending adiknya itu Tenn ajak main sendiri. Tapi apalah daya, adiknya menangis meraung agar diizinkan untuk pergi bermain kesana.

Karena Tenn tidak mau adiknya sesak nafas dan berujung sakit akhirnya ia menyanggupi. Tentu saja dengan dirinya yang akan ikut berkunjung.

Tenn menahan tawa karena berhasil mengisengi adiknya, tapi dia juga tidak tega. Takut Riku menangis nanti.

"Riku hey, Tenn-nii bercanda."

Tenn mengangkat wajah Riku agar berhadapan dengannya. Benar-benar menggemaskan.

Lihat wajahnya yang memerah dan cemberut menahan tangis itu, jangan lupa bibirnya yang melengkung kebawah menandakan betapa sedihnya pria kecil itu.

"Astaga"

Tenn mengusap lembut kedua pipi adiknya dan membubuhkan kecupan ringan setelahnya.

"Kita akan naik kereta, kita pergi nanti."

"Tenn-nii bercanda, maaf ya?" Tenn meminta maaf sembari menahan tawa mati-matian. Jika tawanya lepas bisa mampus dirinya.

"Tenn-nii, benar?" Tanya Riku dengan suara sedikit tercekat, memastikan lagi ucapan kakaknya.

Tenn mengulas senyum, "Iya sayang.. kita naik kereta, tapi setelah Tenn-nii selesai bersih-bersih."

"Tenn-nii.. tidak bohong?" Tanya Riku lagi. Namun raut wajahnya kembali seperti semula, sudah tidak cemberut lagi.

Malah sekarang raut wajahnya berubah seperti menuntut sebuah jawaban, seolah-olah hanya ingin kata 'tidak' saja dari kakaknya.

"Tenn-nii tidak bohong. Percaya dong sama Tenn-nii." Kali ini Tenn benar-benar melepas tawanya, salahkan saja wajah adiknya yang sangat lucu itu.

Riku yang merasa tidak menemukan kebohongan dalam manik mata Tenn tersenyum lebar, lalu bergerak untuk memeluk kakaknya.

"Uhh~ Riku sayang Tenn-nii."

✧✧ ✧✧

Little ChibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang