20. Masalah Tak Terduga

Começar do início
                                    

"Masa bodoh!" Lisa memilih menghentikan perdebatan itu dengan menidurkan kepalanya ke atas meja. Jungkook mendengus dan mengusap susu kotaknya kemudian meminumnya lagi.

Beberapa waktu kemudian, kelas mulai ramai kembali karena waktu istirahat akan segera berakhir. Jungkook menepuk bahu Lisa hingga gadis itu bergerak untuk menatapnya.

"Apa?"

"Nanti sore antar aku ya? Ada sesuatu yang ingin aku beli."

Lisa mendudukkan tubuhnya dengan benar kali ini. "Kemana?"

"Mencari hadiah untuk temanku."

Senyuman terbit di bibir Lisa setelah mendengar ucapan temannya itu.

"Teman apa teman?"

"Teman, astaga!"

"Bukannya untuk gadis itu ya?"

"Apa sih!"

Jungkook menggembungkan pipinya, kesal karena Lisa malah menggodanya. Lelaki itu juga merasakan daun telinganya panas sekarang.

Lisa tertawa kecil, entah kenapa rasanya menyenangkan menggoda Jungkook. Semenjak laki-laki itu mengatakan jika sudah mempunyai seseorang yang spesial, Lisa merasa lebih nyaman. Dia tak perlu takut jika lelaki itu akan menyiksanya.
Bukan karena terlalu percaya diri, Lisa hanya ingin mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Lisa sudah katakan, dia akan menutup hatinya untuk siapapun. Tapi jika murni berteman, Lisa tentu tidak keberatan.

"Baiklah, aku akan mengantarmu. Berhenti memasang wajah sok imut itu, aku mual."

"Sialan."

Jungkook menatap Lisa sinis, Lisa lagi-lagi tertawa.

'huek~'

Rose awalnya ingin langsung ke kelas setelah makan siang, namun tiba-tiba perutnya sakit dan dia juga mual-mual. Jadi kini gadis itu masih berada di toilet perempuan seorang diri.

Membasuh wajahnya berkali-kali setelah di rasa mualnya telah hilang.
Saat menatap cermin, terlihat wajah Rose cukup pucat bahkan matanya sayu.

"Sepertinya sakitku benar-benar parah."

Setelah bergumam demikian, gadis itu pun mulai meninggalkan toilet. Padahal dia makan siangnya cukup banyak tapi entah kenapa tubuhnya tetap terasa lemas.

"Aku harus segera periksa ke Dokter nanti." Rose mempercepat langkahnya hingga akhirnya gadis itu sampai ke kelas. Namun ia tak mendapati kekasihnya ada disana. Entah kemana laki-laki itu pergi.

Setelah mendudukkan tubuh, ia mengambil ponselnya kemudian mencoba menghubungi Jaehyun, namun sampai beberapa kali ia coba, lelaki itu tak menjawabnya. Hingga guru masuk pun Jaehyun benar-benar tidak datang.

********************************

Rose terduduk begitu saja dengan lutut yang bergetar hebat di kursi tunggu rumah sakit. Tatapan matanya kosong. Entah apa yang kini gadis blonde itu fikirkan, yang jelas perasannya benar-benar kacau.

Karena kekasihnya tak kunjung datang juga, akhirnya gadis itu memutuskan untuk memeriksakan diri sendirian ke rumah sakit menaiki taksi. Pakaiannya masih lengkap dengan seragam anak sekolah.

Nampaknya gadis itu menyesal telah datang kemari, terlihat dari tangan kanannya yang memegang sebuah kertas putih meremasnya dengan kencang hingga kertas berisi hasil laporan kesehatannya itu kusut.

"Tidak mungkin.... B-bagaimana ini? Aku harus bagaimana... " Sorot mata yang biasanya tajam dan angkuh itu kini terlihat putus asa, sangat langka seorang Rose menampilkan wajah menyedihkan seperti itu.

Sore harinya, Lisa pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu lama di luar bersama Jungkook. Cukup menyebalkan sebenarnya karena mereka terus bertengkar sepanjang jalan mencari hadiah, karena pendapat mereka tidak pernah sama hingga akhirnya lelaki itu yang mengalah dengan pilihan Lisa.

Teman yang Jungkook maksud akan berulang tahun sebentar lagi, dan karena di sekolah itu hanya Lisa teman perempuannya maka dari itu ia mengajaknya.

"Kemana saja kamu?! Jam segini baru pulang!" Lisa menghela nafas pelan kala sang Ibu tiba di hadapannya dengan wajah marah. Dia baru saja akan masuk ke kamarnya, tapi Ibunya sudah lebih dulu menyapanya.

"Mentang-mentang aku tidak ada di rumah, seenaknya bepergian! Jangan fikir aku tidak tau!"

Lisa mengangguk, tatapannya tertuju ke lantai. Bukan karena merasa bersalah, tapi ingin agar ibunya segera berhenti mengomel.

"Setidaknya jangan membuatku malu! Gurumu mengirim surat karena nilaimu buruk di kelas!"

Plak~

Lisa mendongak karena terkejut dan sebuah amplop berukuran sedang menampar wajahnya. Ia kira, ibunya mengomel karena sedang dalam mood yang buruk, tapi ternyata ada hal lain.

"Aku kira kau akan berfikir, tapi kau malah semakin seenaknya. Kau jangan malas jika masih ingin tinggal di rumah ini!"

Yoona menghembuskan nafas kasar lalu pergi begitu saja dari hadapan Lisa. Lisa bergerak memungut amplop yang di kirim dari pihak sekolahnnya.

Disana tertulis jika Lisa memang tidak pernah absen, namun nilai-nilainya cukup buruk selama satu semester ini. Dan nilai itu tidak akan cukup untuk naik ke tingkat akhir nanti.

Bibirnya tersenyum masam, dulu ibunya hanya menyuruh agar dirinya bertahan bagaimana pun caranya. Tapi sekarang ada tekanan lain yang ibunya itu berikan.

"Aku kira tetap hidup saja sudah cukup... "

Dengan langkah lunglai ia pun memasuki kamarnya dan menguncinya dari dalam. Dia butuh tidur untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya sekarang.

Di lain kamar, tepatnya di kamar Rose berada, gadis bersuara blonde itu menggigit bibirnya sembari memperhatikan benda kecil di tangannya. Penyebab ia tak bisa tenang sepulang dari rumah sakit.

Kamarnya di kunci, selain itu kedua kakaknya juga tidak akan datang hari ini.

"Bagaimana ini. Mereka pasti akan marah besar jika tau." Rose mengusap wajahnya kasar lalu melemparkan benda kecil itu asal. Tubuhnya terduduk di ujung ranjang dengan lesu.

Ia menunduk lalu menyingkap kaus putihnya hingga menampilkan perut ratanya. Mendadak air matanya turun  lagi karena dadanya tiba-tiba sesak juga teringat ucapan Dokter yang beberapa waktu lalu memeriksanya.

"Orangtuamu harus di beritahu, nak. Jika tidak, kau akan kesulitan nantinya. Usia kandungannya juga masih muda, jadi belum akan terlihat."

Rose menangis dengan kedua tangan ia tangkupkan ke wajah. Menahan agar suara tangisnya tidak terdengar keluar. Jujur, dia bingung harus bagaimana. Jika saja ada Jaehyun, mungkin dia tak akan sekalut ini. Lagipula ini bukan hanya salahnya, Jaehyun bahkan berperan besar dengan sesuatu yang ada di perutnya sekarang.

Teringat Jaehyun, Rose segera meraih ponselnya. Berdoa dalam hati agar kali ini lelaki itu tidak mengabaikannya, karena sungguh Rose sangat tidak tenang.

Dalam tiga kali panggilan yang gadis itu lakukan akhirnya Jaehyun mengangkat telponnya. Terdengar suara berisik dari sana namun Rose tak peduli, dia sudah menangis sekarang.

"Jaehyun-ah... Aku takut... Aku harus bagaimana... Hiks.. "

Rose mengusap kasar wajahnya, bergegas meraih jaket setelah mendengar kekasihnya menyuruh untuk menemuinya. Tak ingin membuang waktu lagi, Rose segera pergi.

***********************************


Happy Reading 💗

Noted;

Ada yang masih melek kah??



Strong Girl Onde histórias criam vida. Descubra agora