18. Boarding Gate

520 70 11
                                    

"Riku mau coba," pinta Riku pada Tenn.

Ditengah keramaian penduduk yang sedang berlalu lalang, yang sebagian dari mereka terjebak dalam situasi menunggu. Tenn menurunkan adiknya dari gendongannya dengan hati-hati, kemudian berjongkok agar dapat sejajar dengan wajah manis bermahkota merah tersebut.

"Ini." Sebuah kartu tiket terulur, diserahkan dari sang kakak pada si kecilnya. Guna melewati boarding gate yang menghalangi didepan sana. Sementara tangan kecil dengan tekstur kulit lembut nan putih dihadapannya menerima apa yang disodorkan padanya dengan senang hati.

Riku memandangi penuh kagum kartu ditangannya, lalu pandangannya beralih menatap boarding gate yang akan dilewati. Sangat tampak menarik untuk dicoba sendiri.

"Bonekanya, mau Tenn-nii bawa?" Riku mengalihkan atensinya pada Tenn, dengan satu tangan yang sedari tadi memeluk boneka spontan terulur seakan menyerahkan boneka pada sang kakak.

Tetapi, sebelum Tenn mendapatkan boneka digenggamannya, boneka tersebut ditarik kembali pada pelukannya.

"Riku bisa," ucapnya dengan sedikit kepercayaan diri. Tenn menatap bingung sang adik. Sedikit tidak yakin karena Riku tidak mau dibantu untuk membawakan bonekanya.

Memangnya anak kecil ini bisa membagi fokus ketika scan QR tiket sembari satu tangan lain penuh, membawa boneka yang ukurannya lebih besar dari perutnya itu? Isi pikiran Tenn.

Mau membantah juga sulit, Riku-nya keras kepala.

"Baiklah, hati-hati dengan langkah dan bonekamu." Peringat Tenn, kemudian Ia mengusap puncak kepala sang adik dan berdiri dari jongkoknya.

Disisi si kecil. Bukan tanpa alasan Riku menolak bantuan dari Tenn. Bukan sok keren dan sok mandiri, apalagi sok jagoan didepan kakaknya. Riku juga susah tau membawa bonekanya sendiri, mana sedikit berat lagi. Kan sulit.

Riku juga lebih suka dimanja Tenn-nii nya!

Kalau saat digendongan Tenn mungkin nyaman saja membawa boneka, karena terapit tubuh mereka berdua. Jadi walaupun tidak dipegang juga tidak akan jatuh. Enak malah buat dipeluk.

Tapi kan sekarang dirinya tidak digendong, jadi harus dibawa dengan tenaga sendiri. Susah, ribet, dan sedikit mengeluarkan usaha.

Hanya saja, apa yang dilihat Riku, kakaknya sudah cukup banyak membawa barang bawaan. Lihat tas punggung berukuran sedang itu, lihat jaket kecilnya yang ia lepas dengan alasan gerah ditenteng oleh Tenn itu, dan lihat ice cream serta satu kantung berisi camilan ditangan Tenn yang dibelinya pada food court tadi.

Dilihat dari segi manapun itu akan nampak jelas bahwa sembilan puluh persen barang bawaan Tenn adalah miliknya.

Riku jadi sedikit heran, mengapa barang yang mereka bawa semakin banyak. Jadi Riku memilih untuk membawa bonekanya sendiri.

Padahal Tenn tidak terlihat kesusahan sama sekali walaupun membawa boneka adiknya. Dan bukankan Riku harus sadar hal itu? Bahkan dengan barang bawaan sebanyak itu Tenn masih sangat santai menggendongnya tadi. Seperti tanpa beban.

"Perhatikan Tenn-nii, lalu lakukan." Mahkota merah itu berayun seirama dengan anggukan semangat yang diberikannya pada pemilik surai baby pink. Dengan senyuman tipis namun hangat menjadi balasan untuknya.

Netra kembar crimson menatap lekat penuh perhatian pada sosok kakak dihadapannya. Fokus dengan tindakan, bagaimana tangan itu dengan lihai mengarahkan kartu pada alat scan barcode. Bagaimana kakinya yang melangkah mantap tanpa keraguan menembus boarding gate. Semua ia rekam dengan titik fokus maksimal.

Sekarang gilirannya, melangkah perlahan namun hati-hati. Sangat percaya diri, menirukan apa yang dilihatnya dan menerapkannya. Berhasil dengan scanner, tantangan selanjutnya adalah melewati gate didepannya seirama dengan waktu yang tepat.

Berhasil, gate itu terlewati. Ia berhenti sejenak ketika sudah melewati boarding gate dengan pintunya yang kembali menutup. Senyuman lebarnya mengudara, tetapi saat surai merah mengambil satu langkah selanjutnya, sesuatu menahannya.

Riku menolehkan kepalanya cepat kearah objek yang menahan pergerakannya. Dia menatap tidak percaya, bonekanya terjepit! Tangan kecilnya kembali menarik pelan bonekanya, tapi tidak ada hasil sama sekali. Lalu..

Cara yang paling efektif, "Tenn-nii.. hiks." Ditatapnya sang kakak dengan raut sedih bercampur takut, namun memiliki makna sebuah permintaan tolong.

"Boneka.. Riku, hiks.. huwaaaaa."

Tenn bergerak cepat menghampiri sang adik, mendekapnya dengan tangan yang penuh barang bawaan. Itu adalah pertolongan pertama agar si surai merah tidak semakin histeris.

"Riku.. tidak apa-apa. Tetap tenang, bonekanya tidak apa-apa Riku. Ini, Tenn-nii ambilkan." Tangan Tenn yang bebas dengan lihai membantu meloloskan boneka strawberry itu dari pintu gate yang menjepitnya.

"Lihat, tidak apa-apa kan? Bonekanya baik-baik saja sayang." Tenn memberi penjelasan lembut untuk menenangkan Riku, sembari memperlihatkan boneka strawberry yang sudah ditolongnya itu.

"Hiks.. eum.. " Wajah berhias mahkota merah yang sempat bersembunyi pada perpotongan leher sang kakak kembali terangkat. Manik crimsonnya mengarah pada satu objek yang mencoba menarik perhatiannya.

Sangat intens, Riku menatap bonekanya yang sempat terkena tragedi tadi. Hanya sebentar, kemudian pandangannya beralih menatap Tenn dengan bilah bibir melengkung searah tarikan gravitasi.

Tenn menghela nafasnya pelan, kala menyadari senyum manis permata merahnya belum kembali. "Riku.. sayang. Bonekanya tidak apa-apa, hm? Bonekanya baik-baik saja sayang." Susah memang, Riku-nya susah dirayu.

Merayu Riku dalam kondisi baik-baik saja sudah sangat susah dan melelahkan, apalagi dalam kondisi terkejutnya saat ini. Memang ada beberapa tipe pribadi anak kecil ketika menjumpai situasi seperti itu langsung kembali santai dan ceria.

Namun, berbeda dengan Riku. Riku adalah tipe anak dimana saat dirinya mendapat hal yang mengejutkan, dalam artian yang membuatnya takut. Dia akan menumbuhkan rasa waspada, dengan artian traumatic. Namun hanya sesaat, bukan sebuah trauma yang harus ditanggapi dengan serius.

Seperti sekarang, Riku tidak akan menyentuh boneka itu selama beberapa jam kedepan, atau bahkan bisa beberapa hari. Itu dikarenakan dirinya shock dengan kejadian yang telah dialaminya, bonekanya terjepit gate. Sepele, tapi untuk seukuran anak kecil itu sedikit memberi dampak. Sedikit ketakutan, yang mengarah kepada rasa enggan.

Tenn mengerti kondisi adiknya, dia tidak lagi mencoba merayu. Dengan sedikit susah payah Tenn mencoba memasukkan boneka tersebut kedalam tasnya, sementara tangannya yang penuh barang bawaan juga masih setia memeluk pria kecil yang sedang cemberut sedih.

Tenn membawa tas punggung, walaupun hanya berukuran sedang dan cukup penuh dengan barang penting Riku, tasnya masih tersisa banyak ruang untuk satu boneka.

"Sudah sayang.. berhenti menangis. Ya?"
Tenn mengusap air mata adiknya dengan hati-hati sebelum mengangkat sikecilnya kedalam gendongan.

Tidak ada tanggapan yang keluar dari bibir bocah kecil tersebut, hanya sebuah aksi dimana dirinya kembali menenggelamkan wajahnya pada bahu sang kakak dengan raut wajah cemberut sedih.

✧✧ ✧✧

Little ChibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang