Pertemuan

1.5K 106 18
                                    

•••

[Nama] baru pulang dari suatu tempat setelah menyelesaikan tugas yang diberikan padanya dari atasan. Lelah menghinggapi dirinya, belum lagi menunggu bis yang lama datangnya. [Nama] memilih duduk di kursi halte sambil menunggu kedatangan bis sekalian mengistirahatkan diri.

Ditengah kesunyian, samar samar [Namai menangkap suara tangis anak kecil membuatnya bulu kuduknya langsung meremang.

"Mungkin perasaanku saja kan?" Ucap [Nama] meyakinkan diri sendiri.

Ia menghela napas sambil mengangguk, percaya itu bukan hal-hal aneh apalagi mistis. Ia mengetuk ngetukan kakinya ke lantai sambil menunggu bis yang lama datangnya dengan resah.

Seiring berjalannya waktu, tangisan itu bukannya mereda justru terus berlanjut. [Nama] yang tengah sendirian di halte saat malam hari kan jadi was was.

Tapi jika didengarkan lebih jelas, tangisan itu cukup menyayat hati, [Nama] bangkit dari duduk dan mencari darimana datangnya suara tangis itu meski dia sendiri masih sedikit merinding.

Langkahnya terhenti, [Nama] melihat anak kecil yang sekiranya berumur enam sampai tujuh tahun tengah menangis sendirian diantara tumpukan kardus membuatnya tak terlalu kelihatan karena ketutupan.

"Um...Halo?" sapa [Nama] ragu sambil berjalan mendekat.

Anak itu berjengit kaget, ia langsung menghentikan tangisnya dan menatap pada [Nama] dengan tatapan curiga.

"Kenapa kamu sendirian?" tanya [Nama] hati hati, tak mau melukai anak laki-laki yang baru saja selesai menangis itu.

"Memangnya kenapa kalau aku sendirian," dengusnya kesal, menyembunyikan wajah diantara lipatan tangan.

[Nama] memperhatikan anak kecil itu, sendirian dan entah kemana perginya orang tua anak ini. Meninggalkan nya sendirian disini juga bukan pilihan yang bagus.

"Mau ikut bersamaku...?"

"Kerjaanmu sudah selesai?"

[Nama] mengangguk atas pertanyaan yang dilempar Keqing padanya, sejenak ia meregangkan tubuh dan berdiri dari duduk lalu menaruh tas kesamping bahunya. Bersiap untuk pulang.

"Tak biasanya kau tergesa gesa untuk pulang, biasanya menungguku selesai." timpal Keqing beralih dari komputernya ke [Nama].

[Nama] menggaruk pipinya yang tak gatal "Sesekali pulang cepat gak ada salahnya kan?"

"Hum..." Keqing menatap [Nama] penuh selidik "Terserah kamu saja, yang penting lain kali traktir aku."

[Nama] mengangguk.

[Nama] yang hendak memakai sepatunya sebelum berangkat bekerja, menoleh kebelakang saat merasakan Scara yang menghampirinya dan hendak mengatakan sesuatu.

Scara, anak yang [Nama] rawat saat pertemuan mereka malam itu. Scara sulit sekali dibujuk untuk ikut bersamanya dan [Nama] juga hampir menyerah apalagi dia sedang lelah setelah pulang kerja saat itu.

Mau tak mau, [Nama] mengangkat tubuh Scara layaknya karung beras dibahunya dengan paksa.

Ya, meskipun kejadian itu sudah berlalu, sekarang jika dihitung sudah 1 bulan terlewat sejak hari itu, namun Scara sepertinya tetap tak mau begitu terbuka pada [Nama].

"Ada apa, Scara?" tanya [Nama] begitu selesai memakai sepatunya.

Scara terus menatap ke bawah, terlihat tengah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang ia ingin katakan.

Scaramouche and YouOn viuen les histories. Descobreix ara