Benar juga. Arul salah ambil posisi awal rupanya.

"Maaf nih, Al. Tadi marah lo itu, beneran gara-gara iri sama Abiel?" tanya Arul, kali ini lebih hati-hati.

"Ya ampun, Rul! Gue lupa malah ninggalin Abiel tadi! Gimana ya? Gue gak enak sama Abiel."

Eh, rupanya Alma tidak sadar ya saat meninggalkan Abiel tadi?

Ternyata benar, emosi itu bisa membuat seseorang melupakan semuanya.

"Udah gak usah di ambil pusing, ada Alva juga di sana. Tinggal bilang aja ke dia suruh anter Abiel pulang."

Meskipun Arul lebih setuju kalau Arul yang mengantar Abiel.

"Tapi, Rul--"

"Al, udah ya? Abiel juga pasti ngerti. Mending sekarang lo jawab pertanyaan gue."

"Nggak lah, kan gue yang ngajak Abiel gabung sama kita. Masa iya gue iri?"

Arul lega mendengarnya. Mungkin tadi Alma hanya sedang emosi, jadi bisa semarah tadi. Mungkin.

"Syukurlah, tapi kalaupun iya, lo gak usah takut kali, Al. Lo itu tetep Alma kecil yang jadi prioritas gue sama Alva."

Arul tidak bohong. Meski Arul sering menjahili Alma, Arul tetap akan ada di baris terdepan untuk cewek itu dalam keadaan apapun.

"Iya, gue tau kok, Rul. Oh iya, besok kan gue bagian sama Alva, lo sama Abiel aja berangkat sekolahnya. Nanti kita ganti-gantian tiap hari."

Hm, Arul sih mau-mau saja. Senang malahan. Tapi balik lagi, Abiel mau atau tidak.

"Gue sih, oke aja. Cuma Abiel nya mau gak?"

"Nanti gue tanyain deh."

"Lo mau ke rumah Abiel lagi?"

Alma menggeleng, "Tinggal di chat aja. Gue udah mutualan tadi. Kalau dia mau, sekalian gue masukin ke grup AAA."

Semoga Abiel mau.

Arul bangkit dari duduknya, lalu melirik Alma yang masih betah di posisinya.

"Jadi gak, Al?"

Terlihat Alma yang kebingungan, wajahnya yang ekspresif membuat Arul ingin mengabadikannya di foto. Lucu soalnya.

"Kemana?"

"Katanya mau es krim?"

Dalam sekejap Alma sudah berdiri dan siap untuk pergi.

"Siap-siap ya, Rul. Gue rasa bakal ngabisin isi dompet lo nih."

Arul pasrah.

******

Alva masih betah bersama Abiel di rooftop. Meski cukup banyak obrolan yang mereka bicarakan, Alva masih bisa menangkap raut cemas di wajah Abiel.

"Kamu lagi mikirin sesuatu ya, Bil?" Alva memastikan.

Abiel menggeleng, "Nggak kok."

"Jangan bohong. Gak banyak orang yang bisa bohong di depan aku, termasuk kamu."

Abiel tidak langsung menjawab, setelah beberapa saat, barulah cewek itu kembali bersuara.

"Alv- Eh, Kak Alva, itu Kak Arul pasti jadi minta maaf ke Kak Alma kan?" tanya Abiel.

Alva tertawa. Tidak terhitung ke berapa kalinya ini Abiel keceplosan akan menyebut namanya tanpa embel-embel 'Kak'.

Padahal Alva juga tidak keberatan kalau harus di panggil nama oleh Abiel. Nanti juga lama-lama berganti menjadi sayang.

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें