chapter 34 : officially + salvador party

6.7K 378 110
                                    

"You want to be on my level? Climb, asshole

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"You want to be on my level? Climb, asshole."

༺❀༻

BERLIN hendak membuka lokernya, namun keadaan loker gadis itu sudah dalam keadaan setengah terbuka, dia menoleh pada Kate yang juga ikut mengernyitkan dahi bingung.

"Kok bisa kebuka gini?" Kate bergumam. "Coba lihat isi di dalam loker lo, Lin," ucapnya.

Berlin mengangguk kecil, ketika tangannya bergerak untuk membuka pintu loker, Berlin dikejutkan dengan segumpal kertas, saking banyaknya sampai tumpah ke lantai. Melihat itu Kate sontak membungkukkan tubuhnya guna mengumpulkan kertas-kertas yang jatuh, sedangkan Berlin memilih untuk membuka salah satu kertas yang ada di dalam lokernya.

'Apa yang lo kasih sampe seorang Nathan Nagasastra naksir sama cewek biasa-biasa aja kaya lo?'

Berlin kembali membuat bola dengan kertas itu, dia akan mencoba untuk mengabaikan ujaran kebencian terhadapnya, tapi Kate dengan cepat merampas kertas ditangan Berlin, detik setelahnya Kate mencibirkan bibirnya ketika membaca tulisan di kertas itu, kemudian Kate mencoba untuk membaca kertas-kertas lain yang berada ditangannya. Isinya sama dan tidak jauh-jauh dari cibiran untuk Berlin.

"Yaelah, hari gini masih aja suka hujat orang, dasar iri," cibir Kate tak senang.

"Udah biarin aja," ucap Berlin kemudian dia mengeluarkan semua kertas yang mengotori lokernya. "Kita ke kelas yuk." Berlin menarik sebelah lengan Kate setelah mengunci kembali lokernya dan membuang semua kertas-kertas itu ke dalam tempat sampah.

Kate menepuk kedua tangannya setelah menyingkirkan kertas-kertas sialan itu, lalu dia menoleh pada Berlin. "Lo kenapa nolak Nathan? Lo gak pacaran sama Milan 'kan? Kalau iya lo kok gak cerita sama gue, Lin?" tanya Kate.

Berlin mengulum bibirnya bingung hendak menjawab apa. Berlin sendiri tidak tahu pasti bagaimana hubungannya dengan Milan.

Apakah mereka terlihat seperti orang berpacaran sehingga orang-orang menganggapnya seperti itu?

"Gue gak pacaran kok sama Milan, kalaupun pacaran ya kali gue gak cerita sama lo, lo 'kan sahabat gue," ucap Berlin kemudian.

Kate menghela lega. "Gue kira lo lupain gue," ucapnya. Berlin menggelengkan kepala pelan sehingga raut wajah Kate tidak sekesal tadi.

"Gue bukan orang yang seperti itu, Kate." Berlin merangkul lengan Kate. "Gue gak mungkin lupain lo gitu aja, dari awal cuma lo yang temenin gue, kalau bukan lo bisa aja gue gak punya teman karena malu bersosialisasi," ungkap Berlin apa adanya, Berlin sangat beruntung bisa mengenal Kate, disaat orang lain hanya berinteraksi dengan circle mereka, Kate satu-satunya orang yang mengajak Berlin berbicara.

"Maaf ya, Lin, bukannya gue gak percaya sama lo, tapi semenjak tahu Raga kaya gitu gue jadi semakin trust issue," ujar Kate, dia sangat terkejut ketika mendengar cerita Berlin tentang Raga, bahkan sejak itu juga Kate semakin berwaspada di kamarnya, takut saja ada kamera lain yang Raga tinggalkan, ingin sekali Kate menampar wajah lelaki itu, tapi hari ini Raga tidak terlihat di sekolah.

MILAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now