Sakit

96 6 2
                                    

Suara itu bergema ditelinganya, membisikkan kata-kata aneh yang seakan ingin menembus tengkorak kepalanya, wajah yang dihiasi vitalis masa muda itu dibanjiri keringat, nafasnya terengah-engah seakan berlari dari sesuatu. Teriakan minta tolongnya tidak terdengar, hanya bisa tersangkut ditenggorokannya.
Kenapa tidak ada yang menolongnya dari penderitaan ini, dimana keluarganya? Apakah mereka tidak mendengar jeritan putus asa darinya? Tidak adakah yang merasa terganggu dengan tangisannya? Ah, ternyata suaranya tidak bisa keluar, ternyata tangisannya hanyalah air mata tanpa suara, dia berhalusinasi.

Ketukan pintu terus berbunyi nyaring, namun tidak ada jawaban hanya keheningan yang menyambut ketukan itu. Kerutan terlihat jelas diwajahnya, tuan muda yang telah ia layani bertahun - tahun tidak memiliki kebiasaan tidur seperti ini.

" Tuan Muda, anda sudah bangun ? "
Namun, tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Sekali lagi ketukan pintu kembali terdengar, dan hembusan angin menjadi jawabannya.

Raizel ingin berteriak agar Arend membangunkannya, pukul atau siram dirinya dengan air dingin, Raizel hanya ingin seseorang membangunkannya dari mimpi penuh kebohongan ini tapi sekuat apapun Raizel mencoba membuka mata, yang ada hanya kegelapan.

Arend ragu sesaat untuk masuk kedalam kamar Raizel tanpa izin, tapi keraguan itu langsung ditepis karena kekhawatirannya jauh lebih besar. Arend membuka pintu kamar menggunakan kunci duplikat yang memang dipegangnya. Kamar itu masih sangat gelap, tirai tertutup rapat menghalangi sinar cahaya matahari. Ditengah itu semua, Raizel selaku pemilik kamar terlihat masih berbaring ditempat tidurnya, tertidur nyenyak tanpa menyadari kehadiran Arend.

" Tuan muda, ini sudah siang! Sarapan telah siap! "
Arend membangunkan Raizel dengan lembut. Mengguncang tubuh Raizel beberapa kali, tapi masih tidak ada tanggapan apapun.
" Tuan Muda? "

Arend menyadari sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, Raizel jelas bukan penidur berat yang sulit untuk dibangunkan biasanya sedikit ketukan bisa membangunkannya. Arend meraba dahi Raizel, dan merasakan panas membara ditangannya.

Arend segera menghubungi dokter keluarga, mengabarkan kondisi Raizel yang sedang sakit. Entah kenapa, Arend memilik firasat bahwa demam ini akan menjadi demam yang sangat parah. Setelah menghubungi dokter keluarga, Arend tidak lupa mengabarkan kondisi Raizel kepada keluarganya, yang telah menunggu di meja makan.

" Tuan, tuan muda Raizel sedang sakit! Tubuhnya sangat panas !"
Orang yang pertama kali berlari kekamar Raizel setelah mendengar kabar itu adalah Raihan, menuju kamar sang adik dengan langkah cepat bahkan seakan mendobrak pintu kamar adiknya.
" Raizel ? "
Raihan duduk disamping ranjang Raizel, memanggil namanya pelan, namun lagi-lagi tidak ada tanggapan. Raihan bisa merasakan kalau suhu tubuh adik bungsunya terlalu panas, seakan api yang sedang membara.
" Kau sudah memanggil dokter ? "
Kini Railo yang juga turut duduk diranjang Raizel mengajukan pertanyaan kepada Arend.

" Saya sudah menghubungi dokter! "
Jawaban itu seakan langsung terwujud, karena dokter yang datang dalam keadaan kusut itu telah sampai dikamar Raizel. Tangannya dengan cekatan memeriksa setiap ichi tubuh Raizel, setelah memastikan ini hanya demam biasa, barulah sang dokter bernafas lega. Infus yang telah disiapkannya sejak awal, sekarang tergantung rapi di samping tempat tidur Raizel.

" Raizel baik-baik saja! Ini hanya demam biasa, setelah meminum obat dia akan sembuh! "
Semua orang mengangguk secara kolektif dan akhirnya bernafas lega, wajar saja, Raizel selaku anak bungsu sangat jarang jatuh sakit, tapi ketika dia sakit semua orang seakan ikut merasa sakit juga. Setelah memastikan bahwa Raizel akan baik-baik saja, barulah Raihan dan Railo pergi bekerja bersama sang ayah, meninggalkan sang ibu untuk menjaga putra bungsunya.
Raizel tertidur damai diranjangnya, tidak menyadari kamarnya telah ramai di isi oleh keluarganya, Arend sibuk mengambil handuk kecil dan air dingin, sedangkan vika memijat kepala anak bingsunya.

TIME LOOPWhere stories live. Discover now