[5] Jalan Menuju Mushola Sekolah!

Start from the beginning
                                    

"Kaulah bentuk terindah,
dari baiknya Tuhan padaku...
waktu tak—"

"Yah, bang Isrul baperan!" Celetuk Wais membuat Afnan menghentikan nyanyian dan petikan gitarnya.

Ia langsung mengusap pipinya yang basah, "gue nggak sadar..."

Azlan tertawa mengejek, "Wais, Fyan, abang kalian yang satu ini lagi jatuh cinta..." Ujarnya sembari menunjuk Afnan.

Pemuda yang ditunjuk tersenyum licik, "kiw kiw, lulus sekolah abang nikah!"

Mata Fyan nampak berbinar polos. "Bentar lagi dong."

Wais menampeleng kepala sahabatnya keras, heran mengapa Fyan bisa sepolos itu.

"Emang ceweknya mau sama abang?" tanya Wais yang membuat Azlan meledakkan tawa. Sedangkan Afnan hanya mendelik.

"Sama aja lo kek, Azlan!"

"Pasti mau dong, bang Isrul 'kan baik dan ganteng." Puji Fyan. Afnan yang sempat kesal langsung sumringah.

"Aaaa... Emang, ya, adek abang yang satu ini paling ngerti abang itu gimana..." Afnan mencubit pipi Fyan gemas membuat pipi adik sepupunya memerah.

Wais mencebikkan bibir, "ceweknya pasti nolak, abang'kan sinting!"

Bocah itu langsung berlari menjauh saat Afnan memelototinya. "Heh! Bocil kematian, Jangan harap lo masih liat matahari besok!!"

***

"Atharauf Azlan Nuzula! Apa itu Erlen Meyer?!!"

Azlan yang sibuk berkutak dengan handphone langsung menegakkan badan. Suara guru kimia yang melengking menyadari Azlan jika ia ketahuan tidak memperhatikan pelajaran. Semua pasang mata tertuju padanya.

Sandy dan Agung mengatupkan bibir menahan tawa. Sedangkan Afnan yang duduk disamping kakaknya itu menggeleng kasihan, siapa suruh sih main HP pas jam pembelajaran!

"Apa, bu? Coba ulang."

Bu Wahyuni mengatur nafas, "Erlen Meyer, apa itu?!" ulangnya mengajukan pertanyaan yang sama.

"Oh, itu bu... salah satu make-up cewek." Bangga Azlan menjawabnya.

"Itu, eyeliner, bang!" Sahut Afnan cukup keras hingga seluruh murid mendengarnya. Tawa satu kelas menyadarkan Azlan jika ia salah jawab.

Randi berbalik dengan wajah memerah lantaran tertawa. "Lucu banget lo, Azlan!"

Azlan mencebik kesal.

"Akhyar, apa itu Erlen Meyer...?" bu Wahyuni beralih bertanya pada Akhyar.

Pemuda bergelar ustadz muda itu berdiri segera.

"Erlen Meyer, salah satu peralatan laboratorium. Terbuat dari kaca, ukurannya bervariasi, mulai dari 50 mili sampai 1000 mili liter. Fungsi dari Erlen Meyer adalah sebagai wadah pencampur dan juga sebagai tempat pembakaran."

Bu Wahyuni tersenyum, kemudian menatap tajam kearah Azlan. "Kamu dengar itu, Azlan?!"

Azlan mengangguk ogah-ogahan.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now