chapter 36 : being melted

6.5K 392 156
                                    

Nenek bilang, "Itu bahaya, berbahaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nenek bilang, "Itu bahaya, berbahaya..."

༺❀༻

MILAN dan anggota inti Salvador kembali membuat heboh seisi kantin, padahal lima hari dalam seminggu mereka sering melihat Milan dan teman-temannya, tetapi reaksi yang mereka tunjukan selalu sama.

"Kasihan banget hidup gue, udah telat lahir, telat kenal kak Milan sama anak-anak Salvador juga lagi," keluh salah seorang siswi kelas sepuluh.

"Untungnya gue udah tahu mereka walaupun dulu cuma sebatas pantengin dilayar ponsel, sekarang kesampaian juga satu sekolah, mana jauh lebih ganteng aslinya," sahut temannya.

Benar, sayang sekali angkatan Milan sebentar lagi akan lulus, kasihan para siswi, boti, dan segala macam pemuja cogan garis keras tidak bisa lagi mencuci mata setiap hari, mereka akan tersiksa.

"Gini banget jadi ganteng, napas dikit cewek-cewek pada ketar ketir," lontar Kareel setelah mendaratkan tubuhnya di kursi.

Kenji menyahut. "Iya, kah?"

"Janji gak disahutin sama yang beneran ganteng?" terang Nevan.

Kareel mendengus, "pepek lo."

"Hai kalian."

Semua menoleh ketika seseorang menyapa. Tiffany datang bersama Mona menghampiri Milan dan teman-temannya, tiba-tiba perempuan itu menduduki tempat kosong di samping Milan sementara Mona mengisi tempat kosong lainnya.

"Softex baru lagi ya, Fan?" tanya Nevan.

Tiffany mengernyitkan dahi. "Softex?" tanyanya memastikan.

Nevan mengangguk. "Gue juga pengen beli, ada gak softex buat mata minus?"

"Softlens maksud lo?" Tiffany tertawa pelan, Nevan menggelengkan kepala tak tahu seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"HAHAHAHA MANA GUE JUGA NGELAG," sontak Asael tertawa terbahak-bahak, apalagi ketika dia melihat ekspresi Nevan, membuatnya semakin sakit perut tak kuasa menahan tawanya.

"Temen salah itu dibenerin bukan diketawain," papar Alaric.

Nevan mengangguk setuju, "denger tuh!"

"Gue punya banyak softlens buat mata minus, lo boleh coba punya gue kok," ucap Tiffany setelahnya.

"Gue gak bisa pakainya," terang Nevan.

"Nanti gue ajarin," katanya menawarkan diri, tentu saja Nevan kesenangan bukan main, apalagi untuk sekelas Tiffany, siapa yang tidak senang? Pasti dia seorang gay.

"Gue nggak, Fan?" protes Raden, cemburu.

Tiffany menoleh pada lelaki itu. "Lo juga minus?" tanyanya.

MILAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now